Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran salah satu program MBKM yaitu Pertukaran Pelajar dalam pengembangan kompetensi/keterampilan lulusan Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang. Program MBKM lahir agar perguruan tinggi tidak lagi menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan pelatihan kerja dan pengalaman kerja, tetapi lebih luas lagi ke arah pengalaman real bagi mahasiswa. Pengalaman real ini tentu akan mengasah kompetensi/keterampilan mahasiswa, sehingga akan menjadi lulusan yang mendapat penghasilan yang layak sesuai Indikator Kinerja Utama poin pertama. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun 2021 menggunakan metode kuantitatif. Subjek penelitian ini seluruh mahasiswa (survei populasi). Data dikumpulkan melalui Survei SPADA Dikti dan dianalisis dengan tabulasi frekuensi. Hasil Penelitian sebanyak 60% mahasiswa memilih program Pertukaran Pelajar, sebanyak 60% mahasiswa menyatakan ada peningkatan softskill dengan baik setelah mengikuti kegiatan MBKM, sebanyak 74% mahasiswa menyatakan kegiatan MBKM untuk Perguruan Tinggi sesuai kebutuhan lulusan di masa yang akan datang, 91% mahasiswa menyatakan ketertarikan terhadap program MBKM.
Latar belakang: Puskesmas merupakan peranan penting dalam mencapai program Indonesia Sehat. Peningkatan pelayanan puskesmas sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui kegiatan program promosi kesehatan erat kaitannya dengan media yang digunakan salah satuya adalah sosial media pada program promosi kesehatan. Tujuan: Untuk mengetahui implementasi penggunaan sosial media di Puskesmas Kota Enrekang. Metode: Penelitian kualitatif dilakukan dengan pendekatan studi kasus, Teknik yang digunakan dalam penentuan informan dengan cara purposive sampling. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Hasil: Pada input, program promosi kesehatan menggunakan media sosial dianggap cukup efektif , pada process, pelaksanaan program promosi kesehatan terlaksana sesuai dengan perencanaannya jika dilakukan diawal tahun namun terdapat beberapa perencanaan yang sudah ditetapkan sering tidak sesuai di lapangan, dan tidak semua SDM terlibat dalam program promosi kesehatan. Pada output, program berjalan sesuai tujuan yang direncanakan tetapi belum ada indicator capaian sehingga belum bisa terlaksananya evaluasi secara optimal. Kesimpulan: Diharapkkan kepala puskesmas lebih memahami mengenai manajemen puskesmas dan koordinasi dalam menentukan suatu perencanaan serta tenaga promosi kesehatan lebih serius dalam peningkatan pelayanan promosi kesehatan terkhusus pada program berbasis sosial media.
Background: Stunting is a condition where toddlers are shorter in length and height than their age. Percentage of stunting children in Pangkajene and Islands Districts with the highest percentage of 29.10% and the number of PKH recipients in 2019 as many as 16,498. The purpose of this study was to determine the relationship between Feeding Practice and the incidence of stunting on Keluarga Harapan Program recipients in Pangkajene and Islands Districts. Subjects and Method:The type of research used is observational with a cross sectional study design. The independent variable in this study is stunting and the dependent variable are feeding practice, Low Birth Weight and Economic status. The research location was carried out in Pangkajene and Islands Districts. The population in this study was all infants or toddlers from PKH recipient parents in Pangkajene and Islands Districts as many as 2,946 people in 2019 -2021. The research sample was infants or toddlers from PKH parents who had participated in the Family Development Session as many as 71 people with the purposive method sampling. Primary data was collected using a questionnaire while secondary data was obtained from the social service of Pangkajene and Islands Districts. This study using the chi square test. Results: Incidence of stunting was higher in respondents with irregular feeding practice than in regular feeding practice (OR=0.54; CI 95% 0.33 to 0.91; p=0.024). The incidence of stunting was higher at low birth weight compared to toddlers with normal birth weight (OR= 0.41; CI 95% 0.23to 0.73; p = 0.001). The incidence of stunting is higher in economic status below the provincial minimum wage < Rp. 3,103,800 compared to economic status > Rp. 3,103,800 (OR = 2.25; CI 95% 1.16 to 4.38; p=0.01). Conclusion:Low economic status has a risk of 2.252 times experiencing stunting.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.