Situasi pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat untuk mengikuti adaptasi kebiasaan baru sehingga menimbulkan tantangan dalam keluarga. Masalah psikososial dapat muncul selama pandemi ini antara lain merasa kelelahan, rendah diri, ketidakmampuan mengatasi masalah baik diri sendiri maupun keluarga, timbulnya konflik dalam keluarga, kecemasan, gangguan panik dan depresi. Ketangguhan keluarga menjadi salah satu hal yang terpenting dalam menghadapi krisis pandemi ini. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan selama 4 bulan, yang dimulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan sampai dengan tahap evaluasi. Metode kegiatan dilakukan kombinasi antara kegiatan lapangan dan kegiatan daring karena dalam situasi krisis serta bersamaan dengan diterapkannya kebijakan PPKM Darurat Jawa-Bali. Media kegiatan ini meliputi leaflet, lembar kerja peserta serta zoom meeting. Hasil evaluasi menunjukkan 100% pengetahuan peserta meningkat dan 73% kemampuan peserta meningkat serta semua peserta telah memiliki plan of action untuk meningkatkan ketangguhan keluarga selama pandemi. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan ketangguhan keluarga menghadapi perubahan berbagai aspek kehidupan dengan mampu mengenali masalah kesehatan jiwa serta mampu mengatasinya secara mandiri ataupun datang ke petugas kesehatan yang ahli.
Merokok masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Pada saat sekarang ini, kebiasaan merokok tidak hanya menjadi masalah pada orang dewasa, namun juga semakin marak pada kalangan anak dan remaja. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya merokok pada remaja di SMK Nasional Dawar Blandong Mojokerto. Participatory Learning and Action (PLA) diterapkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini karena dapat menumbuhkan kesadaran dan keaktifan peserta dalam peningkatan pengetahuan tentang bahaya merokok pada remaja. Metode analisis data menggunakan nilai pre-test dan post-test. Peserta dalam kegiatan ini berjumlah 49 orang. Hasil yang didapatkan adalah meningkatnya pengetahuan remaja terhadap bahaya merokok. Sebelum pendidikan kesehatan, pengetahuan peserta hampir seluruhnya berada pada kategori cukup (77,6%), sedangkan setelah pendidikan kesehatan, pengetahuan peserta sebagian besar berada pada kategori baik (69,4%). Pemahaman tentang kesehatan, terutama bahaya merokok pada remaja penting untuk dilakukan secara berkesinambungan agar terus dapat diingat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Abstrak: Kejadian bencana dapat terjadi dimana dan kapan saja, tidak terkecuali di daerah industri. Kota Mojokerto dikenal sebagai salah satu daerah yang memiliki banyak industri di wilayahnya. Budaya sadar bencana dan pengetahuan tentang evakuasi korban menjadi penting untuk dimiliki para pekerja pabrik. Hal ini dalam rangka mengurangi jumlah korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menanamkan budaya sadar bencana dan peningkatan pengetahuan evakuasi korban pada pekerja pabrik. Metode yang digunakan adalah memberikan edukasi dengan pendekatan Participatory Learning and Action (PLA). Kegiatan dilakukan di PT Intidragon Suryatama sebagai salah satu industri sepatu terbesar di Kota Mojokerto yang diikuti oleh 37 partisipan. Hasil yang didapat dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah terdapat peningkatan pemahaman dan pengetahuan dari pekerja pabrik tentang budaya sadar bencana dan evakuasi korban, dari 57% berada pada kategori cukup menjadi 76% berada pada kategori baik. Pemahaman tentang materi tersebut penting untuk dimiliki oleh pekerja pabrik mengingat bencana dapat terjadi dimana dan kapan saja, sehingga membutuhkan kesiapsiagaan dalam upaya meminimalisir efek dan kerugian yang dapat ditimbulkan.Abstract: Disaster events can occur anywhere and anytime, including in industrial areas. The city of Mojokerto is known as one of the areas that has a lot of industry in its territory. Disaster awareness culture and knowledge about victim evacuation are important for factory workers. This is in order to reduce the number of human casualties, environmental damage, property losses, and psychological impacts. The purpose of this activity is to instill a culture of disaster awareness and increase knowledge of victim evacuation in factory workers. The method used is to provide education with a Participatory Learning and Action (PLA) approach. The activity was carried out at PT Intidragon Suryatama as one of the largest shoe industries in Mojokerto City, which was attended by 37 participants. The results obtained from this community service activity are that there is an increase in the understanding and knowledge of factory workers about disaster awareness culture and victim evacuation, from 57% in the sufficient category to 76% in the good category. It is important for factory workers to have an understanding of these materials considering that disasters can occur anywhere and anytime, thus requiring preparedness in an effort to minimize the effects and losses that can be caused.
Background: Preparedness education for disasters is important because nurses must adapt to any conditions. But the phenomenon shows that not many nurses have the readiness and qualified experience in disaster relief efforts. The right step in improving the ability of nurses is to provide disaster education early on to nursing students. Purpose: This study aims to determine the effect of disaster simulation methods on disaster management knowledge and skills in students at STIKes Majapahit Mojokerto. Methods: The design of this study was a pre-experiment with one group post-test only design. The sample of this research was all 7th-semester students of the Nursing Undergraduate Study Program at STIKes Majapahit Mojokerto with 21 respondents. The independent variable is the intervention of the disaster simulation method and the dependent variable is the knowledge and skills of disaster management. This study used a measuring tool in the form of a questionnaire sheet that was adopted and modified from the DPET (Disaster Preparedness Evaluation Tool) questionnaire. Analysis of the data in this study used the analysis of the mean. Results: The study found that the mean value of disaster management knowledge and skills were at 4.50 (SD: 1.12) and 4.29 (SD: 1.04). The mean value is included in the moderate category. This disaster simulation method provides the opportunity and experience for students to be able to directly apply the theories obtained in class to situations that are made as closely as possible with disaster conditions. Conclusion: The results of this study are expected to be a reference in the development of more attractive and interesting learning methods on the topic of disaster management so that in the long run it can improve the ability of nurses in their roles when disasters occur.
The changes triggered by the rise of industrial revolution 4.0, has forced the government to improve the protection of migrant workers, especially Indonesia and Philippines as the two biggest senders of migrant workers among ASEAN member countries. This paper aims to compare protection migrant workers in industrial revolution 4.0 era that given by Philippines and Indonesia. This paper is using qualitative method, by collecting data through literature studies. The analysis result showed that in terms of regulation, Indonesia and Philippines have allocated considerable attention to protect the migrant workers. On the level of program, the government and non-governmental organization has initiated the making of a digital platform to help the migrant workers in sharing various information. The using digitalization as migrant workers' protection means is showed by each country through the use of digital-based platform initiated by the government and non-governmental Organization.
Dysmenorrhea is still one of the most common conditions experienced by adolescents of reproductive age. Self-care when experiencing dysmenorrhea is important to pay attention to maintain reproductive health. The purpose of this study was to identify factors that influence self-care in adolescents with dysmenorrhea. An online survey-based cross-sectional study was conducted to identify factors that influence self-care when experiencing dysmenorrhea. The sampling technique used proportionate stratified random sampling with a sample size of 60 people. The Adolescent Dysmenorrheic Self-Care Scale (ADSCS) used the instrument, consisting of 40 statement items with four answer choices on a Likert scale. The statistical test was used to identify the relationship between variables, namely Pearson Correlation and Spearman Rho. The results showed that the average value of the ADSCS was 108.62 (SD 14.480), with the average of each indicator, namely seeking knowledge 12.6 (SD 2.026), emotional expression 16.6 (SD 3.385), seeking help 10.6 (SD 2.352), control over external factors 19 (SD 3.135), resource utilization 34.7 (SD 6851), and self-control 15 (SD 2.393). There is a relationship between age (p value 0.000; r 0.439), age at menarche (p value 0.000; r 0.439), information exposure (p value 0.011; r 0.324), source of information (p value 0.007; r 0.347), menstrual status (p value 0.000; r 0.463), and complaints during menstruation (p value 0.007; r 0.347) with self-care performed when experiencing dysmenorrhea. Understanding adolescent self-care behaviors and related factors can help identify potentially harmful or ineffective adolescent behaviors, so that appropriate management and education plans can be developed. Active participation of adolescents, health workers, schools, and parents is needed to maintain and maintain positive self-care behaviors when experiencing dysmenorrhea. Abstrak Dismenore masih menjadi salah satu kondisi yang banyak dialami oleh remaja pada usia reproduktif. Perawatan diri saat mengalami dismenore menjadi penting untuk diperhatikan guna menjaga kesehatan reproduksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi factor yang mempengaruhi self-care pada remaja yang mengalami dismenore. Studi cross sectional berbasis survey online dilakukan untuk mengidentifikasi factor yang mempengaruhi self-care saat mengalami dismenore. Teknik sampling menggunakan proportionate stratified random sampling dengan jumlah sampel 60 orang. Instrument yang digunakan adalah Adolescent Dysmenorrheic Self-Care Scale (ADSCS), terdiri dari 40 item pernyataan dengan 4 pilihan jawaban berskala Likert. Uji statistic yang digunakan untuk mengindentifikasi hubungan antar variable yaitu Pearson Correlation dan Spearman Rho. Hasil penelitian didapatkan rata-rata nilai dari ADSCS adalah 108.62 (SD=14.480), dengan rata-rata masing-masing indicator, yaitu mencari pengetahuan 12.6 (SD=2.026), ekspresi emosi 16.6 (SD=3.385), mencari bantuan 10.6 (SD=2.352), control atas factor eksternal 19 (SD=3.135), pemanfaatan sumber daya 34.7 (SD=6.851), dan pengendalian diri 15 (SD=2.393). Terdapat hubungan antara usia (p value 0.000; r=0.439), usia menarche (p value 0.000; r=0.439), keterpaparan informasi (p value 0.011; r=0.324), sumber informasi (p value 0.007; r=0.347), status menstruasi (p value 0.000; r=0.463), dan keluhan saat menstruasi (p value 0.007; r=0.347) dengan self-care yang dilakukan saat mengalami dismenore. Memahami perilaku perawatan diri remaja dan faktor yang terkait dapat membantu mengidentifikasi perilaku remaja yang berpotensi berbahaya atau tidak efektif, sehingga dapat disusun rencana manajemen dan pendidikan yang tepat. Peran serta aktif remaja, tenaga kesehatan, sekolah, dan orang tua dibutuhkan untuk dapat menjaga dan mempertahankan perilaku positif perawatan diri yang dilakukan saat mengalami dismenore.
Latar Belakang: Picky eating merupakan gangguan pola makan pada anak yang mempunyai efek merugikan bagi anak itu sendiri ataupun pengasuh. Picky eating dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan mempengaruhi status gizi anak. Berbagai faktor yang mempengaruhi picky eating yaitu faktor perilaku makan orang tua, nafsu makan anak, riwayat pemberian ASI ekslusif, MP-ASI, penyakit pada anak, interaksi orang tua dan anak, pengasuh anak dan faktor psikologis. Tujuan: Menganalisis faktor yang berhubungan dengan terjadinya picky eating pada anak usia prasekolah di Dusun Terate Desa Karangsentul, Pasuruan. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 72 orang tua dan diambil dengan proportionate stratified random sampling sebanyak 51 sampel. Instrumen yang digunakan kuesioner pola asuh orang tua, kuesioner perilaku makan orang tua dan kuesioner picky eating. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Rank Spearman dan Chi-square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat pemberian ASI ekslusif (p=0,590) dengan terjadinya picky eating pada anak usia prasekolah. Ada hubungan antara variabel pola asuh (p<0,001) dan perilaku makan orang tua (p=0,006) dengan terjadinya picky eating pada anak usia prasekolah. Kesimpulan: Riwayat pemberian ASI ekslusif bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan picky eating pada anak. Pola asuh yang demokratis dan perilaku makan orang tua yang baik tidak menyebabkan picky eating pada anak. Sehingga diharapkan orang tua perlu menerapkan pola asuh yang demokratis dan menerapkan perilaku makan yang baik agar anak tidak mengalami picky eating.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.