Penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik pasien Low Back Pain (LBP), menganalisis perbedaan penurunan intensitas LBP dan keterbatasan aktivitas pada kelompok yang diberikan kinesio taping dan parasetamol dengan kelompok yang diberikan parasetamol Metode : Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental dengan melakukan uji klinis metode Pretest-Posttest Control Group Design yang dilakukan dengan menilai sebelum dan setelah perlakukan pada kelompok kontrol dan intervensi. Hasil : Penelitian didapatkan perbedaan penurunan intensitas nyeri Numeric Rating Scale (NRS) yang bermakna pada kelompok kontrol dan intervensi sebesar 33,3% dan 60% dengan nilai p<0,001 dan perbedaan penurunan keterbatasan aktivitas Rolland Morris Disability Questionaire (RMDQ) yang bermakna pada kelompok kontrol dan intervensi sebesar 25,0% dan 55,6% dengan nilai p<0,001. Kesimpulan : Terdapat perbedaan penurunan intensitas LBP dan keterbatasan aktivitas yang bermakna pada kelompok yang mendapatkan intervensi kinesio taping dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan kinesio taping Kata kunci : kinesio taping, low back pain dalam kehamilan, keterbatasan aktivitas, numerical rating scale (NRS), Rolland Morris Disability Questionnaire (RMDQ)
Abstract. The prevalence of diabetes mellitus in Indonesia is increasing. Based on the 2018 Riskesdas, the prevalence of diabetes mellitus in people in Indonesia aged ≥ 15 years reached 10.9%. West Java Province is ranked 17th with diabetes, with a prevalence coming 1.5%. Type 2 Diabetes Mellitus is characterized by hyperglycemia caused by insulin resistance. This research aims to describe the risk of type 2 diabetes mellitus in grade 3 students class of the 2019 FK Bandung Islamic University using the FINDRISC method. Subjects in this study comprised 72 respondents who fit the inclusion and exclusion criteria. Research data processing is done computerized, starting from editing, coding, and processing. The results of this study indicate that the highest number of respondents has a low-risk factor, 43 respondents (59.7%) for type 2 diabetes mellitus, followed by respondents with a slightly elevated risk factor 22 respondents (30.6%). Besides, some have high risk, moderate or moderate 5 respondents (6.9%) and high or high 2 respondents (2.8%). Increased risk factors are influenced by a history of checking high blood sugar levels and a family history of diabetes mellitus, and low-risk factors are influenced by average body mass index, routine physical activity, and diligent consumption of fruits and vegetables every day. Abstrak. Prevalensi diabetes melitus di Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi diabetes mellitus pada penduduk di Indonesia umur ≥ 15 tahun mencapai 10.9%. Provinsi Jawa barat menduduki peringkat ke-17 penyandang diabetes dengan prevelensi mencapai 1,5 %. Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah keadaan yang ditandai dengan hyperglicaemia yang disebabkan karena resistensi insulin. Tujuan penelitian ini yakni mengetahui gambaran risiko diabetes melitus tipe 2 pada mahasiswa tingkat 3 angkatan 2019 FK Universitas Islam Bandung dengan metode FINDRISC. Subjek pada penelitian ini berjumlah 72 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Pengolahan data penelitian dilakukan secara komputerisasi dimulai dari editing, coding, dan processing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka tertinggi responden memiliki faktor risiko low sebanyak 43 responden (59,7%) terhadap diabetes melitus tipe 2, disusul oleh responden dengan faktor risiko slightly elevated 22 responden (30,6%) selain itu ada juga yang memiliki risiko moderate atau sedang 5 responden (6,9%) dan high atau tinggi 2 responden (2,8%). Faktor risiko tinggi dipengaruhi oleh riwayat pemeriksaan kadar gula dalam darah yang tinggi dan riwayat keluarga dengan diabetes melitus dan faktor risiko rendah dipengaruhi oleh indeks massa tubuh normal, aktifitas fisik rutin dan rajin mengkonsumsi buah dan sayur setiap harinya.
Abstract. Abortion is still a problem that gets special attention because based on data from the World Health Organization (WHO), abortion sees 15-50% as the cause of maternal death in the world. One of the risk factors for miscarriage is infection during pregnancy, including toxoplasmosis. The diagnosis of toxoplasmosis not sufficient from clinical signs, the patient may be asymptomatic so that serological tests are needed to detect IgM and IgG anti-T. gondii and IgG toxoplasma avidity tests to assess duration of infection if the results of IgM and IgG anti-T. gondii are positive. The purpose of this study was to analyze whether there was a relationship between toxoplasma IgG avidity and the risk of abortion. The research uses a scoping review study to identify, analyze, and evaluate scientific papers through PubMed, SpringerLink, ScienceDirect and ProQuest data sources. There were 310 articles were generated from four da sources, two articles fulfil the inclusion and eligibility criteria using JBI Critical Appraisal Checklist summarized in the PRISMA diagram. The results in one article mentioned two abortions and another article mentioned 17 abortions, both in first trimester pregnant women with low levels of toxoplasma IgG avidity. Both articles showed results that women with low levels of toxoplasma IgG avidity experienced more abortions in the early trimester than women with medium or high levels of toxoplasma IgG avidity. The conclusion of this study was that there was a relationship between the levels of toxoplasma IgG avidity and the risk of abortion. Abstrak. Abortus sampai saat ini masih menjadi masalah yang mendapat perhatian khusus karena berdasarkan data World Health Organization (WHO), abortus menyumbang angka 15−50% penyebab kematian ibu di dunia. Salah satu faktor risiko abortus yaitu adanya infeksi saat kehamilan, diantaranya toxoplasmosis. Diagnosis toxoplasmosis tidak cukup dari tanda klinis karena mungkin pasien asimptomatik sehingga memerlukan pemeriksaan serologi untuk mendeteksi IgM dan IgG anti-T.gondii dan pemeriksaan aviditas IgG toxoplasma untuk menilai durasi infeksi jika hasil IgM dan IgG anti-T.gondii positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara kadar aviditas IgG toxoplasma dengan risiko abortus. Penelitian menggunakan studi scoping review untuk mengindentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi tulisan ilmiah melalui sumber data PubMed, SpringerLink, ScienceDirect dan ProQuest. Dihasilkan 310 artikel dari keempat sumber data, terdapat 2 artikel lolos kriteria inklusi dan uji kelayakan menggunakan JBI Critical Appraisal Checklist yang dirangkum dalam diagram PRISMA. Hasil pada salah satu artikel menyebutkan dua kejadian abortus dan artikel lainnya menyebutkan 17 kejadian abortus, keduanya pada wanita hamil trimester pertama dengan kadar aviditas IgG toxoplasma rendah. Kedua artikel menunjukkan hasil bahwa wanita yang memiliki kadar aviditas IgG toxoplasma rendah lebih banyak mengalami abortus pada trimester awal dibandingkan wanita yang memiliki kadar aviditas IgG toxoplasma menengah atau tinggi. Simpulan dari penelitian ini didapatkan adanya hubungan kadar aviditas IgG toxoplasma dengan risiko abortus.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.