Aim: This study aimed to measure the occurrence of trematodiasis in cattle along the Progo River, a district of Yogyakarta, Indonesia. The findings help to establish the magnitude of the disease and encourage prevention and treatment of this condition. Materials and Methods: Trematode eggs were extracted from 100 fecal samples collected from cattle. The eggs were examined using the sedimentation technique, and the method of Parfitt and Banks was used to differentiate Paramphistomum spp. eggs from Fasciola spp. eggs. Results: The infection rate of trematode parasites was 50%. Cattle experienced multiple infections of both Paramphistomum spp. and Fasciola spp., as well as single infections of one species or the other. All breeds were vulnerable to infections of both trematode species, although different cattle breeds, including Peranakan Ongole crossbreeds, Simmental crossbreeds, and Limousin crossbreeds, showed differences in infection rate. The highest rate of infection with Paramphistomum spp. (15.78%) occurred in the Simmental crossbreeds. The highest rate of infection (31.57%) with Fasciola spp. was in the Peranakan Ongole crossbreeds. Multiple infections of both Paramphistomum spp. and Fasciola spp. were highest in Simmental crossbreed cattle (28.97%). Conclusion: The high infection rates of trematode parasites found in fecal samples, particularly of Fasciola spp., indicate that the cattle along the Progo River in Indonesia experience a high rate of trematodiasis disease.
Abstrak: Masalah yang dialami oleh mitra dalam kegiatan pengabdian masyarakat (PkM) ini adalah sulit menyediakan pakan hijauan bagi ternak ruminansia ketika musim kemarau. Kegiatan PkM ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam membuat silase untuk pakan ternak ruminansia. Metode yang digunakan dalam kegiatan PkM ini adalah sosialisasi, demonstrasi pembuatan silase oelh pemateri dan praktik pembuatan silase secara mandiri oleh mitra. Sosialisasi dilakukan untuk meningkatakan pengetahuan tentang silase sedangkan demonstrasi serta praktik pembuatan silase secara mendiri dilakukan untuk meningkatkan keterampilan mitra dalam membuat silase. Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan PkM meliputi rancangan kegiatan PkM, prestest, sosialisasi kepada mitra tentang silase, demonstrasi pembuatan silase oleh pemateri, praktik, pembuatan silase secara mandiri oleh mitra dan posttest. Mitra yang terlibat dalam kegiatan PkM ini adalah mahasiswa di lingkungan Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng yang berjumlah 30 orang. Hasil kegiatan PkM menunjukkan bahwa pengetahuan dan keterampilan mitra sebelum dilakukan sosialisasi, demonstrasi dan praktik mandiri pembuatan silase mencapai 32,67% sedangkan pengetahuan dan keterampilan mitra setelah dilakukan sosialisasi, demonstrasi dan praktik mandiri pembuatan silase mencapai 90%. Hasil kegiatan PkM ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan keterampilan mahasiswa (mitra) mengalami peningkatan dalam membuat silase bagi ternak ruminansia setelah dilakukan sosialisasi, demonstrasi dan praktik mandiri pembuatan silase.Abstract: The problem experienced by partners in this community service activity is the difficulty of providing forage for ruminants during the dry season. This community service activity was carried out with the aim of increasing students' knowledge and skills in making silage for ruminant animal feed. The method used in this community service activity is socialization, demonstration of making silage by the presenters and the practice of making silage independently by partners. Socialization was carried out to increase knowledge about silage while demonstrations and independent silage making practices were carried out to improve partners' skills in making silage. The steps for implementing community service activity include planning community service activities, pretest, outreach to partners about silage, demonstrations of making silage by presenters, practice, making silage independently by partners and posttest. The partners involved in this community service activity were students at the Catholic University of Indonesia Santu Paulus Ruteng, a total of 30 people. The results of community service activity show that the knowledge and skills of partners before socialization, demonstrations and independent practice of making silage reached 32.67% while the knowledge and skills of partners after socialization, demonstrations and independent practice of making silage reached 90%. The results of this community service activity can be interpreted that the knowledge and skills (partners) have increased in making silage for ruminants after socialization, demonstrations and students' independent practice of making silage.
Respon termoregulasi pada ternak merupakan salah satu cara untuk mempertahankan panas yang dihasilkan oleh tubuh ternak itu sendiri agar tetap dalam kisaran normal. Faktor penyebab perubahan respon termoregulasi ternak ruminansia perlu diketahui lebih lanjut agar dapat dicegah dan ditanggulangi sehingga tidak mempengaruhi perubahan status fisiologi, kesehatan serta produktivitas dari ternak itu sendiri. Artikel studi literatur ini disusun dari berbagai jurnal ilmiah yang sudah dipublikasikan. Berdasarkan hasil studi literatur ini menjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan respon termoregulasi ternak ruminansia seperti pakan, transportasi, suhu lingkungan dan kelembaban kandang, serta ketinggian daerah. Semua faktor tersebut diatas mempengaruhi laju respirasi, denyut jantung, dan suhu rektal. Kesimpulan dari studi literatur ini adalah pakan, transportasi, suhu lingkungan dan kelembaban kandang, serta ketinggian daerah mempengaruhi perubahan respon termoregulasi ternak ruminansia.
The purpose of writing this review is to determine the role of reproductive technology in increasing the population of pigs after the African Swine Fever (ASF) outbreak. The method used in writing this review is to search for published research articles using Google search and Science direct with the keywords African swine fever and Artificial Insemination (AI). The results of this review show that ASF can reduce the population due to the high mortality rate, ASF can be transmitted through the reproductive organs but this can be overcome by utilizing IB reproductive technology. In addition, AI reproductive technology is also one of the reproductive technologies that can be used to increase the livestock population after the ASF outbreak. Based on the review, it can be ensured that artificial insemination reproductive technology is able to prevent ASF transmission and increase livestock populations after the ASF outbreak.
Escherichia coli O157:H7 merupakan strain E.coli yang mampu menghasilkan toksin yang dikenal dengan shiga like toksin (stx). Shiga like toksin dapat menimbulkan haemorrhagic colitis dan hemolytic uremic syndrome pada manusia, sedangkan pada sapi dapat menyebabkan diare pada pedet dan sebagai karier pada sapi dewasa. Sapi merupakan reservoir utama dari E.coli O157:H7. Kajian terhadap pola penyebaran E.coli O157:H7 dilakukan pada 60 sampel feses sapi yang diambil dari ternak rakyat di Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Bali. Penelitian ini menggunakan studi observasi crossectional dan pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan hasil perhitungan chi-square dan odds ratio terdapat beberapa faktor risiko yang berkontribusi terhadap penyebaran E.coli O157:H7 di Kecamatan Kuta Selatan, di antaranya ketinggian daerah di atas permukaan laut yang menunjukkan sapi yang dipelihara di dataran tinggi berisiko lebih tinggi dibandingkan sapi yang dipelihara di dataran rendah (nilai odds ratio 1,12); sistem pemeliharaan menunjukkan sapi yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan dikandangkan berisiko lebih tinggi dibandingkan sapi yang dipelihara dengan sistem pemeliharaan dilepas (nilai odds ratio 2,50); jenis lantai kandang menunjukkan sapi yang dipelihara dengan jenis lantai kandang semen berisiko lebih tinggi dibandingkan sapi yang dipelihara dengan jenis lantai kandang non semen (nilai odds ratio 6,22). Walaupun demikiain, hasil uji chi-square tidak menunjukkan adanya signifikansi yang nyata pengaruh masing-masing faritas terhadap penyebaran E.coli O157:H7 di Kecamatan Kuta Selatan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.