Milliyantri Elvandari, dkk: Suplementasi vitamin A dan asupan zat gizi dengan serum retinol dan morbiditas anak 1-3 tahun Suplementasi vitamin A dan asupan zat gizi dengan serum retinol dan morbiditas anak 1-3 tahun 1 Vitamin A supplementation and nutrient intake with retinol serum and morbidity among children [1][2][3] KEY WORDS: morbidity; retinol serum; vitamin A supplementation ABSTRAKLatar belakang: Morbiditas penyakit infeksi di negara berkembang merupakan masalah kesehatan masyarakat karena prevalensi masih tinggi terutama untuk anak di bawah lima tahun. Asupan vitamin A merupakan salah satu faktor penyebab yang dapat mempengaruhi morbiditas. Tujuan: Menganalisis hubungan suplementasi vitamin A dan asupan gizi dengan serum retinol serta hubungan suplementasi vitamin A, asupan gizi, dan serum retinol dengan morbiditas anak usia 1-3 tahun. Metode: Desain penelitian cross-sectional yang dilaksanakan bulan Februari-Maret 2016 di Kabupaten Kudus dan Grobogan, Jawa Tengah. Subjek dalam penelitian ini adalah anak usia 1-3 tahun (n=140). Serum retinol dikumpulkan dengan mengambil sampel darah melalui vena kemudian dianalisis menggunakan HPLC, asupan zat gizi dengan food recall 2x24jam, dan wawancara terstruktur dengan ibu subjek. Analisis data yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil: Studi ini menemukan bahwa 68 subjek (48,6%) tidak mengambil suplementasi vitamin A. Prevalensi anak-anak memiliki asupan gizi kurang (<90% AKG) yang relatif tinggi yaitu sebesar 68,6% untuk asupan energi; 47,1% protein; 70,7% lemak; dan prevalensi defi siensi vitamin A (<77% AKG) yang relatif tinggi sebesar 60%. Sejumlah 24,2% subjek memiliki serum retinol rendah (<20μg/dl). Suplementasi vitamin A, lemak, dan asupan vitamin A berhubungan dengan retinol serum (p<0,05). Suplementasi vitamin A, asupan vitamin A, vitamin C, zink, dan serum retinol berhubungan dengan morbiditas (p<0,05). Simpulan: Anak yang tidak mengambil kapsul vitamin A serta asupan vitamin A, vitamin C, zink, dan retinol serum yang rendah memiliki morbiditas yang lebih tinggi.KATA KUNCI: morbiditas; serum retinol; suplementasi vitamin A 1
ABSTRAK. Pembangunan suatu negara dimulai dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Status gizi anak usia sekolah adalah status kesehatan yang perlu mendapat perhatian. Prevalensi stunting di Indonesia telah meningkat sejak 2010. Stunting adalah akibat tidak dapat dipulihkan dari kekurangan gizi kronis. Anak-anak usia sekolah yang mengalami stunting cenderung sering absen di kelas, mengalami ketidakmampuan belajar dan kinerja sekolah yang lebih rendah. Sasaran dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keterampilan penilaian gizi guru sekolah dasar. Kegiatan pengabdian masyarakat ini terdiri dari penyuluhan dan pelatihan masyarakat untuk guru sekolah dasar. Pelatihan ini juga menggunakan alat yang disebut "Cakram Gizi" yang mudah digunakan. Mereka diberikan penyuluhan dan pelatihan dengan metode demonstrasi. Hasil dari kegiatan ini adalah bahwa penyuluhan meningkatkan pengetahuan guru tentang stunting. Selain itu, kegiatan pelatihan dapat meningkatkanpengetahuan guru tentang gizi pada anak sekolah dan dapat melakukan deteksi dini tentang gizi yang kurang pada siswa. . Berdasarkan layanan masyarakat ini, kami menyarankan bahwa program kesehatan masyarakat melibatkan institusi pendidikan, khususnya sekolah dalam menangani stunting. ABSTRACT.A country development begins with improving the quality of human resources. The nutritional status of schoolage children was the one of health indicatosr that needed attention. The prevalence of stunting in Indonesia has increased since 2010. Stunting was an irreversible result of a chronic of nutrients deficiencies. The school-age children who experienced stunting tend to be often absent in class, experience learning disabilities and lower school performance. The target of this activity was to improve stunting knowledge and nutritional assessment skills of elementary school teachers. This community service activity was consist of community counseling and training for elementary school teachers. The training also used a tool called "Cakram Gizi" which was easily to be used. They were given through lecture and training or demonstration methods. The results of these activities were that community counseling increased teacher knowledge about stunting. In addition, training activities can improve teacher skills in assessing the nutritional status of students. Based on this community services, we suggest that the public health program involve educational institutions, escpecially the schools in dealing with stunting.
Kegiatan kader dalam melakukan penilaian status gizi di posyandu dalam pelaksanaannya belum berjalan dengan maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan kader yang belum memadai. Penilaian status gizi dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Standar antropometri anak dituangkan dalam bentuk tabel yang di bedakan berdasarkan indeks antropometri. Dalam perkembangannya penilaian status gizi dapat dibantu dengan media lingkar putar yang di sebut cakram. tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemberian edukasi dengan menggunakan media cakram terhadap penilaian status gizi pada kader posyandu. desain penelitian yang digunakan quasi eksperimen dan dengan rancangan pretest-posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh kader posyandu di wilayah kerja puskesmas sumberjaya, sampel yang digunakan sebanyak 20 responden dengan kriteria khusus. Instrument yang digunakan yaitu kuesioner dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukan terdapat perbedaan signifikan skor pengetahuan dan keterampilan sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Edukasi penilaian status gizi menggunakan cakram berpengaruh signifikan pada nilai pengetahuan dan keterampilan.
Terubuk or Saccharum edule Hassk is one of the indigenous vegetables and is native to Southeast Asia. Terubuk has the potential to be developed and can increase its economic value. However, so far, its utilization has not been maximized and is still limited to simple processing techniques such as making fresh vegetables, steaming, sautéing, lodeh vegetables, curry mixture, tamarind vegetables, fried, and used as animal feed so that it is necessary to diversify with more modern and practical processing technology. This community service activity aims to increase homemakers' knowledge about using local food in Karawang, especially terubuk. The method used in this activity is public education through lectures, questions and answers, and discussions. The participants of this activity were Kosambi housewives totaling 16 people. The results of the service there is an increase in the percentage of pre-post test knowledge. Increased knowledge of homemakers can be used as a community empowerment model in increasing knowledge of making healthy, easy, and inexpensive snacks.
Latar Belakang : Pandemi COVID-19 telah banyak mempengaruhi kebiasaan hidup salah satunya perubahaan kebiasaan makan. Pandemi COVID-19 memudahkan pelajar untuk memesan fast food melalui aplikasi online, tidak jarang juga untuk beli secara langsung. Adanya pandemi COVID-19 membuat pelajar sering menatap layar laptop dan kurangnya melakakukan aktivitas fisik sehingga kurang bergerak dan terlalu sering mengkonsumsi fast food akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Indonesia mengkonsumsi fast food yang terdiri dari 33% untuk makan siang, 25% untuk makan malam, 9% untuk makanan selingan dan 2% untuk sarapan. Tujuan : Untuk mengetahuan hubungan kebiasaan konsumsi fast food dengan status gizi. Metode : Desain penelitian dengan rancangan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 8 Kota Bogor dengan sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas VIII di SMP PGRI 8 Kota Bogor sebanyak 110 responden. Pengumpulan data diperoleh menggunakan kuesioner form food frequency. Analisa yang digunakan yaitu bivariat dengan mencari hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan status gizi menggunakan uji korelasi gamma. Hasil : Tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan status gizi yang dibuktikan dengan nilai p-value (0.012<0.05). Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan konsumsi fast food dengan status gizi di SMP PGRI
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.