Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kedalaman solum terhadap produksi tandan buah segar kelapa sawit (TBS). Penelitian dilakukan di PT. SSG pada blok tanaman menghasilkan tahun tanam 2014 yang terletak di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Metode penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Data penelitian adalah data produksi TBS mulai dari bulan Januari 2018 hingga Desember 2019 pada kedalaman solum 30 cm, 60 cm, dan 80 cm. Analisis data menggunakan metode regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kedalaman solum terhadap produksi TBS. Nilai R Square menunjukkan angka 0,632, yang artinya pengaruh kedalaman solum sebesar 63,2% terhadap produksi TBS. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa produksi TBS kelapa sawit tertinggi per hektar ditemukan pada kedalaman solum lebih dari 80 cm, sedangkan pada solum dangkal menunjukkan penurunan produksi TBS. Dengan demikian, kedalaman solum yang baik untuk tanaman kelapa sawit lebih dari 80 cm, di mana perkembangan akar dan penyerapan nutrisi lebih efektif yang berdampak pada produksi tanaman.
Cocoa is one of the commodities as a foreign exchange earner in addition to oil and gas. However, Indonesian cocoa imports have increased from year to year due to low cocoa productivity. Whereas in terms of region, Indonesia has the potential to become a new cocoa power country in the world of cocoa production. This study examines the effect of rainfall, the number of rainy days, and air temperature on cocoa production in the Gunungkidul district. This study uses a quantitative descriptive method. The data used in this study is secondary data in the form of time series data on rainfall, rainy days, air temperature, and cocoa production in 2016-2020 in Gunungkidul Regency. The regression analysis results showed that all observed climatic factors such as rainfall, rainy days, and temperature did not have a significant effect on cocoa production in Gunungkidul Regency. However, the time-series data shows that the highest cocoa production was in October 2017 and November 2018 to January 2019, when rainfall and intensity (rainy days) began to increase. Meanwhile, the air temperature in Gunungkidul Regency for five years is around 24-26°C, which is the optimum temperature for cocoa growth. This study concludes that rainfall, rain intensity (rainy days), and temperature affect fluctuations in cocoa production.
Salah satu daerah yang menjadi sentra tanaman kakao di Kabupaten Gunungkidul adalah Dusun Gumawang yang berada di Desa Putat Kecamatan Patuk. Namun, produktivitas kakao di Gumawang tergolong rendah karena mempunyai jenis tanah Latosol yang memiliki kandungan hara dan bahan organik yang rendah. Adapun upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman kakao adalah melalui penambahan pupuk organik seperti PGPR. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi teknologi pembuatan PGPR serta pemanfaatannya bagi pengembangan perkebunan kakao petani di Dusun Gumawang Desa Putat Kabupaten Gunungkidul secara berkelanjutan. Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah Participatory Rural Appraisal (PRA) yang dibagi dalam tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Dari hasil monitoring dan evaluasi ditemukan bahwa PGPR diaplikasi oleh petani tanaman kakao, lada, jahe, dan porang. 92% petani mendapatkan manfaat dari kegiatan ini seperti pengetahuan mengenai manfaat PGPR, ketrampilan dalam pembuatan PGPR, mengetahui pengaruh PGPR terhadap pertumbuhan tanaman, serta memotivasi petani. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sangat mendukung petani kakao di Dusun Gumawang Desa Putat Kecamatan Patuk Kabupaten Gunungkidul dalam penerapan kebun kakao organik yang selama ini diterapkan oleh petani.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.