AbstrakKerapatan kolagen merupakan satu faktor penting dalam kejadian prolaps uteri. Beberapa penelitian menunjukkan pasien prolaps uteri mempunyai kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina yang rendah. Penelitian ini bertujuan mengukur perbedaan kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina pada pasien dengan dan tanpa prolaps uteri. Penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif dengan case control study terhadap 16 pasien prolaps uteri dan 16 pasien tanpa prolaps uteri di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dan RS jejaring periode November-Desember 2008. Bahan penelitian diambil dari ligamentum sakrouterina saat operasi histerektomi lalu dibuat sediaan dengan pewarnaan hematoksilin-eosin dan Masson's trichrome. Uji kemaknaan menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian didapatkan hubungan bermakna antara kerapatan kolagen dan kejadian prolaps uteri, yaitu kerapatan kolagen pada pasien prolaps uteri lebih rendah (15,3%) dibanding dengan tanpa prolaps uteri (48,75%). Cut-off point kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina untuk prediksi prolaps uteri adalah ≤ 30%; sensitivitas 93,8%; spesifisitas 87,5%; dan akurasi 90,6%. Simpulan penelitian ini adalah bahwa kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina pada pasien prolaps uteri lebih rendah dibanding dengan pasien tanpa prolaps uteri. Cut-off point kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina yang dapat memprediksi prolaps uteri adalah ≤ 30%. [MKB. 2015;47(4):212-7] Kata kunci: Kerapatan kolagen, ligamentum sakrouterina, prolaps uteri The Comparison of Uterosacral Ligament Collagen Density in Patients with and without Uterine Prolapse AbstractCollagen density is one important factor in uterine prolapse. Several studies has shown that uterine prolapse patients have lower uterosacral ligament collagen density. The purpose of this study was to reveal the uterosacral ligament collagen density differences in patients with and without uterine prolapse. This case control study was an analitic comparative research of 16 uterine prolapse patients and 16 patients without uterine prolapse who underwent hysterectomy in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung and its networking hospitals during November-December 2008. Uterosacral ligament was sampled and then stained using HE and Masson's trichrome staining. The significance of the result was analyzed using Mann-Whitney. The study found a significant correlation between collagen density and uterine prolapse, with the collagen density of uterine prolapse patients was lower (15.3%) than patients without uterine prolapse (48.75%). The uterosacral ligament collagen density cut-off point in predicting women having uterine prolapse was ≤30%; with 93.8% sensitivity, 87.5% specificity, and 90.6% accuracy. The conclusion of this study is that uterosacral ligament collagen density in patients with uterine prolapse is lower (15.3%) than patients without uterine prolapse (48.75%). The uterosacral ligament collagen density cut-off point in predicting a women having uterine prolapse is ≤30%. [MKB. 2015;47(4):212-7]
Background:Placenta accreta spectrum (PAS) is a complex obstetric complication that poses a major risk for life-threatening hemorrhage. The pathogenesis of PAS is known to be related to placentogenesis, trophoblastic cells invasion, and previous obstetrical procedures that cause uterine wall defects. However, the precise mechanism of this disease has not been fully explained. This study aimed to evaluate the differences in maximum depth of invasion and distribution pattern of implantation site intermediate trophoblasts between PAS and non-accreta cases. Material/methods:This was an observational, analytic, cross-sectional study that utilized paraffin block specimen of peripartum hysterectomy performed in Hasan Sadikin General Hospital Bandung from 2018 to 2020. Sixty-four samples were obtained, then classified as PAS and non-accreta (normal placenta). Implantation site-intermediate trophoblasts were identified using CD-146 staining. Maximum invasion depth of intermediate trophoblasts was measured in micrometers, while the distribution pattern was assessed and classified into 2 groups: confluent and scattered. Results:We found that the maximum invasion depth of the intermediate trophoblasts was significantly higher in the PAS group compared to that of the non-accreta group (2453.52±1172.122 µm vs 1613.59±822.588 µm, P=0.009).The confluent distribution pattern was significantly more common in the PAS group compared to that of the non-accreta group (87.2% vs 17.6%, P=0.0001). Conclusions:The findings of our study suggested that implantation site intermediate trophoblasts play a role in the pathophysiology of placenta accreta. Further studies are needed to determine factors that affect trophoblast invasion leading to placenta accreta spectrum.
Congenital heart disease dan Gastrointestinal system masing-masing sebanyak 2,3%, Thorax anomalies sebanyak 0.8%. Kesimpulan: Secara keseluruhan dapat disimpulkan seluruh ukuran pada analisis diagnostik menunjukkan kategori di atas cukup kuat, didapatkan validasi yang baik ultrasonografi transabdominal pada luaran kelainan kongenital janin.
Abstrak Tujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang turun peranakan atau prolaps alat genitalia dapat disamakan dengan suatu hernia, dimana suatu organ genitalia turun ke dalam vagina, bahkan mungkin keluar liang vagina. Hal ini karena kelemahan otot fasia dan ligamen penyokongnya. Kerusakan pada penyangga vagina dapat terjadi dalam satu lokasi saja (misalnya, dinding vagina anterior saja), tetapi lebih sering terjadi kombinasi. Metode merangkum daftar referensi terupdate sebagai bahan artikel yang dapat menjadi pedoman dan tatalaksana prolaps organ panggul. Hasil tidak semua prolaps alat genitalia membutuhkan terapi, karena banyak penderita tidak mempunyai keluhan, terutama stadium I dan kadang-kadang stadium II. Pada mereka yang mempunyai keluhan tentu perlu penanganan dengan tepat agar penderita merasa lebih baik. Prolaps uteri stadium II dan III dipilih vaginal histerektomi dan disertai dengan kolporafi anterior dan kolpoperineorafi, Hal ini terutama bila penderita sudah mengalami manaupose atau tidak memerlukan lagi organ reproduksi. Kesimpulan, walaupun tidak mengancam nyawa, akan tetapi prolapsus alat genitalia dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Kata kunci : Prolap alat genital, kualitas hidup wanita
Congenital heart disease dan Gastrointestinal system masing-masing sebanyak 2,3%, Thorax anomalies sebanyak 0.8%. Kesimpulan: Secara keseluruhan dapat disimpulkan seluruh ukuran pada analisis diagnostik menunjukkan kategori di atas cukup kuat, didapatkan validasi yang baik ultrasonografi transabdominal pada luaran kelainan kongenital janin.
AbstrakNyeri perineum akibat robekan yang terjadi pada saat persalinan dapat dirasakan segera setelah melahirkan atau beberapa bulan kemudian, sehingga menyebabkan dispareunia. Episiotomi sebagai profilaktik untuk melindungi integritas dasar panggul merupakan insisi bedah yang lurus dan rapi akan menggantikan laserasi kasar. Sensasi nyeri akibat penjahitan luka episiotomi dapat dikurangi dengan menggunakan benang yang cepat diabsorbsi. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan sensasi nyeri perineum pascapenjahitan luka episiotomi menggunakan benang chromic catgut dengan fast absorbing polyglactin 910 terhadap nyeri perineum 48 jam dan 42 hari pascasalin. Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Padjadjaran-RS Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Desember 2009-Maret 2010. Penilaian nyeri menggunakan visual analog scale (VAS) yang dilakukan 48 jam dan 42 hari pascasalin. Lima puluh dari 100 subjek penelitian dilakukan penjahitan dengan benang chromic catgut dan 50 subjek menggunakan benang fast absorbing polyglactin 910. Analisis uji chi-kuadrat 48 jam pascasalin, didapatkan hasil tidak ada perbedaan bermakna pada penggunaan kedua benang tersebut terhadap nyeri perineum (p=0,645). Analisis 42 hari pascasalin didapatkan perbedaan bermakna (p<0,001), kejadian bebas nyeri perineum lebih baik dengan penjahitan menggunakan benang fast absorbing polyglactin 910 (46 kasus atau 92%) dibandingkan dengan pemakaian benang chromic catgut (29 kasus atau 58%). Simpulan, penjahitan luka perineum menggunakan benang fast absorbing polyglactin 910 memberikan kejadian bebas nyeri perineum yang lebih baik dibandingkan dengan benang chromic catgut pada 42 hari pascasalin. [MKB. 2011;43(2):89-92]. Kata kunci: Chromic catgut, fast absorbing polyglactin 910, nyeri perineum Comparative Study of Pain Sensation at 48 hours and 42 Days Postpartum Using Chromic Catgut and Polyglactin 910 AbstractPerineal pain due to tears that occur during delivery can be felt immediately after birth or several months later, causing dyspareunia. Episiotomy as a prophylactic to protect the integrity of the pelvic floor is a straight and neat surgical incision will replace rough lacerations. Pain sensation due to episiotomy wound suturing can be reduced by using thread that quickly absorbed. The purpose of this study was to compare perineal pain sensation after suturing episiotomy wound using chromic catgut with using fast absorbing polyglactin 910. The perineal pain of both groups were evaluated 48 hours and 42 days post episiotomy using visual analog scale (VAS). This study was conducted at the Obstetrics and Gynecology Department, Faculty of Medicine Padjadjaran University/Dr. Hasan Sadikin Hospital period December 2009-March 2010. Fifty out of 100 subjects were sutured using chromic catgut and 50 were using fast-absorbing polyglactin 910. Chi-square test analysis at 48 hours postpartum, showed no significant perineal pain difference (p=0.645) of both groups but at 42 days the analysis showed a significant difference (p<0.0...
Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar vitamin D pada wanita usia reproduksi tidak hamil dan wanita hamil trimester pertama. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode rancangan Comparative Cross Sectional yaitu membandingkan kadar vitamin D pada dua kelompok yaitu wanita usia reproduksi tidak hamil dan wanita hamil trimester pertama. Subjek penelitian yaitu wanita usia reproduksi (18-35 tahun) tidak hamil dan bertempat tinggal di kota Bandung dengan wanita dengan usia kehamilan trimester pertama yang memenuhi kriteria inklusi penelitian (n=60). Pada kedua kelompok dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D kemudian diperiksa dengan metode Electro-chemiluminescence immunoassay (ECLIA). Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Februari-April 2018. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan kadar vitamin D rata-rata pada kelompok wanita usia reproduksi tidak hamil adalah 18,73 (6,93) ng/mL, sementara pada kelompok wanita hamil trimester pertama yaitu 13,87 (4,04) ng/mL. Perbedaan kadar rata-rata vitamin D pada kedua kelompok tersebut bermakna dengan nilai p<0,001 Simpulan: Kadar vitamin D pada kelompok wanita hamil trimester pertama lebih rendah dibandingkan dengan kelompok usia reproduksi tidak hamil Kata kunci: Vitamin D, wanita usia reproduksi tidak hamil, wanita hamil trimester pertama
Tujuan: Mengetahui karakteristik pasien infeksi luka operasi (ILO) bidang Obstetri dan mendeskripsikan gambaran pola kuman serta kepekaan antibiotiknya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin Bandung Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional yang bersifat retrospektif dari rekam medis pasien obstetri yang terdiagnosis infeksi luka operasi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung selama periode Juli 2020 - Juni 2021. Karakteristik subjek meliputi usia, berat badan, tinggi badan, body mass index (BMI), dan paritas. Dalam penelitian ini digunakan tingkat ketelitian (α) 5%, tingkat kepercayaan 95% sehingga diperoleh nilai Z = 1,96. Deskripsi karakteristik dan status pasien ditampilkan dalam bentuk tabel. Data kategorik dideskripsikan dengan jumlah (n) dan persentase (%). Hasil: Hasil penelusuran rekam medis didapatkan sebanyak 20 pasien yang didiagnosis dengan ILO. Seluruh pasien yang mengalami ILO merupakan pasien pasca seksio sesarea. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada rerata umur, berat badan, tinggi badan, BMI, dan sebaran paritas. Kesimpulan: ILO pada bidang obstetri seluruhnya terjadi pasca seksio sesarea. Tidak didapatkan perbedaan bermakna pada karakteristik pasien yang mengalami ILO. Pola kuman yang paling sering dijumpai adalah Escherichia coli dan Acinetobacter baumannii. Antibiotik yang sensitif terhadap mayoritas sampel adalah tigecycline dan meropenem. Antibiotic Susceptibility and Microbial Pattern in Obstetric Surgrical Wound Infection Abstract Objective: To know the characteristics of surgical site infection (SSI) patients in obstetrics field and describing the microbial pattern and their antibiotic sensitivity at the Hasan Sadikin General Hospital Method: This study was a descriptive observational study with a retrospective cross sectional approach from the medical records of obstetric patients diagnosed with surgical wound infections at Dr. Hasan Sadikin Bandung during the period July 2020 - June 2021. Subject characteristics include age, weight, height, body mass index (BMI), and parity. In this study, the level of accuracy (α) 5%, 95% confidence level, so that the value of Z = 1.96 is obtained. Results: The results gained from tracing medical records and obtained as many as 20 patients diagnosed with SSI. All patients who experienced SSI were post-cesarean section patients. There were no significant differences in the mean age, weight, height, BMI, and parity distribution. Conclusion: There was a high prevalence of female sexual dysfunction among health practitioners at Hasan Sadikin General Hospital, accounting to 41.8%. There was no statistically significant difference between various demographic aspects and female sexual dysfunction. Key words: Microbial pattern, antibiotic, sensitivity, surgical site infection
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.