<p>ABSTRACT</p><p><br />The objective of the experiment was to investigate the physical and chemical characteristic of eight genotypes of papaya i.e. IPB1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, and IPB 9 on two stages of ripening period based on percentage of the yellow area of fruit peel (75% yellow and 100% yellow). The fruits were <br />picked at 25% yellow of fruit peel colour. The experiment was conducted in split plot wi th completely randomized block design. The main plot was ripening periods of 75% and 100% ripe, while the genotypes were taken at subplot. There was no significant different on physical and chemical characteristics between papaya at stadium 75% and 100% yellow. Flesh firmness of IPB 9 was better than IPB 1, IPB 4 and IPB 8. Ascorbic acid content of IPB 4 (107.36 mg/100 g) was higher than that of IPB 2A and IPB 3A. Carotenoid content of IPB 4 (29. 73 mg/100g) was higher than that of the other genotypes.</p><p><br />Key words: Carica papaya, physical characteristic, chemical characteristic, ascorbic acid, carotenoid</p>
<p>Jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) merupakan komoditas lokal unggulan yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk mengurangi impor jeruk. Tanaman jeruk keprok Borneo Prima telah berumur 5 tahun, namun belum memasuki periode berbunga dan berbuah. Hal ini diduga karena kondisi lingkungan dan teknik budidaya yang belum sesuai. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan teknik pelengkungan cabang dan dosis pupuk kandang yang tepat jeruk keprok Borneo Prima pada periode transisi di lahan rawa. Penelitian dilaksanakan di kebun jeruk petani Desa Padang Pengrapat, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, di lahan rawa pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, dengan rancangan acak kelompok faktorial dan tiga ulangan. Faktor pertama ialah pelengkungan cabang dengan dua taraf, yaitu tidak dilengkungkan dan dilengkungkan. Faktor kedua ialah dosis pupuk kandang dengan empat taraf, yaitu 0, 40, 60, dan 80 kg/tanaman. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pelengkungan cabang dapat menyebabkan tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang berumur 5 tahun menjadi berbunga dan berbuah, sedangkan yang tidak dilengkungkan cabangnya tidak berbunga dan tidak berbuah. Selain itu pelengkungan cabang meningkatkan pertumbuhan vegetatif (jumlah tunas baru, total panjang tunas baru per pohon, dan total daun baru per pohon). Pemberian pupuk kandang sampai dengan 80 kg/tanaman pada periode transisi belum dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif (jumlah bunga per cabang dan jumlah buah per cabang) sampai dengan 90 hari setelah perlakuan. Tidak terdapat interaksi antara pemberian pupuk kandang dan pelengkungan cabang terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif. Bunga pertama muncul dari cabang atau tunas yang terletak di bagian dalam tajuk lalu diikuti tajuk yang terletak di luar. Untuk membungakan tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang telah memasuki periode transisi atau pada periode transisi dapat dilakukan pelengkungan cabang.</p>
<p>ABSTRACT</p><p>Bananas are commonly consumed because of their nutrition content and affordability. Banana fruits are rapidly over riped. Therefore, harvest time is key point for long shelf life. The aims of this study is to analyze the criteria of Raja Bulu Banana’s (Musa paradisiaca) ripeness in post-harvest with several picking dates and to determine the best picking date for favorable post harvest handling. This study was conducted from January until June 2014. Tagging was held in January at farmer located in Sumedang (900 m above sea level, West Java). The post-harverst evaluation was conducted from Mei until June at the Postharvest Laboratory, Departement of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. The experiment was arrangedin a randomized complete block design using single factor with 5 replications for 5 picking dates, i.e. 85, 90, 95, 100, 105 and 3 replications for 110 days after anthesis (DAA). This study showed that the best picking-time for Raja Bulu Banana was achieved in 85 DAA with 11 days of shelf-life and heat units 1305.5 0C day. The later the picking age was negatively correlated with the length of shelf life. The younger the picking age was negatively correlated with respiration rate. Picking date did not affect the physical and chemical quality of post-harvest fruit at the same maturity level.</p><p>Keywords: color scale, respiration rate, shelf life</p><p>ABSTRAK</p><p>Pisang lebih disukai oleh masyarakat karena harganya yang terjangkau dan banyak mengandung vitamin dan mineral. Buah pisang memiliki permasalahan pascapanen buah karena yang cepat masak. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari kriteria kematangan pascapanen buah pisang Raja Bulu dari beberapa umur petik dan menentukan saat panen terbaik untuk penanganan pascapanen. Percobaan dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014. Penandaan bunga pisang dilaksanakan pada bulan Januari di kebun pisang milik warga di Sumedang Jawa Barat pada ketinggian 900 m dpl dan pengujian pascapanen dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juni di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan dilaksanakan dengan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal dengan 6 umur petik sebagai perlakuan, yaitu 85, 90, 95, 100, dan 105 hari setelah antesis (HSA) masing-masing dengan 5 ulangan dan 3 ulangan untuk 110 (HSA) sehingga terdapat 28 satuan percobaan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa umur petik terbaik pisang Raja Bulu dicapai pada 85 HSA dengan umur simpan terlama (11 hari) serta satuan panas sebesar 1305.5 0C hari. Buah pisang yang dipetik tua lebih cepat mencapai kematangan pascapanen dibandingkan dengan buah pisang yang dipetik muda. Pisang yang dipetik muda memiliki laju respirasi yang rendah dibandingkan dengan buah pisang yang dipetik tua. Umur petik tidak mempengaruhi mutu fisik dan kimia buah pisang pada tingkat kematangan pascapanen yang sama.</p><p>Kata kunci: laju respirasi, skala warna, umur simpan</p>
Banana is climacteric fruit with a short shelf life. Postharvest handling of Bananas aimed to keep the quality and storability. Degree of ripeness when harvested affect on the quality of the bananas. This research aimed to analyze effect of difference harvest time to postharvest maturity criteria and to determine the best harvest time of Barangan banana based on the accumulation of heat unit. The experiment was conducted in PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Parakan Salak, Sukabumi, West Java and Postharvest Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. The experiment was conducted with completely randomized block design with 5 harvest times: 68, 73, 78, 83, and 88 days after anthesis (DAA). Each treatment was applied to 5 bunches as replication. Barangan banana can be harvested at 78 DAA when the accumulation of heat unit reach 1 200-1 250 °C day within live storage as 13-14 days after harvested (DAH). Barangan banana fruit with older harvest time more quickly reach postharvest maturity than fruit with young harvest time. Harvest time treatment at 68-88 DAA affected the weight of fruit, value of weight loss, skin hardness, vitamin C, total soluble solid (TSS), total titritable acidity (TTA), and TSS/TTA ratio, but doesn't affect on the value pulp hardness and edible part. ABSTRAKBuah pisang termasuk buah klimakterik dengan umur simpan pendek. Penanganan pascapanen buah pisang bertujuan untuk mempertahankan kualitas dan umur simpan buah. Tingkat kematangan buah ketika dipanen dapat mempengaruhi kualitas buah. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh perbedaan umur petik terhadap kriteria kematangan pascapanen dan menentukan umur petik terbaik pisang Barangan berdasarkan akumulasi satuan panas. Percobaan dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Parakan Salak, Sukabumi, Jawa Barat dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan 5 perlakuan umur petik: 68, 73, 78, 83, dan 88 hari setelah antesis (HSA). Setiap perlakuan diterapkan pada 5 tandan sebagai ulangan. Buah pisang Barangan dapat dipanen pada umur petik 78 HSA dengan akumulasi satuan panas sebesar 1 200-1 250 °C hari dan umur simpan mencapai 13-14 hari setelah panen (HSP). Buah pisang Barangan dengan umur petik lebih tua lebih cepat mencapai kematangan pascapanen dibandingkan buah dengan umur petik muda. Perlakuan umur petik 68-88 HSA mempengaruhi bobot buah, susut bobot, kekerasan kulit buah, kandungan vitamin C, padatan terlarut total (PTT), asam terlarut total (ATT), dan rasio PTT/ATT, namun tidak mempengaruhi kekerasan daging buah dan edible part.Kata kunci: antesis, kualitas fisik, kualitas kimia, satuan panas, umur simpan Bul. Agrohorti 7(2) : 162-171 (2019) Evaluasi Kematangan Pascapanen … 163
Cabai (Capsicum annuum L.) have various in fruit shapes, fruit colors, fruit types, hot tasty and biochemical compound useful for fresh fruit, spicy and ornamental plant. Ornamental chili ideotype that are dwarf, high fruit set and various fruit colors. The aim this study to improve description characters in Ayesha IPB variety, both qualitative and quantitative characters. The testers are 4 released varieties and 5 the other genotypes in randomized complete block design for 4 replication in green house at Leuwikopo field reserch in Darmaga, Bogor. Ayesha IPB variety showed early flower in 13-16 days after planting, harvesting for commercial bucket in 65-70 days after planting, medium plant high that is 25.218 cm, medium canopy width that is 46-53 cm, good performance in canopy, round shape on fuit tip, various fuit colors that are yellow green for young fruit, orange for intermediate fuit and orange red for mature of fruit. Those description characters could be ornamental chili for Ayesha, so it is important to protect the plant for ornamental plant commercialization.Key word : fruit, color, red, round, orange, ornamental
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PGPR pada bibit dan pertumbuhan awal pepaya. Percobaan dilakukan dari bulan Februari sampai Mei 2015 di Kebun Percobaan Pusat Kajian Hortikultura Tropika IPB Pasirkuda Ciomas, Bogor, dengan rancangan kelompok lengkap teracak 2 faktor dan 5 ulangan. Perlakuan adalah konsentrasi larutan PGPR (5 ml L-1, 10 ml L-1 dan 15 ml L-1) dan lama perendaman PGPR (30 menit, 60 menit,90 menit dan 120 menit). Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan perlakuan berpengaruh dianalisis dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf selang kepercayaan 5%. Hasil penelitian di polybag menunjukkan bahwa konsentrasi larutan PGPR, lama perendaman PGPR dan interaksi antara konsentrasi PGPR dengan lama perendaman PGPR mempengaruhi jumlah daun dan diameter batang di fase pembibitan. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa konsentrasi larutan PGPR, lama perendaman PGPR dan interaksi antara konsentrasi PGPR dengan lama perendaman PGPR tidak mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah daun, panjang petiol, lebar daun, panjang daun, waktu bunga pertama muncul, tinggi kedudukkan bunga, jumlah pohon betina, jumlah pohon hermaprodit, jumlah bunga betina dan jumlah bunga hermaprodit. Konsentrasi PGPR mempengaruhi panjang petiol pada 5 minggu setelah tanam.
Papaya (Carica papaya) is a climacteric fruit with an increased respiration rate during ripening process. Papaya respiration rate can be inhibited by providing a coating on the surface of the fruits, including chitosan, a polysaccharide derived from shrimp shell waste, or beeswax.The purpose of this research was to examine the effects of chitosan and beeswax coating on the shelf life and quality of papaya Callina fruit during storage. Results of the experiments showed that fruit coating with chitosan and beeswax can extend the shelf life of papaya Callina by four to five days compared to control due to inhibition respiration rate of papaya fruits during storage.The use of chitosan and beeswax was beneficial to maintain the physical and chemical quality of papaya Callina fruits.
<p>Jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) merupakan komoditas lokal unggulan yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk mengurangi impor jeruk. Tanaman jeruk keprok Borneo Prima telah berumur 5 tahun, namun belum memasuki periode berbunga dan berbuah. Hal ini diduga karena kondisi lingkungan dan teknik budidaya yang belum sesuai. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan teknik pelengkungan cabang dan dosis pupuk kandang yang tepat jeruk keprok Borneo Prima pada periode transisi di lahan rawa. Penelitian dilaksanakan di kebun jeruk petani Desa Padang Pengrapat, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, di lahan rawa pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014, dengan rancangan acak kelompok faktorial dan tiga ulangan. Faktor pertama ialah pelengkungan cabang dengan dua taraf, yaitu tidak dilengkungkan dan dilengkungkan. Faktor kedua ialah dosis pupuk kandang dengan empat taraf, yaitu 0, 40, 60, dan 80 kg/tanaman. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pelengkungan cabang dapat menyebabkan tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang berumur 5 tahun menjadi berbunga dan berbuah, sedangkan yang tidak dilengkungkan cabangnya tidak berbunga dan tidak berbuah. Selain itu pelengkungan cabang meningkatkan pertumbuhan vegetatif (jumlah tunas baru, total panjang tunas baru per pohon, dan total daun baru per pohon). Pemberian pupuk kandang sampai dengan 80 kg/tanaman pada periode transisi belum dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan generatif (jumlah bunga per cabang dan jumlah buah per cabang) sampai dengan 90 hari setelah perlakuan. Tidak terdapat interaksi antara pemberian pupuk kandang dan pelengkungan cabang terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif. Bunga pertama muncul dari cabang atau tunas yang terletak di bagian dalam tajuk lalu diikuti tajuk yang terletak di luar. Untuk membungakan tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang telah memasuki periode transisi atau pada periode transisi dapat dilakukan pelengkungan cabang.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.