Dismenorea menjadi gangguan menstruasi yang paling umum terjadi pada perempuan dewasa, sehingga memengaruhi kehidupan sehari-hari dan performa akademik. Dismenorea banyak dialami oleh perempuan muda pada rentang usia 18 - 25 tahun dan prevalensi dismenorea tertinggi terjadi pada mahasiswi. Tujuan: Mengetahui hubungan aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan dismenorea pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta. Metode: Penelitian ini bersifat analitik observasional menggunakan desain potong lintang dengan sampel berjumlah 70 mahasiswi. Data dianalisis dengan uji Chi-Square, uji alternatif Mann Whitney dan uji regresi logistik. Instrumen penelitian menggunakan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), dan Numeric Pain Rating Scale (NPRS) untuk menilai aktivitas fisik, kualitas tidur, dan derajat dismenorea. Hasil: Terdapat hubungan antara aktivitas fisik (p = 0,002) dan kualitas tidur (p = 0,004) dengan dismenorea pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta. Simpulan: Aktivitas fisik dan kualitas tidur memiliki hubungan yang bermakna dengan dismenorea. Kualitas tidur memiliki hubungan yang lebih kuat dengan dismenorea.
Latar Belakang: Hipertensi di Indonesia menempati urutan keenam untuk penyakit tidak menular dengan angka kejadian sebesar 25,8% pada usia ≥18 tahun. Di Kota Serang sendiri dari hasil pengukuran darah dari 38.409 yang diukur tekanan darahnya didapatkan 10.845 yang menderita hipertensi atau sebesar 28,2% dengan jumlah persentase lebih tinggi pada perempuan yaitu sebanyak 7.659 atau sebesar 32.8%. Pedoman penatalaksanaan hipertensi menurut Joint National Committee (JNC) 8 mempertimbangkan usia, ras, dan komplikasi untuk mencapai target tekanan darah. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Populasi penelitian ini adalah pasien Hypertensive Heart Disease (HHD) di RSUD Drajat Prawiranegara Serang yang memenuhi kriteria, yaitu pasien HHD dengan obat anti hipertensi kombinasi Angiotensin Reseptor Blocker (ARB)+Beta Blocker (BB) dan Calsium Channel Blocker (CCB)+Beta Blocker (BB) sebanyak 35 pasien. Tehnik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil: Uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0.830 pada hubungan antara pengunaan obat antihipertensi dengan penurunan tekanan darah pada pasien Hypertensive Heart Disease.Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan efektivitas penurunan tekanan darah antara kombinasi obat antihipertensi golongan ARB+BB dan CCB+BB pada pasien HHD.
Flat feet adalah suatu kondisi yang ditandai dengan arkus kaki (arcus longitudinal medial) mendatar saat sedang menopang beban tubuh. Kasus kejadian flat feet masih belum diketahui dengan jelas karena belum ada konsensus klinis atau kriteria secara radiologis untuk menentukan flat feet. Salah satu faktori yang diketahui dapat menyebabkan flat feet adalah obesitas. Seseorang yang mengalami obesitas akan menyebabkan tekanan pada arkus kaki lebih tinggi dibandingkan orang yang memiliki indeks massa tubuh normal sehingga dapat menyebabkan arkus kaki mendatar. Mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki risiko yang tinggi terhadap obesitas karena kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang tidak teratur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh yang tinggi (obesitas) terhadap kejadian flat feet pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan 99 mahasiswa Fakultas Kedokteran (laki-laki dan perempuan) sebagai subjek. Arkus kaki dinilai dengan foot print test dan IMT subjek diukur saat pengambilan data tinggi dan berat badan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dan flat feet pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta tahun ajaran 2019/2020 (p= 0,001). Kata kunci: flat feet, mahasiswa kedokteran, indeks massa tubuh, obesitas.
Low back pain (LBP) merupakan sebuah sindrom klinis ditandai dengan timbulnya gejala nyeri di sekitar punggung bawah yang tanpa atau dapat disertai penjalaran pada tungkai bawah. Posisi tidak ergonomis seperti membungkuk, memiringkan badan, dan posisi menggapai atau berlutut yang dapat menyebabkan beberapa dampak, salah satunya LBP. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan postur tubuh dan lama berdiri dengan kejadian LBP pada pekerja bidang produksi dan logistik di Cikarang. Penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang karena membahas dua variabel (independen dan dependen) selanjutnya diobservasi atau diukur hanya sekali pada setiap variabel dalam waktu yang sama. Sampel penelitian berjenis kelamin lakilaki, berjumlah 62 responden, berusia 18-40 tahun dengan kata lain termasuk kriteria inklusi dan teknik pengambilan sampel berupa simple random sampling. Analisis postur tubuh menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA), untuk lokasi serta pengukuran intensitas nyeri LBP menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) dan Numeric Rating Scale (NRS), analisis bersifat kuantitatif karena didasarkan pada skala yang tersedia pada kategori setiap instrumen penelitian. Hasil uji Fisher hubungan postur tubuh dengan kejadian LBP diperoleh nilai signifikansi p=1,000 (p> 0,05) dan untuk lama berdiri dengan kejadian LBP didapatkan nilai signifikansi p=0,067 (p> 0,05). Kesimpulan hasil tersebut tidak terdapat hubungan antara postur tubuh dan lama berdiri dengan kejadian LBP pada pekerja. Hal ini dapat dipengaruhi usia pekerja yang dominan termasuk kategori usia produktif sehingga sifat fisiologis otot masih sangat menunjang produktivitas kerja. Selain itu disela-sela kegiatan, para pekerja dapat leluasa melakukan peregangan minimal pada tubuhnya sehingga kekakuan pada otot di sekitar punggung bawah dapat dihindari.
Background: Moringa oleifera fruit extract contains beneficial chemical compounds. This study was conducted to observed the power of antioxidant against liver injury by 2-Nitropropane induction in an obese male mice model. Methods: This research was in vivo laboratory experimental study with a post-test control design group only. The population was obese male mice models, Swiss strain, aged 6–8 weeks, weighing between 60–80 gr. The research sample was determined by Federer's formula for a complete randomized design experimental test, group N (control), O1 (induced by 2-Nitropropane intraperitoneal (i.p) once), O2 (induced by 2-Nitropropane i.p twice), P1 (induced by 2-Nitropropane i.p. once and gavage with M. oleifera fruit extract 500mg/kg bodyweight (BW) once a day), P2 (induced by 2-Nitropropane i.p. twice and gavage of M. oleifera fruit extract 500mg/kg BW once a day), and P3 (induced by 2-Nitropropane i.p. twice and gavage of vitamin C 500mg/kg BW once a day). Antioxidant potential parameters were measured by levels of malondialdehide (MDA), glutation (GSH), 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine (8-OHdG), catalase activity, manganese superoxide dismutase (MnSOD), serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT). This research was held at the Biochemistry laboratory of Medicine Faculty, UPN Veteran Jakarta in May–September 2020. Analysis was carried out using SPSS version 20.0. The parameters were tested using ANOVA. Results: MDA levels decreased, GSH increased, 8-OHdG decreased, catalase activity increased, MnSOD activity increased and SGOT, SGPT levels decreased. M. oleifera fruit extract was statistically proven to be a candidate for potential antioxidant against liver injury of 2-Nitropropane induction in obese male mice model. Conclusions: M. oleifera fruit extract was statistically evident as an antioxidant substance that reduces oxidative stress in acute liver injury caused by 2-Nitropropane induction.
Background: Stroke causes severe disability and mortality. Despite the fact that the pathology of acute stroke is well understood, publication on chronic stroke is still limited. Because scarring of glia limits the recovery area of acute stroke and reorganization capacity is reduced, discovering new treatments for chronic stroke poses substantial obstacles. In stroke research, rodent models are commonly utilized, and behavior testing is a crucial tool. To measure stroke outcomes and translating rodent findings to therapeutic trials, selecting relevant behavioral tests that fit the study purpose is critical. Here, we aimed to look at the last decade’s publications highlighting behaviour tests on chronic stroke rats. Hopefully, we were able to give more information about the behaviour tests to facilitate the researchers’ choice of appropriate test. Methods: By using a bibliometric analysis, we hope to systematically discuss rodent behavior tests in chronic stroke research. Documents were extracted from the Scopus database in April 2022. Excel and VOSviewer 1.6.18 were used to conduct statistical and graphical analysis. Results: Research on "behavioral test in chronic stroke rats" has progressed quickly, although the researchers have yet to collaborate with each other. H. Millani was an active researcher and author who connected numerous researchers, according to documents and citation analysis. “Animals”, “brain ischemia”, “man”, “publication”, and “animal experiment” were all common keywords. The majority of the articles were from the United States and China. The Morris Water Maze test and the cylinder test were the most commonly used behavior tests. Conclusions Clinical applications and therapeutic effectiveness against stroke could be improved with more collaboration amongst authors. When using a behavior test, researchers need to think about which neurological deficiency is being addressed and whether the test covers long-term evaluation.
Background: Diabetes Mellitus (DM) is a group of symptoms that arise due to increased blood sugar levels. Diabetes Mellitus type 2 has a higher risk of developing thyroid dysfunction. Thyroid dysfunction can affect various body metabolism and result in insulin resistance, significantly affecting glycemic control in DM patients. This study aimed to determine the relation between thyroid status as assessed by the level of thyroid-stimulating hormone (TSH), free thyroxine (FT4), and glycemic control (HbA1c). Subjects and Method: A cross-sectional study. A sample of 38 DM patients was selected by purposive sampling. The dependent variable was glycemic control. The independent variables were TSH and FT4. Patients were classified into 4 quartiles (Q) based on their TSH and FT4 levels. Statistic test used was non parametric for category group of variables, which was Chi square test. Results: Mean of fasting blood glucose was 200,56 mg/dL (modus 137 mg/dL), mean of 2 hours post prandial blood glucose was 247 mg/dL (modus 305 mg/dL). Subjetcs with poor glycemic control dominated as much as 76%. Most subjects had TSH level at Q4 (36%), while most of the subjects had FT4 level at Q1 (34%). The results showed that 38 samples with poor glycemic control were 72% in the 4th quartile (Q4) (> 3.1750 mU / L) TSH, and 64.7% were in Q1 (≤ 11.8400) FT4. The analysis showed that there was a significant relation between TSH (p = 0.047) and FT4 (p = 0.041) with glycemic control in type 2 DM patients. Conclusion: FT4 and TSH levels relate to glycemic control in type 2 DM patients Keywords: TSH, FT4, HbA1c, Diabetes Mellitus Correspondence: Mila Citrawati. Department of Faal, Faculty of Medicine, UPN Veteran, Jakarta. Jl. RS Fatmawati, Pondok Labu, South Jakarta 12450, Telp. (021) 7656971. E-mail: milacitrawati@upnvj.ac.id. Mobile: 081282990515 DOI: https://doi.org/10.26911/the7thicph.05.12
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.