<p class="IABSTRAK"><strong>Abstract: </strong>The purpose of this study to find out the correlation between amanah and social support with subjective wellbeing in overseas students. Amanah was measured using Amanah Scale based on theory Ash-Shiddieqy. Social Support was measured using Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and to measured subjective well being using SWLS Scale and PANAS Scale. The population of this study were 230 students and the sample obtained 144 students by using quota sampling technique. The methods for data analysis were multiple regression. The results showed significant relationship between amanah and social support with subjective wellbeing in overseas students. Amanah and social support contributed 12.6% to subjective well being.</p><p class="IKEYWORDS"><strong>Abstrak: </strong>Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara amanah dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif pada mahasiswa perantau. Pengukuran amanah menggunakan skala amanah yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori dari Ash-Shiddieqy (1971). Pengukuran dukungan sosial menggunakan <em>Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) </em>dan pengukuran kesejahteraan subjektif menggunakan SWLS dan skala PANAS. Populasi dari penelitian ini berjumlah 230 dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 144 mahasiswa dengan menggunakan teknik <em>quota sampling. </em>Proses analisis data menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara amanah dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif pada mahasiswa perantau.<strong> </strong>Amanah dan dukungan sosial secara bersama-sama memberikan sumbangan efektif sebesar 12.6 % terhadap kesejahteraan subjektif.</p>
AbstrakWalau bangsa Indonesia dianggap memiliki kebudayaan kolektivistik, masih belum diketahui apakah tiap-tiap kelompok etnis menekankan nilai-nilai kebersamaan dan harmoni sosial dalam level yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat keterikatan interpersonal pada lima kelompok etnis besar di Indonesia. Jumlah subjek yang terlibat adalah 1.420 orang yang berasal dari etnis Jawa subkultur Negarigung, etnis Jawa subkultur Mancanegari, etnis Madura, etnis Minangkabau, dan etnis Bugis-Makassar. Data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis varians untuk menguji perbedaan nilai rerata dalam keterikatan interpersonal. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang berarti dalam hal keterikatan interpersonal antar etnis. Etnis Jawa Nagarigung cenderung lebih menonjolkan rasa percaya terhadap sikap dan perilaku mitra relasi dibanding etnis-etnis lainnya kecuali etnis Jawa Mancanegari. Sementara itu etnis Jawa Mancanegari cenderung lebih tinggi dalam persepsi kualitas hubungan dengan mitra relasi dibanding seluruh etnis lainnya kecuali etnis Minangkabau. Untuk dimensi kuatnya pertimbangan pihak ketiga dalam relasi, etnis Minangkabau cenderung lebih tinggi dibanding seluruh etnis lain. Dengan demikian, terdapat perbedaan antar etnis dalam menonjolkan dimensi keterikatan dalam hubungan interpersonal. AbstractEven though previous research suggested that Indonesia is a collectivistic society, we are still at the dark when we question whether each Indonesian sub-ethnic group actually differ in their endorsement toward collectivistic values. This study aimed to investigate whether there are meaningful differences in interpersonal attachment between five major ethnic groups in Indonesia. A total of 1.420 subjects from Javanese ethnic Negarigung subculture, Javanese ethnic Mancanegari subculture, Maduranese ethnic, Minangese ethnic, and Bugisese-Makassarese ethnic participated in this study. The data was analyzed with analysis of variance to determine whether there is any mean difference between ethnic group. The results showed that there were significant differences in interpersonal attachment. The Javanese Nagarigung ethnic tends to emphasize more trust in the attitudes and behaviors of the relational partners than other ethnic groups except the Mancanegari Javanese. Meanwhile, the Mancanegari Javanese tend to be higher in the perception of the quality of relations with partner relations than all other ethnic groups except the Minangkabau ethnic group. For the dimension of third-party consideration in relationships, the Minangkabau ethnicity tends to be higher than all other ethnic groups. Thus, there were differences between ethnic groups in highlighting the dimensions of engagement in interpersonal relationships.
Mustafa et al. The emotion regulation training to improve... Background: Quality of life is an indicator of health. Quality of life is used to evaluate the physical and psychosocial effects of an illness suffered by a person, including a person's knowledge and perception of the illness. In order to achieve optimal quality of life, patients with hypertension were reported frequent use defense mechanisms to repress emotions or regulate emotions. Objective: The aim of this study was to investigate the effect of emotion regulation training to improve the quality of life among patients with hypertension. The hypothesis of this study stated that there was an influence of emotion regulation training to quality of life among patients with hypertension. Methods: The quality of life was measured by using quality of life scale based on aspect from WHOQOL-BREF ( 1998). An experimental method used was a pre and post-test control group design. Data were analysed by using Mann Whitney U. Results: The researchers found that there was no difference in the level of quality of life between the experimental group and the control group were not given training. However, the results of this study indicate that the quality of life scores in the experimental group increased during follow-up (p=0,002 (p<0,05). This suggest that quality of life among experimental group has increased compared to the control group, and consequently it accepted the hypothesis. Conclusion: Emotion regulation strategies can helped a person to cope the life stress that can be associated with psychological distress and quality of life.Latar Belakang: Kualitas hidup merupakan suatu indikator dari kesehatan. Kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi dampak fisik maupun psikososial dari suatu penyakit yang diderita seseorang, meliputi pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap penyakit yang diderita. Dalam upaya mencapai kualitas hidup yang optimal, penderita hipertensi dilaporkan sering menggunakan mekanisme pertahanan dengan menekan emosi atau dengan meregulasi emosinya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan regulasi emosi terhadap peningkatan kualitas hidup penderita hipertensi. Hipotesis penelitian ini adalah ada peningkatan kualitas hidup pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol. Metode: Kualitas hidup diukur dengan menggunakan aspek-aspek dalam WHOQOL-BREF (1998). Penelitian ini menggunakan metode pra dan paska tes kelompok kontrol. Analisa data menggunakan Mann Whitney U. Hasil: Tidak terdapat perbedaan antara tingkat qualitas hidup pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pelatihan regulasi emosi pada saat paska tes. Namun, skor kualitas hidup pada kelompok eksperimen meningkat pada saat tindak lanjut (p=0,002, p<0,05). Kesimpulan: Strategi regulasi emosi dapat digunakan individu untuk berdamai dengan stres kehidupan 144 JKKI 2016;7(4):143-150 yang bisa berhubungan dengan distres psikologis dan kualitas hidup.
The purpose of the research to know the corelation between self adjustment and academic stress in first-year university students faculty psychology and cultural social science of Indonesian Islamic University. Researchers conducted data retrival using the academic stress scale and self adjustment scale. Respondents in this research were 170 first-year university students. From the result of a test of corellation it was found there is a significance correlation between self adjustment and academic stres (p<0,05) with value of siginificance p=0,000. The coeffficient correlation (r) of the test hypothesis is -0,569, which indicate a negative relationship between of theese two variabels. This means that if first year university students can adjust to the college environment it will reduce the perceived academic stress. Conversely, if first year university students s are less able to adjust to to the college environment, it will increase the academic pressure felt by first year students.Keywords: Academic stress, Self Adjustment, first-year university students
Berbagai hal dalam kehidupan berpotensi memunculkan peristiwa menegangkan bagi setiap individu. Peristiwa menegangkan tersebut dapat berupa kejadian yang disebabkan oleh alam maupun kejadian di masyarakat seperti bullying dan kekerasan. Hal ini dapat mempengaruhi munculnya gangguan psikologis seperti gangguan stres pascatrauma. Gangguan stres pascatrauma muncul seiring dengan tingkat resiliensi yang rendah. Sebaliknya, resiliensi akan mempengaruhi kemampuan individu untuk bangkit kembali setelah mengalami peristiwa traumatis. Maka, diperlukan intervensi yang tepat untuk individu dengan gejala gangguan stres pascatrauma dengan resiliensi yang rendah. Salah satu intervensi yang dapat digunakan untuk kondisi ini adalah terapi zikir istigfar. Namun, modul terkait dengan terapi tersebut belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas modul Terapi Zikir Istigfar dalam meningkatkan resiliensi dan menurunkan gejala gangguan stres pascatrauma pada orang dewasa. Modul ini terdiri dari psikoedukasi, latihan zikir istigfar, penugasan rumah, evaluasi dan terminasi. Uji validitas isi modul dilakukan oleh lima orang professional judgement, yaitu para psikolog yang berpraktik dalam bidang masing-masing. Validasi isi meliputi beberapa penilaian, yaitu materi, metode, media, aktivitas, lembar kerja dan waktu yang digunakan dalam pelaksanaan modul. Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan koefisien validitas Aiken’s V bergerak dari 0,67 sampai 0,93. Uji keterbacaan juga dilakukan oleh delapan orang dewasa yang memiliki kriteria sesuai dengan pengguna modul. Hasil koefisien validitas Aiken’s V uji keterbacaan bergerak dari 0,83 sampai 0,88. Hal tersebut menunjukkan bahwa modul ini memiliki validitas isi dan keterbacaan yang baik. Penyempurnaan modul dilakukan dengan memperbaiki beberapa kata dan kalimat agar lebih mudah dipahami oleh pembaca.
This research aimed to determine the effect of self efficacy training on students mathematics learning motivation. Subject in this research were 25 students of class IX SMP N "X" Sleman Yogyakarta, which are divided into 13 students as the experimental group and 12 students as the control group. The data was collected using a scale of mathematics motivation to learn and scale of self efficacy. The research design used was pre post control group design. Analysis of the study were quantitative and qualitative analysis. Quantitative analysis using the Mann -Whitney test to determine mathematics learning motivation after the self efficacy training given. The qualitative analysis was done based on observation, interviews and worksheets. The results of the research were used pre-test and post-test, showed that there was increased mathematics learning motivation after training given by the value of Z = -3.740 dan p = 0,000 (p < 0,05). In the pre-test and follow-up, showed that there was increased mathematics learning motivation after two weeks of training given by the value of Z = 1.989 dan p = 0,047 (p < 0,05). The conclusion of this research is the self efficacy training can increased students mathematics learning motivation class IX SMP N "X". AbstrakMotivasi belajar Matematika merupakan salah satu hal yang berpengaruh pada aktivitas belajar Matematika dan berdampak pada prestasi akademik. Kenyataannya, banyak siswa memiliki motivasi belajar Matematika yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan efikasi diri pada motivasi belajar Matematika siswa.Subjek dalam penelitian ini adalah 25 siswa kelas IX SMP Negeri "X" Sleman Yogyakarta, yang dibagi menjadi 13 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 12 siswa sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala motivasi belajar Matematika dan skala efikasi diri. Rancangan penelitian yang digunakan adalah pre post control group design. Analisis kuantitatif dengan menggunakan Uji Mann -Whitney untuk mengetahui motivasi belajar Matematika siswa setelah diberi pelatihan efikasi diri. Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan observasi, wawancara, dan lembar kerja. Hasil penelitian yaitu pra-tes dan pasca-tes menunjukkan ada peningkatan motivasi belajar Matematika setelah diberi pelatihan efikasi diri, dengan nilai Z = -3.740 dan p = 0,000 (p < 0,05). Pada prates dan tindak lanjut menunjukkan ada peningkatan motivasi belajar Matematika setelah dua minggu diberi pelatihan efikasi diri, dengan nilai Z = 1.989 dan p = 0,047 (p < 0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah pelatihan efikasi diri dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa kelas IX SMP N "X".
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.