Kemampuan petani untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi secara efisien dan ekonomis sangat penting untuk memaksimumkan pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan peternak dan tingkat efisiensi ekonomis penggunaan pakan hijauan dan pakan konsentrat dalam usahatani penggemukan sapi bali. Wawancara terhadap 50 peternak yang ada di Desa Lebih telah dilakukan pada tahun 2009 untuk mengumpulkanan data. Tingkat pendapatan peternak dianalisis berdasarkan atas biaya tunai dan biaya total. Efisiensi ekonomis penggunaan pakan hijauan dan pakan konsentrat ditentukan dengan mencari indeks efisiensi pakan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani penggemukan sapi bali memberikan keuntungan pada peternak sebesar Rp. 1.292.485/ekor, dengan R/C ratio 1,2 jika hanya memperhitungkan biaya tunai (tanpa memperhitungkan biaya pakan hijauan, tenaga kerja, dan lahan). Namun jika semua biaya diperhitungkan secara finansial, usahatani penggemukan sapi bali menyebabkan kerugian sebesar Rp. 698.426,65/ekor, dengan R/C rasio 0,92. Jumlah pemberian pakan hijauan sudah mendekati kondisi yang efisien secara ekonomis (sedikit berlebihan) dengan nilai Indeks Efisiensi 0,93. Sedangkan jumlah pemberian pakan konsentrat tidak efisien dengan nilai Indeks Efisiensi 0,57, pemberian pakan hijauan dan konsentrat harus dikurangi sehingga masing-masing menjadi 29,27 kg/ekor/hari dan 2,35 kg/ekor/hari (setara dedak padi) untuk mencapai kondisi yang efisien secara ekonomis.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) memilih Kabupaten yang tepat sebagai basis pengembangan usaha penggemukansapi potong di Bali, 2) menyusun alternatif strategi yang tepat untuk mendukung pertumbuhan usaha penggemukansapi potong di Bali, 3) merekomendasikan strategi prioritas yang mendukung perkembangan usaha penggemukansapi potong di Bali. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karangasem yaitu di Kecamatan Karangasem, Bebandem,Selat, dan Rendang. Responden terdiri dari 300 orang peternak dan 10 orang ahli yang berasal dari Dinas Peternakandan Kesehatan Hewan, serta dari Universitas Udayana. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancaramenggunakan kuesioner terstruktur, wawancara mendalam, observasi, serta penelusuran literatur dan dokumenterkait. Data penelitian dianalisis menggunakan: analisis LQ, analisis IE, analisis SWOT, dan analisis QSPM.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat enam alternatif strategi usaha peternakan sapi potong yaitu:1) Membangun pusat pelatihan teknologi dan manajemen agribisnis penggemukan sapi potong, 2) Optimalisasiprogram penyuluhan peternakan, 3) Melakukan pelatihan teknologi pengolahan pakan, 4) Membangun koperasipeternakan, 5) Meningkatkan jiwa wirausaha peternak, serta 6) Mengadakan sosialisasi dan pendampingan dalampengurusan ijin yang diperlukan bagi kelompok ternak. Strategi prioritas yang direkomendasikan dalam penelitianini adalah strategi meningkatkan jiwa wirausaha peternak.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui perbandingan dua sistem kemitraan ayam broiler pada kandang closed house yang dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Oktober sampai dengan bulan November 2019. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, deplesi, Feed convertion ratio (FCR), Indeks performa (IP), kontrak sistem A dan sistem B. Penelitian menggunakan data selama 7 periode pemeliharaan. Data penelitian dianalisis secara deskriptif pada aspek pola kemitraan dari sitem A dan B serta performa produksi. Hasil penelitian ini menunjukkan sistem A dan B sama-sama menerapkan kemitraan inti plasma dan terdapat perbedaan pada pemberian bonus, sistem A memberikan bonus FCR, deplesi dan IP sedangkan sistem B memberikan bonus FCR dan harga pasar. Hasil penelitian ini juga menunjukan bobot rata-rata ayam pada umur 29 hari sebesar 1,317 kg/ekor, rataan pertambahan bobot badan 1,278 kg/ekor, rataan konsumsi rasum 1,920 kg/ekor, rataan nilai FCR 1,488, rataan tingkat deplesi 2,276 dan rataan indeks performa ayam broiler sebesar 297,490. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem A dan sistem B memiliki perbedaan pada sistem pembagian bonus serta rata-rata performa produksi dari 7 periode pemeliharaan masih di bawah standar sistem A dan sistem B. Kata kunci: sistem kemitraan, ayam broiler, closed house
This research aims to determine the management of maintenance, marketing, and analyze the financial feasibility of duck breeding farms with intensive rearing system. This research was conducted from May to June 2017 at UD. Sinar Harapan located at Kedawung Village, Blitar Regency, East Java. The data used were primary and secondary data. The financial feasibility level of this business was determined based on the analysis of investment criteria, Pay Back Period analysis, Break Even Point, and sensitivity analysis. Business duck breeding mojosari of UD. Sinar Harapan was very concerned for several aspects, i.e. the selection of going, ranching, feeding, prevention and treatment of diseases, labor, and marketing. The results of this research showed that this business produced NPV for Rp 9.484.255.062 IRR for 167,07%, Net B/C for 5,53, Pay Back Period for 0,95 year, and Break Even Point happened in 1,49 year. The sensitivity analysis result shows that this effort is sensitive to the change of egg selling price with sensitivity value 37,98% and less sensitive to the increase of feed price with sensitivity value 92,24%. Based on the analysis of investment criteria that have been done can be concluded that duck breeding business mojosari UD. Sinar Harapan is financially feasible.
The research was conducted in a survey of farmers on the pig farm business in the Kebek and Penginyahanvillage, Payangan-Gianyar. Purposive random sampling of 20 farmers in each location and explorative approachwas conducted to describe the production and reproduction management applied. Data were analyzed descriptivelyand to study production and reproduction management between the two sites was Two Independent Sample TTest. The results showed the average productivity of pigs in Kebek and Penginyahan that is litter size: 9,50±1,65 vs10,86±1,68 tail, annual litter size : 2,10±0,32 vs 2,29±0,49 times, weaning age: 29,00±2,11 vs 29,00±1,91 day, andthe three variables were not significantly different (P>0,05). The average number of piglet weaned in Kebek andPenginyahan was 7.90±1,45 vs 9,43±1,99 head, weaning weight of piglet 7,20±1,69 vs 5,29±0.57 kg (P <0.05). Thedry period and the age of culled of sow in Kebek is significantly higher than in Penginyahan (P<0.05). Whereas infattening management, early age to fatten and length of maintenance is not different between the two locations(P>0,05), whereas the live and slaughtering weight in Kebek are significantly higher than those in Penginyahan thatis 14.00±1,15 vs. 12.20±1,79 kg and 126,50±11,80 vs. 114±10,84 kg (P<0,05).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.