Upaya untuk memperbaiki teknik budidaya pada tanaman pakchoy salah satunya dengan cara pemupukan tanaman. Saat ini pemupukan tanaman pakchoy secara umum dilakukan dengan menggunakan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah dan penurunan kualitas tanaman. Untuk mempertahankan kesuburan tanah dan meningkatkan produksi tanaman dapat dilakukan dengan mengkombinasikan penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik, sehingga penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi dengan disubstitusi oleh pupuk organik. Bahan alami yang berpotensi menjadi pupuk organik cair adalah asap cair (cuka bambu). Penelitian tentang potensi cuka bambu banyak diarahkan pada fungsinya sebagai pengawet makanan dan pestisida nabati, namun demikian, cuka bambu juga memiliki potensi sebagai bahan organik yang dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia pada budidaya tanaman. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi cuka bambu sebagai bahan organik yang dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia pada budidaya tanaman pakchoy. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial 2 x 5 dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah frekuensi pemberian pupuk yaitu satu kali (F1) dan dua kali (F2). Faktor kedua adalah takaran cuka bambu dan NPK, yaitu 100% cuka bambu (N1), 75% cuka bambu + 25% NPK (N2), 50% cuka bambu + 50% NPK (N3), 25% cuka bambu + 75% NPK (N4), dan 100% NPK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan cuka bambu dengan takaran 50% konsentrasi (5 ml/liter/tanaman) pada frekuensi pemberian pemupukan satu kali dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK hingga 50 % (hanya 1 gram/tanaman). Namun demikian, jika frekuensi pemupukan dilakukan dua kali maka penggunaan cuka bambu dengan takaran 75% konsentrasi (7,5 ml/liter/tanaman) dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia NPK hingga 75% (hanya 0,5 gram/tanaman). Pemberian cuka bambu + NPK mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia NPK pada budidaya tanaman pakchoy tergantung pada frekuensi pemupukannya.
Tomat merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang produksinya terus meningkat dari tahun ke tahun. Tingginya permintaan akan buah tomat harus diiringi dengan jaminan mutu dan kualitas produk hingga sampai ke tangan konsumen. Perlakuan yang diberikan untuk menjaga mutu dan kualitas buah tomat adalah tingkat kemasakan (green dan turning) dan konsentrasi kitosan (2%, 3%, dan 4%). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh tingkat kemasakan, konsentrasi kitosan, dan interaksinya terhadap mutu dan kualitas buah tomat pada 21 hari penyimpanan. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kemasakan awal turning menunjukkan susut bobot dan tingkat kesukaan konsumen yang signifikan lebih tinggi yaitu sebesar 6.27 g dan 1.66, serta tingkat kekerasan yang signifikan lebih rendah yaitu 1.60 kg cm-2 jika dibandingkan dengan buah tomat dengan tingkat kemasakan awal green. Perlakuan pelapisan kitosan 3% berpengaruh signifikan meningkatkan kandungan zat terlarut pada buah tomat. Perlakuan kombinasi tidak menunjukkan interaksi yang berpengaruh secara signifikan terhadap mutu dan kualitas buah tomat. Kata kunci : tomat, kemasakan, kitosan, kualitas
The main problem of eggplant cultivated was yellow leaf virus disease. It has caused production of eggplant decreased significantly. Control of eggplant yellow leaf virus disease are effective, cheap and easy were used of resistant varieties. There was no eggplant varieties were resistant to eggplant yellow leaf virus disease. The resistant of plant has actived with an inducer agent of systemic resistance.The aims of the research were to study the effect of induction of Clerodendrum japonicum and Mirabilis jalapa leaf extract on eggplant yellow leaf virus disease, and to study interaction between eggplant varieties and induction of leaf extract on eggplant yellow leaf virus disease.This experiment used Factorial Randomized Complete Blocks Design (RCBD) which consist 2 factors, first factor was eggplant varieties: green and purple. Second factor was induction of leaf extract: without induction, induction of Clerodendrum japonicum and Mirabilis jalapa leaf extract. Data obtained were analyzed with F test, and were continued with DMRT at 5 percent when significant.Results showed that induction of leaf extract depends on eggplant varieties were used. An green eggplant, induction of leaf extract not affected on the percentage of the level and intensity of eggplant yellow leaf virus disease, while an purple eggplant, induction of leaf extract can decreased the percentage of the level and intensity of eggplant yellow leaf virus disease. The yield of an green eggplant not increased on induction of leaf extract, while the yield incresed an purple eggplant on induction of leaf extract.
Produktivitas cabai besar di Provinsi Lampung menurun pada tahun 2018 sebesar 24,7%, dari 88,23 kuintal/ha pada tahun 2017 menurun menjadi 66,41 kuintal/ha pada tahun 2018. Hal tersebut salah satunya disebabkan karena kandungan C-organik tanah yang rendah dan tingginya kerontokan bunga cabai. Limbah baglog jamur merupakan bahan yang potensial digunakan sebagai bahan pembenah tanah karena memiliki sifat porous, sehingga mudah menyerap dan menyimpan air, serta mengalirkan air dalam jumlah yang banyak dan mengandung nutrisi untuk tanaman. Untuk mengurangi serangan kerontokan bunga cabai dapat digunakan sungkup plastik berbentuk melengkung yang dapat menahan jatuhnya air hujan secara langsung pada tanaman dan mengoptimalkan penggunaan pestisida dan pupuk daun. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengkaji pengaruh pemberian limbah baglog dan sungkup plastik terhadap pertumbuhan dan hasil cabai, dan mengkaji pengaruh interaksi antara pemberian limbah baglog dan sungkup plastik terhadap pertumbuhan dan hasil cabai. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan praktik hortikultura Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dimulai bulan Juli sampai Oktober 2020. Penelitian ini merupakan percobaan faktorial 3 x 2 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Faktor pertama yang dicoba yaitu dosis limbah baglog yang terdiri dari 0 (kontrol), 20 ton/ha dan 40 ton/ha. Faktor kedua adalah penggunaan sungkup plastik yang terdiri dari tanpa sungkup (kontrol) dan pemberian sungkup plastik. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji F, jika nyata dilanjutkan dengan Uji BNJ pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan pemberian limbah baglog jamur meningkatkan tinggi tanaman, jumlah cabang dan bobot buah cabai per petak. Dosis limbah baglog 40 ton/ha memberikan hasil terbaik pada jumlah cabang dan bobot buah cabai per petak. Penggunaan sungkup plastik tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil cabai, dan tidak terjadi interaksi antara pemberian limbah baglog jamur dengan penggunaan sungkup plastik terhadap semua variabel pengamatan.
Problems are often found in soybean plants is the high level of flower and pods abscission. Flower and pods abscission can be caused by various factors such as high concentration of ethylene and low auxin and GA. Cow urine contains a lot of auxin, while goat urine a lot of GA. The aims of the research was to study effect of urine application on flower and pods abscission of soybean varieties. The experiment arranged using Randomized Completelly Block Design, consist of 2 factors, first factor was soybean varieties: Panderman, Burangrang and Anjasmoro. Second factor was urine application: without urine, concentration of cow urine (30 and 60 ml.l-1), concentration of goat urine (30 and 60 ml.l-1). Data were analyzed with F test, and were continuid with DMRT test at 5 percent and correlation analysis when significant. Results showed that urine application affected on the number and percentage of flower abscission. The percentage of flower abscission on Panderman variety decreased with cow or goat urine application, while on Burangrang variety, just cow urine application decreased the percentage of flower abscission. On Anjasmoro variety, cow or goat urine application not decreased the percentage of flower abscission. The highest decreased of the percentage flower abscission on Panderman and Burangrang varieties were cow urine application with concentration of 30 ml.l-1 , each were 7.90% and 6.24%. The seed yield (ton.ha-1), on Panderman variety just increased with cow urine of concentration 30 ml.l-1 , while on Burangrang variety, cow urine application with concentration of 30 or 60 ml.l-1 increased seed yield (ton.ha-1). On Anjasmoro variety, goat urine application with concentration of 30 or 60 ml.l-1 increased seed yield (ton.ha-1).
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.