Antioxidant Activity of Aquous Extract of Sembung Leaf (Blumea balsamifera) Simplicia medicinal plants are more commonly known by the term of herbal medicine in the form boiling and steeping. Sembung leaf water extracts content of secondary metabolites has potential natural antioxidant. An antioxidant is a substance that can prevent or slow down the deterioration of a substance. This research aimed to test the potential of antioxidant in water extracts of leaves sembung (Blumea balsamifera) in the form of boiling and steeping using DPPH method through determination of IC50 values. Best antioxidant test results found in extracts of steeping the leaves with IC50 values of 155,65 ml/l while the extract boiling sembung with IC50 values indicated by 293,80 ml/l, antioxidant standards testing used was quercetin.Keywords : antioxidant, aquous extract, Blumea balsamifera, DPPH ABSTRAK Simplisia tanaman obat yang lebih dikenal dengan istilah jamu sering diaplikasikan dalam bentuk godogan dan seduhan. Ekstrak air daun sembung memiliki kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan alami. Antioksidan merupakan substansi yang dapat mencegah atau memperlambat kerusakan suatu zat. Penelitian ini bertujuan menguji potensi antioksidan ekstrak air daun sembung (Blumea balsamifera) dalam bentuk seduhan dan godogan dengan metode DPPH melalui penentuan nilai IC50. Hasil uji antioksidan terbaik terdapat pada ekstrak seduhan daun sembung dengan nilai IC50 sebesar 155,65 ml/l sedangkan ekstrak godogan sembung menunjukan nilai IC50 sebesar 293,80 ml/l, sebagai standar pengujian antioksidan digunakan kuersetin.Kata kunci : Antioxidan, extract air, Blumea balsamifera, DPPH
Diospyros discolor seed activated with nitric acid was investigated for removing Cr(VI) from aqueous solutions. Batch experiments were used to determine the adsorption efficiency, effect of pH, adsorption isotherm, and kinetics. Langmuir and Freundlich adsorption models were used to analyze data of Cr(VI) uptake. Fourier transform infrared spectroscopy was used to investigate the functional groups and surface morphology was checked using a scanning electron microscope, coupled with energy dispersive spectroscopy. The optimum pH in Cr(VI) uptake was 3.5 and the maximum adsorption efficiency reached 100% at 60 min.
Waste Utilization of Eggs Shell as an Adsorbent for Adsorption of Metal, Pb and Cd Egg shell waste is one of waste that not be fully utilized. Eggshell can be used as a biosorbent substance because its contain a high CaCO3 and has a natural pore structure. Eggshell waste biosorbent potentially used as an alternative to adsorp heavy metal waste that pollute much in the environment. The purpose of the study was to use the waste to become biosorbent and to investigate its potential in adsorption Pb and Cd. Research methodology were producing biosorbent and getting optimum-sorption condition. They were contact time, biosorbent weights, and the concentration of Pb and Cd. Measurement of the concentration of Pb and Cd before and after sorption processes using instrument of Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) Agilent 240FS type AA. The results showed that eggshell biosorbent could adsorb heavy metals of Pb 65.99% in concentration of adsorbent of 160 ppm, contact time was 20 minutes, and biosorbent weights of 0.50 g. Adsorption of Cd was 93.16% in concentration of adsorbent was 20 ppm, contact time 40 minutes, and biosorbent weights 0.25 g.Key words: eggshell biosorbent , Pb, Cd, Atomic Absorbtion Spectrophotometer ABSTRAK Limbah cangkang telur termasuk salah satu limbah yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Cangkang telur dapat dimanfaatkan sebagai zat penjerap yang baik karena mengandung CaCO3 yang tinggi dan memiliki struktur pori-pori alami. Limbah cangkang telur berpotensi digunakan sebagai biosorben alternatif untuk mengadsorpsi limbah logam berat yang banyak mencemari lingkungan yaitu logam berat Pb dan Cd. Tujuan penelitian ini adalah memanfaatkan limbah cangkang telur untuk dijadikan biosorben dan meneliti potensinya dalam adsorpsi logam Pb dan Cd. Tahapan penelitian terdiri atas preparasi dan pembuatan biosorben cangkang telur, dan optimasi adsorpsi biosorben cangkang telur terhadap logam berat Pb dan Cd. Optimasi adsorpsi meliputi variabel waktu kontak optimum, bobot biosorben optimum, dan konsentrasi adsorbat optimum. Pengukuran konsentrasi logam berat Pb dan Cd sebelum dan setelah proses adsorpsi menggunakan instrumen Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) Agilent tipe 240FS AA. Hasil penelitian menunjukan bahwa biosorben cangkang telur dapat mengadsorpsi logam berat Pb sebesar 65,99% pada kondisi konsentrasi adsorbat 160 ppm, waktu kontak 20 menit, dan berat biosorban sebesar 0,50 gram. Sedangkan untuk logam berat Cd, persen adsorpsi sebesar 93,16% pada konsentrasi sorbat 20 ppm, waktu kontak 40 menit, dan berat biosorben sebesar 0,25 gram.Kata Kunci: biosorben cangkang telur, Pb, Cd, Atomic Absorption spectrophotometer.
Insecticide toxicity of profenofos and chlorpyrifos on nile tilapia (Oreochromis sp.) The purpose of this study was to determine the level of toxicity of two organophosphate pesticide chlorpyrifos and profenofos on the nile tilapia (Oreochromis. Sp). Applications for pest control of insect pests on plants may indirectly increase production, but some may find the negative impacts. Although a kind of pesticide intended to kill a specific target group or species, but is intrinsically toxic to all organisms for ecosystem sustainability. Profenofos and chlorpyrifos is a broad-spectrum organophosphate insecticide used to control insect pests on pepper, cotton, corn, onions, potatoes, vegetables and other crops. A number of the available data indicate that profenofos and chlorpyrifos are also harmful to non-target organisms in terrestrial and aquatic ecosystems. Scope o the study include Aclimitation Test, Preliminary and Definitive Determination and Test Range. The results showed the value of LC 50 was getting smaller with increasing observation time in both types of insecticides, results for profenofos LC50-24 hours 0.866 mg / L, LC50-48 hours 0.786 mg / L, LC50-72 hours 0,711 mg / L and 0,517 hours LC50-96 mg / L and for chlorpyrifos was LC50-24 hour 0.227 mg / L, LC50-48 hours of 0,211 mg / L, LC50-72 hours 0.192 mg / L and LC50-96 hours 0.173 mg / L, these results indicated that the insecticide profenofos and chlorpyrifos were insecticides with extremely high toxicity. LC50 values of insecticide chlorpyrifos was 3.6 times lower than the toxicity of profenofos.Keywords: profenofos, chlorpyrifos, LC50, Oreochromis.sp ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat toksisitas dari dua pestisida organofosfat yaitu profenofos dan Klorpirifos terhadap ikan nila ( Oreochromis. sp ). Aplikasi untuk penanggulangan hama serangga pengganggu pada tanaman secara tidak langsung dapat meningkatkan produksi, namun tidak sedikit pula ditemukan dampak negatifnya. Meskipun suatu jenis pestisida ditujukan untuk mematikan suatu kelompok atau spesies target tertentu, tetapi pada hakekatnya bersifat racun terhadap semua organisme untuk keberlanjutan ekosistem. Profenofos dan Klorpirifos merupakan insektisida organofosfat berspektrum luas yang digunakan untuk mengendalikan hama serangga pada cabai, kapas, jagung, bawang, kentang, sayur-sayuran dan tanaman lainnya. Sejumlah data yang tersedia menunjukkan bahwa profenofos dan klorpirifos juga berbahaya untuk organisme non-target pada ekosistem terestrial dan perairan.Ruang lipngkup penelitian ini meliputi Aklimitisasi, Uji Pendahuluan dan Penentuan Kisaran dan Uji Definitif. Hasil penelitian menunjukan nilai LC 50 semakin kecil dengan bertambahnya waktu pengamatan pada kedua jenis insektisida, hasil LC50-24 jam 0,866 mg/L, LC50-48 jam 0,786 mg/L, LC50-72 jam 0,711 mg/L dan LC50-96 jam 0,517 mg/L dan untuk klorpirifos didapatka hasil LC50-24 jam 0,227 mg/L, LC50-48 jam 0,211 mg/L, LC50-72 jam 0,192 mg/L dan LC50-96 jam 0,173 mg/L, hasil ini menunjukan bahwa insektisida profenofos dan klorpirifos adalah jenis insektisida dengan daya racun yang sangat tinggi. Nilai LC50 insektisida klorpirifos rata-rata pada tiap waktu pajanan 3,6 kali lebih rendah dibandingkan dengan profenofos sehingga daya racun klorpirifos lebih kuat dibandingkan dengan profenofos.Kata kunci : Profenofos, Klorpirifos, LC 50, Oreochromis.sp
Phytochemical Content and Katinon Coumpound in Red Khat (Catha edulis) LeavesKhat Plant (Catha edulis) ABSTRAKTanaman Khat (Catha edulis) termasuk dalam famili Celastraceae yang berasal dari Afrika Timur dan dataran Arab. Tanaman Khat memiliki daun berwarna hijau bergerigi halus dengan bentuk oval menyerupai daun sirih, dan berbau harum. Komponen aktif daun Khat yaitu katinona merupakan senyawa kimia golongan alkaloid. Katinona dengan rumus kimia 2-amino-1-fenil propanon sering disebut sebagai amfetamin alami karena menghasilkan efek seperti amfetamin yang bisa menembus susunan saraf pusat, memacu adrenalin dan stimulansia. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi kandungan senyawa fitokimia dan katinon dalam daun Khat merah (C. edulis) menggunakan kromatografi gas spektra massa .Hasil penelitian menunjukan serbuk simplisia daun Khat merah (C. edulis) mengandung senyawa metabolit sekunder yaitu alkaloid, fenolik, glikosida, steroid/triterpenoid, flavonoid, tanin serta saponin. Berdasarkan identifikasi ekstrak daun Khat merah (C. edulis) pada pH 8, 9 dan 10 menggunakan KG-SM menunjukan adanya senyawa katin pada konsentrasi yang berbeda, sedangkan senyawa katinona tidak ditemukan pada ke tiga jenis pH ekstrak tersebut.Kata kunci : Catha edulis, fitokimia, metabolit sekunder, kromatografi gas-spektra massa PENDAHULUANTanaman Khat (Catha edulis) sebelumnya dikenal masyarakat Indonesia sebagai teh arab dan keberadaannya sudah ada sejak 10 tahun yang lalu. Tumbuhan semak ini banyak ditemui di daerah Afrika yaitu Djobouti, Somalia, Ethiophia, Yaman, Mesir dan Wilayah Semenanjung Arab. Tanaman ini sempat digemari seperti halnya kopi. Daun segar tanaman ini biasa dikonsumsi oleh penduduk Asia dan Afrika. Orang dari daerah timur tengah biasa mengkonsumsi daun ini dengan cara dikunyah secara langsung, sebagai lalapan dan terkadang dicampur dalam seduhan teh (Gambaro et al., 2012). Orang yang mengkonsumsi daun dari tanaman Khat ini dapat membuat penggunanya berenergi, banyak bicara dan agresif karena memiliki efek stimulan.Daun Khat mengandung senyawa metabolit sekunder terutama golongan alkaloid. Komponen aktif utama daun Khat yaitu senyawa alkaloid katinona. Katinona setelah panen dan mengalami proses pengeringan, terdekomposisi menjadi katin (norpseudoephedrine), sehingga tidak akan teridentifikasi sebagai katinona pada umumnya. Katinona memiliki mekanisme
Study on Phenol Compound Transport using Polieugenol Liquid Membrane with Dichloromrthane Solven Phenol is a component in waste water that is very dangerous, because it is toxic, corosif on skins and carcinogenics. It can be separated by using liquid membranes. Membrane can be a very specific filter. Liquid membrans transport technique used three phase. The phase are donor phase that contain substance to be separated, membrane phase that contains ligan in the organic solvents, and aceptore phase that contain base as release agent of ligans complex. Polyeugenol have a condition as a ligan that is capable as selective chelate agent for phenol coumpounds. In this research, polieugenol were used with dichloromethane solvents as a membrane for separating and transporting phenol separated, NaOH as release phase with variating pHs, concentrations of release phase, transport time and membrane concentrations. The result showed that liquid membrane of polieugenol in dichloromethane solvent can transport phenol at source phase pH 6.5, at optimum released concentration was 0.75 M, optimum transport times was 72 hours, and optimum membran concentrations was 1,5×10-3 with % transport was 65.2%.Keywords : Liquid membrane, polyeugenol, dichlorometane, phenol ABSTRAK Fenol merupakan salah satu komponen dalam air limbah yang sangat berbahaya, karena beracun dan bersifat korosif terhadap kulit serta karsinogenik. Fenol dapat dipisahkan dengan menggunakan membran cair. Membran dapat bertindak sebagai filter yang sangat spesifik. Teknik transpor membran cair melibatkan tiga fasa yaitu fasa donor, mengandung bahan yang akan dipisahkan, fasa membran berisi ligan dalam pelarut organik dan fasa akseptor yang berisi basa sebagai agen pelepas dari kompleks ligan.Polieugenol mempunyai syarat sebagai ligan sehingga mampu berfungsi sebagai agen pengkhelat yang selektif untuk senyawa fenol. Pada penelitian ini digunakan polieugenol dengan pelarut diklorometana sebagai membran untuk pemisahan dan transpor senyawa fenol, dan NaOH sebagai fasa pelucut dengan memvariasikan pH, konsentrasi fasa pelucut, waktu transpor dan konsentrasi membran. Hasil penelitian menunjukan bahwa membran cair polieugenol dalam pelarut diklorometana dapat mentranspor fenol pada pH fasa sumber optimum 6,5, pada konsentrasi pelucut optimum 0,75 M, waktu transpor optimum 72 jam, dan pada konsentrasi membran optimum 1,5×10-3 dengan % transpor 65,2%.Kata kunci : membran cair, polieugenol, diklorometana, fenol
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.