Sebagai makanan yang digoreng, keripik singkong biasanya masih banyak mengandung minyak yang berlebih didalamnya. Oleh karena itu untuk memperpanjang nilai konsumsi pada keripik singkong ini dapat dilakukan dengan cara meniriskan kandungan minyak menggunakan mesin peniris minyak. Penelitian ini bertujuan merancang desain rangka dan proses pembuatan rangka alat peniris minyak. Penelitian yang dilakukan adalah membuat rangka alat peniris minyak. Rangka alat peniris minyak ini menyerupai meja didesain menggunakan software Autocad dengan dimensi panjang 74 cm, lebar 54 cm dan tinggi 95 cm . Rangka alat peniris minyak ini dibuat dengan menggunakan pipa hollow stainless steel, stainless steel bulat dan stainless steel plat.
Perancangan alat ini adalah hasil observasi dan studi literatur di kabupaten Tanah Laut yaitu pada limbah pabrik penggilingan padi (Dedak), jagung, dan ikan laut yang sudah rusak dari nelayan jumlahnya melipah. Hampir setiap hari limbah tersebut ada, akan tetapi masih belum banyak dimanfaatkan secara optimal oleh peternak maupun masyarakat sekitar. Khususnya sebagai pakan ternak alternatif, karena belum adanya penggunaan mesin pencetak pelet apung dari bahan dedak, jagung, dan ikan laut yang sudah rusak dari nelayan. Biasanya mesin ini hanya digunakan dalam pencetakan pelet dari bahan dedak halus dan frementasi yang telah dirancang khusus untuk membuat pakan ternak. Perancangan ini dilakukan untuk untuk memebuat alat pencetak pelet dari dedak, jagung, dan ikan laut yang sudah rusak dari nelayan beserta menghitung kapasitas produksinya. Hasil perancangan menggunakan motor diesel 24 PK/HP 2.200 rpm, pompa pendingin ¾ inci, tangki pendingin dengan panjang 1 m/180 liter, menghasilkan kapasitas 75-100 kg/jam. Kata kunci: dedak, jagung, ikan rucah, mesin pencetak pelet
Tahun 2016 ada sekitar 65 juta ton sampah per harinya yang diproduksi masyarakat Indonesia. Jumlah ini naik satu ton dibandingkan produksi 2015 sekitar 64 juta ton sampah perhari. Jenis sampah yang dihasilkan sangat beragam dan kebanyakan sampah yang ada merupakan sampah anorganik yang sangat sulit terurai. Akibatnya dapat berdampak pada lingkungan, kesehatan, sosial budaya masyarakat. Sesuai dengan program pemerintah untuk melakukan 3R yaitu Reduce, Reuse, Recycle yaitu mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah. Berdasarkan latar belakang tersebut perlu adanya upaya pemanfaatan sampah atau bahan –bahan yang sudah tidak terpakai lagi seperti kerdus, botol bekas air mineral yang cukup banyak didapatkan di rumah tangga. Kegiatan ini dilaksanakan di desa Sambangan Kabupaten Tanah Laut yang dihadiri oleh kelompok Ibu-Ibu PKK dan Pemuda pemudi Karang Taruna. Kegiatannya yaitu memberikan pelatihan membuat barang-barang kreatif berupa pigura dari kerdus, tempat lilin , tempat pensil dan gantungan koran dari botol air mineral dengan variasi beraneka ragam bentuk. Proses pembuatan cukup mudah sehingga dapat di lakukan oleh semua peserta dan hasil akhirnya menjadi cukup menarik baik sebagai pajangan atau untuk dijual kembali sehingga dapat meningkatkan pendapatan warga khususnya Desa Sambangan. Kata Kunci : Barang bekas, pigura, tempat lilin, tempat pensil, desa sambangan.
Jumlah kendaraan bermotor kian hari kian bertambah. Hal ini tentunya juga berdampak secara langsung terhadap jumlah suku cadang yang harus mengalami pergantian karena usia pakai yang telah habis.Limbah suku cadang kendaraan saat ini belum banyak dimanfaatkan untuk diolah kembali barang yang bernilai ekonomis. Hanya dibuang begitu saja, dan untuk sebagian kecil juga ada yang masih bisa dijual ke penadah barang-barang bekas. Pemanfaatan limbah suku cadang kendaraan menjadi media tanam adalah sebuah upaya untuk memanfaat kan limbah dari hasil pergantian suku cadang kendaraan guna mengurangi pemcemaran pada lingkungan, serta meningkatkan dan memberi suatu nilai tambah atau ekonomis dari barangbarang yang sudah tidak dapat berfungsi sebagimana mestinya lagi. Dalam penelitian ini nantinya akan dilakukan sebuah proses perancangan desain produk media tanam yang berbahan utama suku cadang kendaraan yang telah rusak seperti rantai, gear, bearing, piston, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan jumlah suku cadang kendaraan yang terdapat di sejumlah bengkel yang berada di wilayah kabupaten tanah laut di dominasi oleh limbah yang berbahan karet yaitu berjumlah 44 %, kemudian yang berbahan besi atau logam keras sebesar 34 %, dan yang berbahan plastik serta berbahan lainnya masing-masing sebesar 12,5 % dan 10.5 %. Oleh karena itu desain dari produk yang menggunakan limbah suku cadang kendaraan ini akan menggunakan limbah yang persentasenya besar yaitu limbah suku cadang yang berbahan karet dan berbahan besi atau logam keras.
Many bricks are produced by small business and industries as construction materials. As the population increases, there is also more demand for bricks in construction construction. The materials used in this study are waste from the acacia wood burning process and carbide welding ash waste. These two materials will be tested into additives from making bricks. The research method was carried out using testing of moisture content, specific gravity, Atterberg limit testing (Liquid limit) as well as a visual description of bricks with an outside temperature without a combustion process. Of the three samples, the average moisture content obtained, the lowest moisture content value was 69.41% in a mixture of clay soil plus acacia ash which showed that the soil category was a soft organic clay category with the characteristic that the soil could be pressed with the tip of the thumb so that the soil was suitable to be used as additional raw material in making stone stones without burning. The results of the average soil specific gravity test of 2 samples showed a Gs value of 2.64 at a temperature of t0 C, this shows that the soil with the organic clay category is in accordance with the test results on the moisture content that the clay soil is the basic raw material. The liquid limit test in this study showed the average value of water content in bricks without additives as much as 120.36%: the average value of water content in bricks with additives from the values of the three samples can be known that the mineral clay material is of the montmorillonite type with a liquid limit value of 100-900. Visual observations showed that bricks printed using clay soil raw materials without additives showed a break (split) in half during the drying process for 2 days with a temperature of 30oC; the mixture of clay soil and welded ash of the brick carbide experienced small cracks / crak on the surface with the drying process at the same temperature while the mixture of clay soil with acacia ash showed intact bricks without intact bricks without fractures or cracks on the surface in the drying process using the same temperature.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.