Currently, the government is aggressively optimizing students' literacy skills, including mathematical literacy skills. Today's problem is that the dominant students still have low mathematical literacy skills. Therefore, one solution is to apply a Problem Based Learning (PBL) model based on portfolio assessment. This study aims to determine the difference between students' mathematical literacy skills taught using the PBL learning model about portfolios and students' mathematical literacy skills using the direct learning model. Quasi-experimentation is the type of research using the Posttest Only Control Group Design. The population of the study was the seventh-grade students of SMPN 2 Cibal, who found 96 people spread over 3 classes. Samples were taken from the population in a randomized manner so that 32 students of class VIIC were obtained as the experimental group and 32 students of class VIIA as the control group. Data was collected from description testing and also equipped with student portfolio assessment results. The results of data analysis showed that the literacy skills of students who were taught using the PBL learning model showed a better portfolio than the literacy skills of students who used the direct learning model.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pembelajaran Tutor Sebaya terhadap prestasi belajar siswa kelas VII, pada materi segi empat di SMPK Immaculata Ruteng. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan post-test only control group design. Pengambilan sampel kelas eksperimen dan kontrol, dilakukan dengan prosedur random kelas, yang didahului uji kesetaraan melalui Anava. Sampel penelitian untuk kelas eksperimen berjumlah 31 siswa, mendapat perlakuan model pembelajaran tutor sebaya. Sampel penelitian untuk kelas kontrol berjumlah 30 siswa, menggunakan model pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah instrument tes berbentuk uraian. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelompok eksperimen mendapatkan nilai rata-rata 79,77 sedangkan kelompok kontrol mendapat nilai rata-rata 65,83. Perhitungan untuk uji hipotesis diperoleh hasil dan . Karena maka ditolak dan diterima. Dalam hal ini, nilai rata-rata prestasi belajar kelas eksperimen dan nilai rata-rata prestasi belajar kelas kontrol. Berarti, prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Tutor Sebaya lebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Kesimpulannya adalah dalam upaya membangun prestasi belajar matematika siswa, model pembelajaran tutor sebaya lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
The CTPS (Washing Hands with Soap) program was a flagship program from Bangka Village which was created to succeed a West Manggarai government program, namely the STBM (Community-Based Total Sanitation) program. Based on the results of field observations, it appears that the health of the community in Bangka through Village was still very poor. In the sense that the community has not realized the importance of cleanliness and health. In this case, people did not care to wash their hands before eating or after doing housework that makes hands dirty. According to the health department, people in this village should know how to wash their hands properly with soap and water. For this reason, the solution is to present the PKM implementation team to carry out socialization after making the CTPS container by providing an understanding of people's habits of not washing their hands before preparing food, before eating, after defecating, after returning from the fields/gardens, after the children play with the soiland improper hand washing. In implementing this program, the TIM used a method that contains the following stages: (1) Planning of activities to be carried out, (2) Preparation of activities starting with coordinating the Village head and RT head, (3) Implementation of activities, (4) Monitoring and evaluation of activities is carried out. The results show that the people of Bangka Village have begun to realize the importance of health and hygiene and that the community has started to get used to and family members to wash their hands before eating and after urinating and defecating
This study aimed to improve students' learning achievement on social science subject at grade V of SD Wae Rii by applying role playing method. The research was conducted in elementary schools Kecamatan Wae Rii Langke Rembong in the academic year 2019/2020. The method was classroom action research design and McTaggart Kemmis consisting of three phases: planning, action and observation stage, and the stage of reflection. The subjects were 30 students at grade V of SD Wae Rii. Data were collected through observation and tests. The instrument of this study were observation sheets and test questions. The results showed that role playing method improved the students' learning achievement on social science subject at grade V SD Wae Rii. The increase was evident from that many students achieved a minimum completeness criteria (KKM). In pretreatment, 8 students achieved KKM (40%); in cycle I 14 students reached the KKM (70%), in cycle II it increased to 17 students who reached the KKM (85%). Based on data analysis, it was concluded that role playing method improved students' learning achievement on social science subject at grade V of SD Kecamatan Wae Rii Langke Rembong the Academic Year 2019/2020.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan penalaran matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe <em>Numbered Head Together</em> (NHT) lebih baik dibandingkan dengan kemampuan penalaran matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran langsung pada siswa kelas XI SMAK St. Thomas Aquinas Ruteng tahun ajaran 2018/2019. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain <em>quasi eksperimen design</em>. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Bahasa SMAK St. Thomas Aquinas Ruteng tahun ajaran 2018/2019 yang terdiri atas dua kelas dengan jumlah 64 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan<em> random</em> kelas. Jumlah sampel penelitian adalah 64 orang. Data kemampuan penalaran matematis dikumpulkan dengan tes uraian. Data dianalisis dengan menggunakan uji . Berdasarkan hasil analisis data diperoleh bahwa hasil perhitungan t<sub>hitung</sub> = 6,003 dan t<sub>tabel</sub>=1,999pada taraf signifikan 5% dengan dk = 62. karena t<sub>hitung</sub> > t<sub>tabel </sub> maka ditolak dan diterima, yang artinya kemampuan penalaran matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe <em>Numbered Head Together</em> (NHT) lebih baik dibandingkan dengan kemampuan penalaran matematis siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Konservasi merupakan salah satu realisasi perkembangan anak yang menyatakan bahwa sesuatu tetap konstan/konsisten meskipun ditempatkan dalam berbagai posisi dan permukaan wadah yang berbeda-beda. Hasil Penelitian pada 20 Sekolah Dasar di Kabupaten Manggarai menunjukkan bahwa kemampuan konservasi liquid dan substansi anak-anak usia 6-8 tahun masih sangat rendah. Anak-anak pada usia tersebut masih berada pada tahap operasional konkret. Oleh karena itu, cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tersebut adalah permainan. Permainan yang digunakan bersifat interaktif dan berkarakter dengan memanfaatkan permainan yang biasa mereka lakukan sehari-hari misalnya permainan ular tangga dan permainan kartu domino. Permainan dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi permainan Interaktif berkarakter. Agar bisa menjangkau anak-anak dari Sekolah Dasar yang bervariasi, maka kegiatan ini dilakukan di salah satu kelompok Basis Gereja, yaitu KBG Santu Fransiskus. KBG ini berada dalam sebuah Paroki yang biasanya melakukan kegiatan keagamaan. Sehingga kegiatan Permainan Interaktif berkarakter dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan keagamaan seperti renungan kitab suci, belajar lagu rohani dan doa bersama. Kegiatan dengan menggunakan permainan ini tidak hanya untuk anak usia 6-8 tahun, tapi juga untuk yang berusia 9 tahun. Kemampuan konservasi yang ingin ditingkatkan pun tidak hanya liquid dan substansi, tapi juga pada kemampuan konservasi panjang.
Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru dalam Menulis Karya Ilmiah Berbasis Penelitian Tindakan Kelas di Kabupaten Manggarai Timur. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menulis karya ilmiah. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru guna menunjang profesionalismenya dalam berkarya. Guru perlu dilatih dan dibimbing sehingga memiliki keterampilan dalam penulisan karya ilmiah, terutama karya ilmiah yang berbasis penelitian tindakan kelas (PTK). Keuntungan yang diperoleh guru, yaitu peningkatan kualitas pembelajaran berbasis research dan peningkatan keterampilan menulis karya ilmiah. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dalam dua tahap yaitu pelatihan dan bimbingan penulisan karya ilmiah berbasis PTK. Hasilnya menunjukkan bahwa guru rumpun Matematika dan IPA di SMPN 1 Borong dan SMP Stanislaus memahami cara menulis karya ilmiah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran berbasis PTK dan membagikan informasi serta pengalamannya melalui publikasi ilmiah.
ABSTRAK Asesmen Kompetensi Minimum merupakan penilaian kemampuan minimum yang dilakukan kepada peserta didik. Kemampuan minimum yang dimaksud adalah kemampuan paling dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik pada jenjang tertentu, yaitu literasi membaca dan numerasi. AKM mengukur kompetensi berpikir atau bernalar peserta didik ketika membaca teks (literasi) dan menghadapi persoalan yang membutuhkan pengetahuan matematika (numerasi). Tidak semua guru memiliki pengetahuan dan keterampilan menyusun instrumen, contohnya para guru di SMK Bina Kusuma Ruteng. Oleh karena itu, tim pengabdian kepada masyarakat melaksanakan kegiatan pelatihan penyusunan instrumen Asesmen Kompetensi Minimum untuk para guru SMK Bina Kusuma Ruteng. Pelatihan dilakukan untuk mengembangkan kompetensi guru dalam menyusun instrumen AKM sehingga mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kegiatan pelatihan diikuti oleh 30 guru SMK Bina Kusuma Ruteng. Kegiatan ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu wawancara, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kegiatan ini dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan dan keterampilan para guru dalam menyusun instrumen Asesmen Kompetensi Minimum. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa pelatihan memiliki kualitas dengan kategori baik sekali (4.75) dan memberikan dampak dalam kategori kategori baik sekali (4.92). Terbukti bahwa para guru bisa menyusun instrumen AKM dengan baik. Sedangkan, dampak pelaksanaan pelatihan masuk dalam kategori baik sekali (4.82). Mitra mampu menyusun instrumen PKM dengan benar, hal ini dapat dilihat pada tugas yang dipresentasikan oleh mitra. Instrumen yang dihasilkan ini diharapkan dapat menjadi penduan bagai para guru dan calon guru untuk mengembangkan dan menggunakan instrumen AKM pada proses pembelajaran dan penilaian di kelas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan ini dapat mengembangkan kompetensi guru dalam menyusun instrumen AKM, sehingga guru mampu menyelenggarakan pembelajaran secara efektif dan efisien. Kata Kunci: Pelatihan, Penyusunan, Instrumen, AKM ABSTRACT Minimum Competency Assessment is a minimum ability assessment carried out on students. The minimum ability in question is the most basic ability that must be possessed by students at a certain level, namely reading literacy and numeracy. AKM measures the thinking or reasoning competence of students when reading texts (literacy) and dealing with problems that require mathematical knowledge (numbering). Not all teachers have the knowledge and skills to compose instruments, for example, teachers at SMK Bina Kusuma Ruteng. Therefore, the community service team carried out training activities for the preparation of Minimum Competency Assessment instruments for teachers of SMK Bina Kusuma Ruteng. The training was conducted to develop teacher competence in compiling the AKM instrument to support the achievement of the expected learning objectives. The training activity was attended by 30 teachers of SMK Bina Kusuma Ruteng. This activity was carried out through several stages, namely interviews, planning, implementation, and evaluation. This activity can have a positive effect on the ability and skills of teachers in preparing the Minimum Competency Assessment instrument. Based on the results of data analysis, it was found that the quality of the training was in the very good category (4.75) and had an impact in the very good category (4.92). It is proven that the teachers can arrange the AKM instrument well. Meanwhile, the impact of the implementation of the training is in the very good category (4.82). It is proven that the teachers can arrange the AKM instrument well. Meanwhile, the impact of the implementation of the training is in the very good category (4.82). Teachers can develop PKM instruments correctly, this can seen in the tasks presented by teachers. The result of instrument is expected to be a guide for teachers and prospective teachers to develop and use the AKM instrument in the learning and assessment process in the classroom. So, it can concluded that this training activity can develop teacher competence in preparing AKM instruments, so that teachers are able to organize learning effectively and efficiently. Keywords: Training, Preparation, Instruments, AKM
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.