Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi perkuliahan kajian matematika sekolah 1 dengan metode diskusi terhadap pengembangan kemampuan berpikir kreatif matematis dan kemampan pemecahan masalah mahasiswa pada level KAM (atas, sedang, rendah). Penelitian ini merupakan tipe penelitian kuasi eksperimen. Sampel pada penelitian ini terdiri 89 orang mahasiswa semester 1 tahun pada Program Studi Pendidikan Matematika yang mewakili mahasiswa level tinggi, sedang, dan rendah. Data diperoleh lewat tes, sedang analisis data dilakukan lewat uji t dan anava dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan pencapaian KBKM mahasiswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol; (2) ada perbedaan pencapaian KPMM mahasiswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol; (3) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan KAM mahasiswa terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis; dan (4) tidak ada interaksi antara pembelajaran dan mahasiswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. DEVELOPING MATHEMATICAL CREATIVE THINKING AND PROBLEM SOLVING ABILITY THROUGH DISCUSSION METHOD Abstract: This study is aimed at determining the contribution of generative learning model using discussion method to the development of creative thinking ability and mathematics problem solving at different levels (high, medium, low). This study is a quasi-experimental research involving 89 first semester mathematics students represesenting different levels. Data were collected through test and analyzed using t-test, and two-way ANOVA. The results of the study are: (1) the creative thinking ability of students in experiment class and that of students in controll class are different, (2) the KPMM of experiement class and that of control class are different, (3) learning and KAM level have no correlation with creative thinking ability, and (4) learning and KAM level have no correlation mathematics problem solving ability. Keywords: Creative thinking ability, mathematics problem solving, discussion method
Abstrak: Self-efficacy matematis siswa penting, maka perlu ada upaya untuk meningkatkannya. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran generatif (MPG) sebagai alternatif pembelajaran yang diperkirakan akan memicu peningkatan kemampuan tersebut. Tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penerapan MPG terhadap peningkatan self-efficacy baik level sekolah (tinggi, sedang dan rendah), KAM (atas, sedang rendah). Penelitian menerapkan desain kuasi eksperimen. Sampel pada penelitian ini terdiri atas 191 orang siswa kelas VIII pada tiga SMP Negeri di Kota Yogyakarta masing-masing mewakili sekolah level tinggi, sedang, dan rendah. Hipotesis penelitian diuji pada taraf signifikansi 5%, analisis data yang digunakan uji Mann Whitney dan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukkan (1) ada perbedaan pencapaian, peningkatan selfefficacy matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas control; dan (2) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan level sekolah terhadap peningkatan self-efficacy matematis siswa. Kata Kunci: self-efficacy matematis, pembelajaran generatif THE ENHANCEMENT OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS' SELF-EFFICACY THROUGH GENERATIVE LEARNINGAbstract: The students' mathematics self-efficacy is important. So, there must be an effort to enhance it. This study implemented the generative learning model as an instructional alternative expected to be able to enhance students' self-efficacy. This study was aimed to find out the contribution on the enhancement of the students' self-efficacy. This study employed the quasi experiment design. The sample consisted of 191 grade eight students from three state junior high schools in Yogyakarta Municipality, each representing high-level schools, medium-level schools, and low-level schools. The hypothesis was tested at the significance level of 5%. The data were analyzed using the Mann Whitney and two-way ANOVA analyses. The findings showed that (1) there was a significant difference in the students' self-efficacy between the experimental group and the control group; (2) there was no interaction between instruction and school levels on the enhancement of the students' self-efficacy. Keywords: mathematics self-efficacy, generative learning PENDAHULUANPeneltian pada beberapa tahun terakhir tampak tidak hanya menelaah pada aspek kognitif saja, melainkan juga aspek afektif, antara lain self-efficacy yang perkirakan dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa. Bandura (1997) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan suatu faktor penentu pilihan utama untuk pengembangan individu, ketekunan dalam menggunakan berbagai kesulitan, dan pemikiran memola dan reaksi-reaksi emosional yang dialami. Self-efficacy dapat dikembangkan dari diri siswa dalam pembelajaran matematika, melalui empat sumber, yaitu (1) pengalaman kinerja; (2) pengalaman orang lain; (3) aspek dukungan langsung/sosial; dan (4) aspek psikologi dan afektif.Self-efficacy juga dituntut dalam pelaksanaan kurikulum matematika sekolah menengah pertama (SMP). Salah satu tujuan pengajaran matematika S...
Abstrak: Soft skills merupakan faktor yang turut menunjang kesuksesan siswa belajar matematika. Perlu ada upaya untuk menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat memicu peningkatan soft skills siswa dalam matematika. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran generatif sebagai alternatif pembelajaran yang diperkirakan akan memicu peningkatan ketiga kemampuan tersebut. Tujuan penelitian untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penerapan model tersebut terhadap peningkatan kemampuan soft skills pada level sekolah (tinggi, sedang dan rendah). Penelitian menerapkan desain kuasi eksperimen. Sampel terdiri atas 191 orang siswa kelas VIII pada tiga SMP Negeri di Kota Yogyakarta yang mewakili level sekolah. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes (pretes dan postes), sedang analisis data menggunakan statistik uji-t dan anova dua jalur. Dari hasil analisis data ditemukan bahwa (1) ada perbedaan pencapaian, peningkatan soft skills siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol; (2) tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dan level sekolah terhadap peningkatan soft skills. Kata Kunci: kemampuan soft skills, pembelajaran generatif THE ENHANCEMENT OF JUNIOR HIGH SCHOOL STUDENTS SOFT SKILLS THROUGH GENERATIVE LEARNING Abstract: Soft skills are factors that support students success in learning mathematics. The importance of the students soft skills, unfortunately, are not in line with at the students abilities in these competence. Therefore, we have to implemented a learning model that is expected to lead development soft skills of the students in mathematics. Generative learning model is applied in this study as an alternative learning is predicted to stimulate development soft skills of the students. This study is aimed at determining the contribution of generative learning model of the enhancement of soft skills for difference school levels (high, medium, low).This study is quasi-experimental research involving 191 students of eight-grade senior high schools in Yogyakarta involving three levels of school. Research hyphothesis was examined at 5% level of significance, data analyzed using t-test, and twoway ANOVA. The results of the study are: (1) there are different achievement, the enhancement of soft skills of student between experiment of class and control class; (2) there is no interaction betwee learning and school level toward the enhancemen soft skills. Keywords: soft skills, generative learning
Theaims of this study is to improve the learning outcomes of grade XI students of SMA Negeri4 Ambon in cone slice material using a cooperative learning model through CAI (Computer Assisted Instruction) learning media assisted by geogebrasoftware. Students divided into small groups (3 groups) with each groups consist of 5-6 students who have varied abilities. The results showed that by using the cooperative learning model throughlearning media CAI (Computer Assisted Instruction)assisted by geogebrasoftware, there was an increase in the learning outcomes of grade XI MIA students at SMA Negeri 4 Ambon
Self-Efficacy is one of the factors that support the success of students in participating in the lecture process, but this is not paid much attention to, causing students to experience low grades and have not been able to develop themselves. This study was conducted to see the achievement self-efficacy of students who offer space analytic geometry courses and the achievement of the dimensions self-efficacy of students who offer space analytic geometry courses. The purpose of this study was to determine the achievement self-efficacy dimensions self-efficacy in learning space analytic geometry. The type of research used is descriptive quantitative and qualitative research. The subjects of this study consisted of 62 students for the 2020/2021 academic year who were selected from high, medium, and low ability levels. From the results of data analysis, it was found that: (1) the achievement of self-efficacy in learning space analytic geometry was included in the medium category, and (2) the achievement of each dimension of self-efficacy in learning space analytic geometry was also included in the medium category.
Berpikir kritis hendaknya menjadi salah satu aktivitas yang harus dikembangkan dan diajarkan di setiap mata pelajaran, karena kemampuan berpikir kritis bukan bawaan sejak lahir. Kemampuan berpikir kritis dalam penyelesaian masalah matematika hendaknya didukung oleh penggunaan model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Setiap siswa memiliki perbedaan pengetahuan, pengalaman, kemampuan dalam pemecahan masalah. Perbedaan ini dapat juga dikategorikan berdasarkan gender. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Discovery Learning (DL) ditinjau dari segi gender. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran, dengan strategi metode campuran bertahap, yaitu tahap pertama adalah mengumpulkan dan menganalsis data kuantitatif kemudian diikuti oleh pengumpulan dan menganalisis data kualitatif. Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 6 Ambon. Instrumen tes yang digunakan berupa soal uraian yang disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis matematis menurut Facione. Analisis data yang dilakukan dalam peneitian ini terbagi atas analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Analisis data kuantitatif berupa uji normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis. Analisa data kualitatif yang dilakukan berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu: reduksi Data, penyajian Data, dan penarikan kesimpulan. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran PBL dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran DL dan juga tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis siswa berdasarkan gender, dan tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran PBL dan DL dengan gender terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa
Pembelajaran matematika saat ini lebih menekankan pada kemampuan prosedural dan mekanistik. Komunikasi satu arah dalam pembelajaran, kurang memberi kemampuan berpikir tingkat tinggi serta bergantung pada buku paket, jarang memberikan soal non rutin. Guru/Dosen jarang memberikan keterampilan komunikasi matematis (Mathematics Communication Skills) kepada mahasiswa dalam pembelajaran matematika, sehingga jika diberi soal non rutin, dan pertanyaan yang memerlukan pemecahan kritis, dan kreatif, siswa mengalami kesulitan untuk memecahkannya. Salah satu alternatif pembelajaran untuk mengatasi hal tersebut, dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran generatif. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pencapaian dan perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran generatif dan konvensional. Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan disain kelompok pretes-postes. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa terdapat perbedaan pencapaian kemampuan komunikasi matematis mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran generatif dan pembelajaran konvensional, terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis mahasiswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
The purpose of this study was to determine the mathematical creative thinking ability of Grade VI students of SD Negeri 40 Ambon on flat material. This type of research is a descriptive study with a qualitative approach. The subjects in this study were fifth grade students of SD Negeri 40 Ambon in semester 2 of 2018/2019 academic year as many as five people. The subject taking technique is done by purposive sampling. Methods of data collection through tests of mathematical creative thinking and interviews. Data analysis techniques refer to the opinion of Miles and L-Luberman, namely the data reduction stage, the data presentation stage, and the conclusion drawing stage. The results showed that the five subjects representing each level of creative thinking ability had different characters in showing indicators of creative thinking ability
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.