Tujuan penulisan artikel ini adalah merancang prototipe sistem kendali perangkat elektronik rumah berbasis android dan arduino, sistem ini dibuat untuk mengendalikan sistem penyalaan perangkat elektronik rumah secara jarak jauh selama terhubung ke jaringan internet melalui perangkat smartphone android. Metode pengembangan sistem yang digunakan menggunakan pendekatan Rapid Application Development. Pengujian perangkat lunak aplikasi sistem kendali perangkat elektronik berdasarkan ketepatan monitoring dan pengontrolan sistem otomatis dan manual, dengan memanfaatkan penjadwalan otomatis dan sensor ruangan yang diaplikasikan dengan sistem menggunakan mikrokontroller arduino. Sistem ini secara otomatis dapat memantau perangkat elektronik rumah yang terhubung melalui internet ke perangkat lunak yang terpasang di smartphone android. Dengan sistem kendali perangkat elektronik rumah ini pengguna cukup menggunakan aplikasi berbasis android untuk menjalankan sistem monitoring dan pengontrolannya sehingga memudahkan dalam mengontrol dan monitoring peralatan elektronik rumah secara jarak jauh tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Rakik Bada merupakan salah satu kuliner Minangkabau yang dapat dikembangkan sebagai usaha rumah tangga. Permasalahan yang ditemui di Nagari Sungai Pinang Pesisir Selatan, usaha rakik bada sudah ada akan tetapi belum dikemas dengan baik dengan mencantumkan label, dan tangal produksi serta tanggal kadarluasa dari produk. Pencantuman tanggal kadarluasa sangat penting bagi makanan dan minuman yang memiliki waktu kualitas terbaik yang sangat singkat. Oleh karena itu untuk peningkatan nilai ekonomis dari kuliner rakik bada perlu dilakukan pendampingan, dalam hal pelatihan pengemasan atau packaging. Kelompok sasaran adalah ibu-ibu PKK Nagari Sungai Pinang. Pelatihan dilaksanakan mulai dari membuat produk rakik bada lado hijjau dan pemberian pengetahuan pentingnya pengkemasan dan pemberian label pada produk. Evaluasi hasil dilihat dari penilaian karya mandiri dan mencermati partisipasi dari para peserta. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa pelatihan dapat memberikan pengetahuan kepada mitra mengenai alternatif kemasan yang dapat dipilih untuk menampilkan produk yang lebih baik di pasaran dan pemberian label dapat membantu memberikan informasi kepada konsumen.
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana peningkatan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan homestay berbasis komunitas di Nagari Sungai Pinang, Sumatera Barat. Masalah ini menarik karena Sungai Pinang adalah salah satu nagari yang memiliki potensi besar menjadi Nagari Wisata andalan Sumatera Barat, karena menjadi salah satu lokasi yang cukup diminati turis lokal maupun mancanegara. Namun pengembangan pariwisata Nagari Sungai Pinang belum diiringi oleh kesiapan masyarakat untuk menjadi masyarakat pariwisata. Salah satu indikatornya adalah persoalan partisipasi dalam mendukung infrastruktur penting pariwisata, seperti penginapan/ homestay. Di Sungai Pinang saat ini hanya ada satu penginapan, itupun dikelola oleh pihak swasta yang dikomersilkan, sehingga tidak berdampak pada perekonomian masyarakat lokal. Padahal rumah tinggal warga merupakan sumber daya penting yang dapat dimanfaatkan menjadi homestay. Masalah ini menjadi alasan pentingnya pembinaan terhadap masyarakat Sungai Pinang. Sebagai solusi untuk permasalahan yang terdapat pada mitra di atas maka dilakukan pelatihan pengelolaan homestay berbasis komunitas yang sesuai standar, dengan memanfaatkan rumah warga lokal. Masyarakat perlu diberikan edukasi tentang standar pengelolaan homestay yang memperhatikan pelayanan dan kenyamanan kepada pengunjung, karena penginapan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat wisatawan termasuk kesejahteraan masyarakat lokal. Bentuk kegiatan yang diberikan adalah sosialisasi dan pelatihan pengelolaan rumah warga menjadi homestay. Hasil kegiatan ini menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam pengelola homestay berbasis rumah tinggal, termasuk pengetahuan tatakelola homestay yang mendukung pengembangan pariwisata di Sungai Pinang. Kata Kunci: Homestay Berbasis Komunitas, Pemberdayaan Masyarakat, Pariwisata Berkelanjutan, Sungai Pinang.
Objectives The quality of hospital discharge care and patient factors (health and sociodemographic) impact the rates of unplanned readmissions. This study aims to measure the effects of controlling for the patient factors when using readmission rates to quantify the weighted edges between health care providers in a collaboration network. This improved understanding may inform strategies to reduce hospital readmissions, and facilitate quality-improvement initiatives. Methods We extracted 4 years of patient, provider, and activity data related to cardiology discharge workflow. A Weibull model was developed to predict the risk of unplanned 30-day readmission. A provider–patient bipartite network was used to connect providers by shared patient encounters. We built collaboration networks and calculated the Shared Positive Outcome Ratio (SPOR) to quantify the relationship between providers by the relative rate of patient outcomes, using both risk-adjusted readmission rates and unadjusted readmission rates. The effect of risk adjustment on the calculation of the SPOR metric was quantified using a permutation test and descriptive statistics. Results Comparing the collaboration networks consisting of 2,359 provider pairs, we found that SPOR values with risk-adjusted outcomes are significantly different than unadjusted readmission as an outcome measure (p-value = 0.025). The two networks classified the same provider pairs as high-scoring 51.5% of the time, and the same low scoring provider pairs 85.6% of the time. The observed differences in patient demographics and disease characteristics between high-scoring and low-scoring provider pairs were reduced by applying the risk-adjusted model. The risk-adjusted model reduced the average variation across each individual's SPOR scored provider connections. Conclusions Risk adjusting unplanned readmission in a collaboration network has an effect on SPOR-weighted edges, especially on classifying high-scoring SPOR provider pairs. The risk-adjusted model reduces the variance of providers' connections and balances shared patient characteristics between low- and high-scoring provider pairs. This indicates that the risk-adjusted SPOR edges better measure the impact of collaboration on readmissions by accounting for patients' risk of readmission.
Permainan tradisional daerah atau permainan anak nagari yaitu silek merupakan bentuk dari sebuah kesenian yang memiliki nilai keindahan bagi penikmatnya. Di era modernisasi, masih ada generasi muda yang mempelajari dan menekuni Silek Kumango. Penelitian ini dilakukan di Nagari Kumango Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pendekatan penelitian kualitatif, dengan metode pengumpulan data antara lain: (1) wawancara (interview), dengan 18 informan yang terdiri dari Guru Sasian Silek Kumango, Guru Tuo/penasehat Silek Kumango, pelajar/ mahasiswa, Tokoh Adat Nagari Kumango, dan Orang tua Persi Silek Kumango; (2) pengamatan (Observasi) pada pelaksanaan permainan anak Silek Kumango; dan (3) studi kepustakaan dalam bentuk artikel, laporan penelitian terdahulu berserta sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian tentang Silek Kumango. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi para generasi muda ingin mempelajari Silek Kumango selain untuk pelestarian budaya, juga karena rasa ingin tahu terhadap Silek Kumango, rasa aman dan keinginan untuk berprestasi serta dipengaruhi oleh lingkungan sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti modal sosial tradisi rewang pada masyarakat Jawa di Desa Beringin, Kecamatan Talang Muandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Rewang menarik untuk diteliti karena masih eksis di tengah masyarakat Jawa yang merantau di Desa Beringin. Penelitian ini dianalisis dengan teori modal sosial Robert Putnam serta pendekatan kualitatif tipe studi kasus. Jumlah informan keseluruhan sebanyak 22 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi dokumen. Untuk mendapatkan data yang valid dilakukan triangulasi data. Analisis data menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa tradisi rewang merupakan suatu tradisi yang menjadi modal sosial bagi masyarakat Jawa di Desa Beringin. Wujud dari modal sosial tersebut adalah ketika orang-orang yang terlibat dalam tradisi rewang mengembangkan sumber daya yang dimilikinya. Sumber daya tersebut adalah: (1) jejaring sosial, peserta rewang merupakan bagian dari jaringan sosial yaitu karena adanya hubungan kekerabatan, tetangga dan hubungan pekerjaan, (2) kepercayaan atau trust, yang ditandai adanya pembagian kerja berdasarkan pada pengalaman dari anggota rewang sehingga si tuan rumah percaya bahwa hajatan akan lancar apabila setiap tugas dipegang oleh orang-orang yang dianggap sudah punya pengalaman di bidangnya, (3) nilai-nilai sosial, dalam tradisi rewang terdapat nilai sosial untuk mengikat hubungan antar masyarakat, nilai tersebut adalah nilai timbal-balik, nilai tolong-menolong dan nilai sosialisasi.
Abstrak: Gambaran Kepatuhan Penggunaan Inhaler KombinasiLABA/LAMA dan Quality of Life Pada Pasien PPOK Kabupaten PringsewuProvinsi Lampung Tahun 2022. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalahpenyakit yang dapat dicegah dan juga dapat diobati yang ditandai dengan adanyagejala gangguan pernapasan yang persisten dan adanya keterbatasan aliran udarayang disebabkan oleh kelainan jalan napas dan atau alveolus biasanya disebabkanoleh paparan yang signifikan terhadap partikel ataupun gas yang berbahaya dandipengaruhi oleh beberapa faktor pejamu. Tingginya tingkat kepatuhan terhadapterapi pada pasien PPOK akan memberikan efek yang baik pada perbaikan quality oflife pasien. Tujuan Penelitian untuk mengetahui gambaran kepatuhan penggunaaninhaler kombinasi LABA/LAMA dan quality of life pada pasien PPOK. Penelitianmenggunakan deskriptif observasional dengan pendekatan studi cross sectional.Parameter yang digunakan adalah tingkat kepatuhan menggunakan kuesionerMMAS-8 dan quality of life menggunakan kuesioner SGRQ. Pengambilan sampeldilakukan di Klinik Harum Melati dan RSU Wisma Rini Pringsewu Lampung. Didapatkan 200 populasi pasien PPOK yang menggunakan inhaler kombinasi LABA/LAMA. Berdasarkan hasil pada penelitian ini didapatkan tingkat kepatuhan pasien lebih banyak berada pada tingkat kepatuhan tinggi, yaitu sebanyak 98 orang (49%) dan lebih sedikit pada tingkat kepatuhan rendah, yaitu 35 orang (17,5%). Sedangkan berdasarkan tingkat quality of life pasien paling banyak berada pada tingkat quality of life baik, yaitu sebanyak 165 orang (82,5%) dan paling sedikit pada tingkat quality of life tidak baik, yaitu 35 orang (17,5%). Gambaran pasien didapatkan lebih banyak berada pada tingkat kepatuhan tinggi, yaitu sebanyak 98 orang (49%) dan didapatkan paling banyak berada pada tingkat quality of life baik, yaitu sebanyak 165 orang (82,5%).
Introduction: Contraceptives that are mostly chosen by acceptors in Indonesia are injectable contraceptives as much as 61.4%, but injectable contraceptives have an impact that can cause weight gain, menstrual cycle disorders and emotional disturbances. Acceptors said that injectable contraception felt more practical in the family planning process. Objectives: The purpose of the study was to determine the relationship between weight gain, menstrual cycle disorders and emotional disturbances with the use of 3 month injectable contraceptives. Method: This type of research is quantitative, analytical research design with cross-sectional approach. The population and sample in this study were all family planning acceptors as many as 55 respondents in total sampling. This research was conducted in May 2022. Data collection was done using a questionnaire sheet. Analysis of univariate and bivariate t-test data (t-test). Result: The results showed that most users of 3-month contraceptive injections experienced weight gain of as much as 65.5%, experienced menstrual cycle disorders of as much as 80.0%, and experienced emotional changes of as much as 52.7%. There is a significant relationship between weight gain and the use of 3-month contraceptive injections with p-values of 0.000 and or 186,667. There is a significant relationship between the menstrual cycle and the use of 3-month contraceptive injections with p-values of 0.001 and or 10.370 and there is a significant relationship between emotionality and the use of 3month birth control injections with p-values of 0.000 and OR 30,769. Conclusion: The most dominant side effects of using 3-month injectable contraceptives are weight gain and emotional disturbances.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.