<p><em>Silek kumango</em> merupakan aliran <em>silek</em> yang ada di Minangkabau pada awalnya hadir sebagai pemanggil bagi pemuda untuk pergi mengaji ke surau. Karena pada saat itu, para pemuda sangat sulit untuk diajak pergi mengaji ke suaru. Representatif <em>silek kumango</em> lahir sebagai proyeksi dakwah kultural yang dilakukan oleh beberapa ulama masa silam di Minangkabau. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana <em>silek kumango</em> sebagai sarana dakwah kultural yang hendak dijaga, lestarikan, dan kembangkan agar sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang berorientasi untuk menjamin kehidupan sosial masyarkat secara adil, setara, sejahtera, dan maju. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif melalui metode kualitatif dengan sumber data studi pustaka dan studi lapangan. Pembahasan dan hasilnya adalah sebagai berikut; (1) melihat bagaimana perkembangan <em>silek kumango</em> sebagai sarana dakwah kultural; (2) <em>silek kumango</em> sebagai instrumen budaya dalam dakwah kultural; dan (3) bagaimana dampak <em>silek kumango</em> sebagai sarana dakwah kultural. Sehingga peneliti menarik kesimpulan bahwa <em>silek kumango</em> memiliki pengaruh besar dalam perkembangan dakwah Islam, terkhusus di Surau Belubus, Jorong Belubus, Kenagarian Sungai Talang, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota. Hal tersebut terjadi karena <em>silek kumango</em> sebagai warisan budaya yang beririsan dengan nilai-nilai keislaman yang menunjukkan bahwa ulama masa silam tidak meninggalkan budaya dalam dakwahnya. </p><p class="TableParagraph"> </p><p><em>Silek kumango is a silek school that exists in Minangkabau at first present as a caller for young men to go to recite to surau. Because at that time, the young men were very difficult to be invited to go to recite to Surau. The representative silek kumango was born as a projection of cultural da'wah carried out by several past scholars in Minangkabau. Therefore, this study aims to answer how silek kumango as a means of cultural da'wah to be maintained, preserved, and develop it to be in accordance with the Sustainable Development Goals (SDGs) which are oriented to ensure the social life of the community in a fair, equal, prosperous, and advanced manner. The research method used is descriptive analysis through qualitative methods with data sources of literature studies and field studies. The discussion and results are as follows; (1) see how the development of silek kumango as a means of cultural da'wah; (2) Silek Kumango as a cultural instrument in da'wah Cultural; and (3) how the impact of silek kumango as a means of cultural proselytizing. So researchers draw conclusions that silek kumango has a major influence in the development of Islamic da'wah, especially in Surau Belubus, Jorong Belubus, Kenagarian Sungai Talang, Guguak District, Fifty Kota Regency. This happens because silek kumango as a cultural instrument that intersects with Islamic values which shows that past scholars did not leave culture in their da'wah.</em></p>