At the Cikalong hydropower plant there are 3 power transformers with a voltage rating of 6.3/77 kV, because of their long life, it is necessary to analyze the condition of the transformer oil. One way to determine the level of fault gas contained in transformer oil is the DGA (Dissolved Gas Analysis) test. DGA will extract the gas to find out indications of disturbance based on the interpretation of the dissolved gases data, namely the Total Dissolved Combustible Gas (TDCG), Key Gas, Roger's Ratio, Doernenberg's Ratio and Duval's Triangle methods. This method is in order to determine the condition of the transformer oil is normal or not, measure the breakdown voltage value and calculate the correlation value between operating hours and the amount of power production. The results of the DGA analysis on transformer units 1, 2, and 3 of the Cikalong hydropower sub-unit show the TDCG value in condition 1, which includes all transformers in good condition. The value of the correlation coefficient between hours of operation and the number of kWh production with TDCG is 0.267 and 0.297, respectively, which indicates the relationship between these variables is a weak relationship (standard value is close to 1).
There are many critical parameters in the design of a radio telescope, such as antenna gain and antenna resolution. In telecommunications, radar, and radio telescopes, an antenna is a very important component. There are many designs of the antenna, such as dipole array and parabolic antenna. Parabolic antennas also have many sub-reflector and antenna methods that control the radio wave, such as the Cassegrain type. A Cassegrain-type antenna is a parabolic antenna in which the feed antenna is mounted at or behind the surface of the main parabolic reflector dish. For the transmitter system, the beam of radio waves from the feed antenna illuminates the secondary reflector (sub-reflector), which reflects it back to the main reflector dish and then forward to space. The Cassegrain design is widely used in parabolic antennas, for large antennas in satellite ground stations, communication satellites, and radio telescopes. In this paper discusses the design of a Cassegrain-type antenna for radio telescope, basic calculation, diameter size of the main reflector of 20 meters, the diameter size of sub-reflector of 2.5 meters, and frequency of 22 GHz and 43 GHz.
Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (PLTH) merupakan pembangkit listrik yang terhubung dari beberapa jenis sumber pembangkit energi terbarukan atau dengan sumber energi tidak terbarukan. Terbatasnya sumber energi konvensional menjadi penyebab dikembangkannya pemanfaatan energi non konvensional atau energi terbarukan di Indonesia. Salah satu energi yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah energi surya dan energi bayu. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan desain terhadap PLTH skala kecil, kemudian menganalisis daya keluaran (output) yang dihasilkan ketika pembangkit hybrid bekerja dengan menggunakan baterai sebagai indikator. Proses terjadinya pengontrolan dengan menggunakan display tegangan sebagai media untuk mengetahui tegangan pada masing masing pembangkit dan baterai. Metode pertama yang dilakukan adalah studi potensi kedua energi tersebut. Kemudian melakukan perhitungan kapasitas yang dibutukan oleh setiap komponen. Selanjutnya adalah menyusun desain pembangkit yang telah diperhitungkan kapasitasnya menjadi sebuah pembangkit hybrid. Langkah terakhir adalah mengimplementasikan desain pembangkit tersebut untuk diterapkan ke beban rumah tangga skala kecil 40 Watt diantaranya 2 buah lampu dan 1 buah kipas angin. Berdasarkan hasil desain yang dilakukan pada solar cell didapat kapasitas ukuran modul 40 Wp, fill factor sebesar 0.73 dan efisiensinya 13% sedangkan desain wind turbine didapat daya sebesar 1.169 Watt dengan kecepatan angin 3,5 m/s dan efisiensinya terbesar mencapai 64%. Kemudian kapasitas solar charge controller sebesar 2.32 A, kapasitas inverter 50 Watt, dan energi total baterai 3.33 Ah. Pengisian baterai untuk mencapai 20%-100% kapasitas membutuhkan waktu 6.6 jam saat cuaca cerah dan 8.3 jam saat cuaca mendung.
Makalah ini menyajikan suatu performa metode aliran daya fast decoupled di jaringan distribusi. Karakteristik jaringan distribusi diantaranya rasio saluran R/X tinggi, struktur radial, saluran terdiri dari 1, 2, dan 3 fasa, serta beban tidak seimbang. Permasalahan mengenai kompleksnya karakteristik jaringan tersebut menuntut para peneliti untuk mengembangkan metode aliran daya konvensional agar dapat diterapkan. Metode aliran daya fast decoupled dapat bekerja dengan baik di jaringan transmisi. Karakteristik jaringan distribusi dengan rasio saluran R/X yang tinggi mengurangi kemampuan konvergensinya dan bahkan terjadi divergensi. Oleh karena itu, makalah ini mengajukan pengembangan metode fast decoupled berupa rotasi sumbu yang dilakukan di setiap bus. Pengujian dilakukan pada standar jaringan distribusi IEEE 13 dan 34 bus. Performa pada jaringan distribusi 13 bus membutuhkan 3,5 iterasi dengan waktu komputasi 0,049 detik dan sudut rotasi optimal -43,4°, sedangkan performa pada jaringan distribusi 34 bus membutuhkan 4 iterasi dengan waktu komputasi 0,152 detik dan sudut rotasi optimal -61,4°. Ketika dibandingkan dengan metode Backward-Forward Sweep (BFS) yang merupakan metode favorit dalam melakukan perhitungan aliran daya di jaringan distribusi radial, menunjukkan bahwa keduanya memiliki performa yang sama baiknya. Oleh karena itu, metode rotasi sumbu fast decoupled layak diterapkan dengan variasi karakteristik jaringan distribusi. Selain itu, metode ini dapat diterima secara umum karena tidak hanya dapat diterapkan dengan baik di jaringan transmisi, tetapi di jaringan distribusi.
Ketergantungan pada penggunaan bahan bakar fosil saat ini dihadapkan pada tantangan dalam permintaan dan pertimbangan lingkungan. Pencemaran lingkungan dari bahan bakar fosil yang dibakar melepaskan karbon dioksida yang bertanggung jawab terjadinya pemanasan global. Tenaga surya adalah salah satu sumber energi terbarukan yang paling menjanjikan, yang mengubah cahaya matahari menjadi energi listrik. Sistem pelacak cahaya matahari pada solar cell sangat diperlukan untuk pengoptimalan konversi energi listrik. Penelitian ini membandingkan konversi energi solar cell dengan menggunakan sistem (tracking) dan tanpa menggunakan sistem (statis). Setelah dilakukan pengujian perbandingan tegangan, arus, daya solar cell dengan sistem dan tanpa sistem yang dilakukan pada tanggal 15 Juli 2018. Perbadingan tegangan didapat perbedaan nilai 6% dengan selisih tertinggi 2.34V, perbandingan arus terdapat perbedaan nilai 53% dengan selisih tertinggi 0.21A dan untuk perbandingan daya diperoleh perbedaan nilai 55.92% dengan selisih tertinggi 2.8VA
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.