Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan latihan jalan tandem lebih meningkatkan keseimbangan lansia daripada latihan balance strategy. Metode penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan penelitian Pre and Post Test Two Group Design yang dilakukan pada bulan Januari sampai Februari tahun 2017 dan populasinya adalah lansia di Banjar Umacandi, Desa Buduk, Kecamatan Mengwi dengan umur 60–74 tahun. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Sampel penelitian berjumlah 12 orang pada kelompok 1 dan 2. Pada Kelompok 1 diberikan latihan jalan tandem dan Kelompok 2 diberikan latihan balance strategy. Keseimbangan lansia diukur menggunakan Berg Balance Scale. Hasil penelitian pada Kelompok 1 diperoleh nilai rerata peningkatan keseimbangan sebelum latihan 40,67±4,09 dan setelah latihan 52,50±2,84. Kelompok 2 diperoleh nilai rerata peningkatan keseimbangan sebelum latihan 40,33±3,98 dan setelah latihan 48,83±3,85. Uji beda nilai rerata setelah latihan ditemukan bahwa peningkatan keseimbangan pada Kelompok 1 lebih besar daripada Kelompok 2 dengan dengan persentase sebesar 29% pada Kelompok 1 dan 21% pada Kelompok 2. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa latihan jalan tandem lebih efektif dalam meningkatkan keseimbangan daripada latihan balance strategy pada lansia.Kata Kunci: lansia, keseimbangan, jalan tandem, balance strategy
Peran Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif di Desa Kabiraan Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene. (Dibimbing oleh Sjuaib Hannan dan Muhammad Massyat.Penelitian dilaksanakan dalam suatu metode yang tepat dan relevan untuk tujuan yang diteliti. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan survey tentang Peran Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Di Desa Kabiraan Kecamatan Ulumanda Kab.Majene; Hasil penelitian dilihat dari indikator perencanaan program pemberdayaan Masyarakat, KPMD di Desa Kabiraan ini, dalam proses perencanaannya memiliki kendala, dikarenakan banyaknya ketidak hadiran warga dalam proses musyawarah untuk membahas kebutuhan dan prioritas pembangunan di desa, pemerintah desa diharapkan memiliki tanggungjawab dalam memberdayakan KPMD dengan memperhatikan pemberian insentif, agar dapat bekerja sesuai dengan harapan dengan melakukan tugas pembantuan di desa
Sekitar 65%-80% manusia akan mengalami NPB pada suatu waktu selama hidupnya (lifetime prevalence), bahkan sebagai penyebab yang serius dan persistem untuk timbulnya nyeri dan disabilitas. Frekuensi paling sering terjadi pada usia pertengahan antara 45-65 tahun. Sekitar 95% HNP terjadi pada region lumbal segmen L4-L5 atau L5-S1, area lumbal ini adalah COG tubuh manusia. Proses degeneratif dan traumatik adalah penyebab utama HNP. Tujuan penelitian untuk membuktikan penambahan nerve stretching lebih baik dibandingkan nerve gliding setelah Mc Kenzie exercise dalam menurunkan gangguan sensorik dan meningkatkan fleksibilitas nervus ischiadicus pada kasus HNP lumbal. Penelitian ini dilakukan di RSU Aisyiyah Ponorogo selama 4 Minggu. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian Randomized Pre and Post Test Group Design, subjek berjumlah 26 orang yang didapat dari populasi dan dibagi menjadi 2 Kelompok, masing-masing Kelompok 13 orang, Kelompok 1 diberikan perlakuan Nerve Stretching setelah Mc. Kenzie exercise sedangkan Kelompok 2 diberikan perlakuan nerve gliding setelah Mc. Kenzie exercise. Ke dua Kelompok diukur nilai gangguan sensorik berupa skor itensitas nyeri menggunakan NPRS-11 point dan nilai fleksibilitas berupa derajad lingkup SLR menggunakan universal goniometer. Hasil penelitan pada rerata selisih nilai intensitas nyeri Kelompok 1=5,85±0,555 dan Kelompok 2=4,92±0,760 dengan nilai p=0,002 (p=<0,05). Pada rerata selisih nilai lingkup SLR Kelompok 1=45,54±2,106 dan Kelompok 2=39,77±4,045 dengan nilai p=<0,001 (p=<0,05). Dapat disimpulkan bahwa penambahan nerve stretching lebih baik dibandingkan nerve gliding setelah Mc Kenzie exercise dalam menurunkan gangguan sensorik dan meningkatkan fleksibilitas nervus ischiadicus pada HNP lumbal.Kata Kunci : nerve stretching, nerve gliding, Mc kenzie, gangguan sensorik dan fleksibilitas HNP lumbal.
ABTSRACT Introduction: Herniated Nucleus Pulposus (HNP) is a pathological condition in which there is protrusion of the annulus fibrosus and nucleus pulposus into the lumen of the vertebral canal. Objective: The goal of this study is to determine the effectiveness of combination of pulsed shortwave therapy and lumbar spine stabilization exercise with combination of pulsed shortwave therapy and neurodynamic mobilization in decreasing low back disability in lumbosacral herniated nucleus pulposus patients at Denpasar and Badung Physiotherapy Clinic. Methods: The study used was an experimental method. Pre-test and post-test control group design is the design of this study. This study used 28 subjects were divided into two groups. The control group consist of 14 subjects received a combination of pulsed shortwave therapy and lumbar spine stabilization exercise while the treatment group consist of 14 subjects received a combination of pulsed shortwave therapy and neurodynamic mobilization. Intervention is given 2 times a week for 4 weeks. Sampling methods used in this study was simple random sampling. The low back disability is measured by a modified oswestry disability index. Result: The normality test of the data was tested using Saphiro-Wilk Test and homogeneity test of the data was tested with Levene's Test. Wilcoxon sign rank test results obtained significant differences in the control group with the value of p = 0.001, as well as in the treatment group found a significant difference with the value of p = 0.001. Post-test results with mann-whitney u-test showed a significant difference between the control group and the treatment group where p = 0.044 with the percentage of 48.53% in the control group and 54.88% in the treatment group. Conclusion: Based on the results of this study it can be concluded that the combination of pulsed shortwave therapy and neurodynamic mobilization is more effective than the combination of pulsed shortwave therapy and lumbar spine stabilization exercise in reducing low back disability in patients with lumbosacral herniated nucleus pulposus at the Denpasar and Badung Physiotherapy Clinic.Keywords: lumbosacral herniated nucleus pulposus, low back disability, pulsed shortwave therapy, neurodynamic mobilization, lumbar spine stabilization exercise
Pendahuluan:Karakteristik permainan bulutangkis yang serba cepat dan eksplosif membuat seorang pemain bulutangkis harus memiliki kondisi fisik dan performa yang baik. Faktor kelincahan sangat dibutuhkan untuk melakukan penguasaan pertandingan sehingga baik dalam melakukan serangan (smash), pertahanan (block), maupun servis. Penambahan latihan kombinasi Core stability pada latihan footwork diharapkan dapat memberikan landasan atau pondasi yang dapat mengontrol posisi dari trunk sampai pelvicsehingga gerakan ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah dapat bekerja secara optimal dalam melakukan perubahan gerak. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui penambahan latihan kombinasicore stability pada latihan footwork lebih baik dibandingkan latihan footwork dalam meningkatkan kelincahan pemain bulutangkis. Metode:Penelitian ini mengunakan rancangan randomized preandpost test two groups design. Penelitian dilaksanakan di PB. Puma Mas Madiun. Subjek sebanyak 30 pasien yang memenuhi kriteria yang ditetapkan peneliti. Kelincahan diukur dengan Agility t testsebelum dan sesudah pelatihan. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Kelompok I diberikan footwork dan Kelompok II diberikankombinasicore stability danfootworkdenganfrekuensi3 kali semingguselama4minggu.Hasil :terjadi peningkatan kelincahanpada Kelompok I dengan nilai rerata sebelum latihan 13,85 detik ± 1,114 menjadi rerata setelah latihan13,20 detik ± 1,163 (p=0,000) dan pada Kelompok II dengan nilai rerata sebelum 13,41detik ± 1,136 menjadi rerata setelah latihan11,64detik ± 1,043(p=0,000). Ini berarti Kelompok I dan Kelompok II sama-sama dapat meningkatkan kelincahan secara bermakna. Dari uji komparasi data dengan Independent t-test menggunakan data selisih pada kedua Kelompok didapatkan nilai (p=0,001). Simpulan : latihan kombinasi core stability dan footwork lebih baik dibandingkan latihan footwork dalam meningkatkan kelincahan pemain bulu tangkis PB. Puma Mas Madiun. Penelitian diharapkan bermanfaat pada pemain bulutangkis di dalam meningkatkan kelincahan pemainbulutangkis.Kata kunci : core stability, footwork, kelincahan, bulutangkis, Agility t test
Pendahuluan: Keseimbangan dinamis merupakan sistem gerak yang berfungsi mengontrol dan mempertahankan posisi tubuh yang melibatkan sistem neuromuskular, muskuloskeletal dan kognitif dengan perubahan dari center of gravity. Keseimbangan merupakan komponen penting dalam aktivitas motorik dan kontrol postural. Hal ini dapat terganggu karena kondisi flexible flatfoot. Flexible Flatfoot adalah bentuk telapak kaki datar yang disebabkan oleh hilangnya arkus longitudinal medial saat berdiri dan akan muncul saat telapak kaki tidak menyentuh tanah yang akan menyebabkan keseimbangan dinamisnya terganggu. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan perbedaan efektivitas kombinasi foot muscle strengthening dan kinesiotaping dengan foot muscle strengthening terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada anak dengan flexible flatfoot.Metode: Penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test control group design. Subyek penelitian ini berjumlah 26 orang, yang terbagi menjadi 2 kelompok, dimana Kelompok Perlakuan (n=13) diberikan intervensi foot muscle strengthening dan kinesiotaping sedangkan Kelompok Kontrol (n=13) diberikan intervensi foot muscle strengthening. Diberikan perlakuan 3x seminggu selama 6 minggu. Teknik pengambilan sampel dengan random sampling. Keseimbangan dinamis diukur dengan balance beam walking test dan flexible flatfoot diukur dengan wet foot print test. Hasil: pada Kelompok Perlakuan diperoleh beda rerata keseimbangan dinamis sebelum intervensi sebesar 1,77±0,927 dan sesudah intervensi sebesar 3,54±0,877 dengan nilai p=0,001. Sedangkan hasil penelitian Kelompok Kontrol diperoleh beda rerata keseimbangan dinamis sebelum intervensi sebesar 1,46±0,776 dan sesudah intervensi sebesar 2,62±0,870 dengan nilai p=0,001. Uji beda sesudah intervensi pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol dengan menggunakan independent samples t-test didapatkan p=0,013 (p<0,05).Simpulan: kombinasi foot muscle strengthening dan kinesiotaping lebih baik dibandingkan dengan foot muscle strengthening terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada flexible flatfoot. Saran: baik intervensi foot muscle strengthening dan kinesiotaping dapat digunakan sebagai intervensi fisioterapi dalam meningkatkan keseimbangan dinamis pada anak dengan flexible flatfoot.Kata Kunci: Flexible Flatfoot, Keseimbangan Dinamis, Foot Muscle Strengthening, Kinesiotaping, Balance Beam Walking Test, Wet Foot Print Test.
Background: Stroke is a problem of neurologist brain who causes occurrence of neurologist deficit such as a weakness of upper extremity. For instance, limited of hand functional and movement because of abnormality tonus that occur instability muscle. Methods: The purpose of this research was to knew effect of additional virtual reality exercise better than conventional exercise to enhancement of functional hand for Stroke patience. This research is experimental study which used a Randomize Control pre-post test design. The first category is 6 samples be given Virtual reality Exercise with Sensor Leap Motion Controller during 30 minutes. And the second category is 6 samples be given conventional exercise during 30 minutes. The times of research for 4 weeks under the supervision of Physiotherapist to do well. Measurement test of hand functional with used of Wolf Motor Function Test instrument. Results: The result of this research showed to the first category occur of ability improvement of hand in the amount of 14,21% and be obtained value p=0,027, which one p<0,05. The second category occur of ability improvement of hand in the amount of 8.47% and be obtained value p=0,001, which one p<0,025. Meanwhile, the different of ability improvement of hand on both categories showed there is a significant different (value p=0,007, which is p=<0,005). The conclusion of this result that Virtual reality Exercise with Sensor Leap Motion Controller better than conventional exercise to enhancement of functional hand for Stroke patience.Keywords: Stroke, ability of hand functional, Exercise of Virtual reality, Conventional exercise, Wolf Motor Function Test.
Pendahuluan: Penuaan diiringi oleh penurunan kemampuan fungsional tubuh sehingga meningkatkan risiko terjadinya jatuh pada lansia. Di Indonesia dilaporkan sekitar 17 % bahwa jatuh terjadi, dan di Bali dilaporkan dari keseluruhan lansia yang datang ke Instalasi Gawat Darurat di salah satu rumah sakit di Bali sebesar, 3% disebabkan oleh karena jatuh. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah twelve balance exercise lebih efektif dalam menurunkan risiko jatuh dibanding otago home exercise pada lansia. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan randomized pre and post test group design. Penelitian ini menggunakan 36 orang yang merupakan anggota komunitas lansia di Banjar Tainsiat Denpasar.. Kelompok 1 diberikan twelve balance exercise, sedangkan Kelompok 2 diberikan otago home exercise. Tiap kelompok diberikan pelatihan selama 6 minggu sebanyak 3 kali dalam seminggu. Risiko jatuh diukur menggunakan berg balance scale (BBS). Hasil: Analisis data menunjukan bahwa terdapat peningkatan nilai BBS secara bermakna pada kedua kelompok. Pada Kelompok 1 didapatkan peningkatan nilai BBS sebesar (5,06±1,305) dengan p0,000 (p<0,05) dan pada Kelompok 2 didapatkan peningkatan nilai BBS sebesar (2,78±0,647) dengan p0,000 (p<0,05), dan uji perbandingan peningkatan nilai BBS pada kedua kelompok menghasilkan nilai p0,000 (p<0,05). Simpulan: twelve balance exercise lebih efektif dalam menurunkan risiko jatuh dibanding otago home exercise pada lanjut usia di Banjar Tainsiat, Desa Dangin Puri Kaja, Denpasar, Bali. Kata kunci : twelve balance exercise, otago home exercise, berg balance scale
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.