Penggunaan tepung jagung sebagai bahan pensubstitusi tepung terigu dapat menurunkan daya terima biskuit. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan air dengan volume air yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kekerasan dan daya terima biskuit dari campuran tepung jagung dan tepung terigu dengan volume air yang proporsional. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu biskuit dengan campuran tepung jagung dan tepung terigu masing-masing 40:60, 60:40, 80:20, dan 100:0. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur daya serap air dari perlakuan campuran tepung jagung dan tepung terigu. Daya serap air dijadikan sebagai acuan volume air dalam pembuatan biskuit dari setiap perlakuan. Selanjutnya diuji kekerasan dan daya terima biskuit dari campuran tepung jagung dan tepung terigu. Hasil penelitian uji kekerasan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh biskuit dengan campuran tepung jagung dan tepung terigu. Biskuit dengan campuran tepung jagung dan tepung terigu 40:60 memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi yaitu 3757,00 g. Hasil uji daya terima biskuit menunjukkan bahwa terdapat pengaruh campuran tepung jagung dan tepung terigu terhadap aroma, rasa dan keseluruhan. Namun tidak ada pengaruh terhadap warna dan tekstur biskuit. Secara keseluruhan, perlakuan yang paling disukai adalah campuran tepung jagung dan tepung terigu 80:20.
Makanan yang disajikan di rumah sakit berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh dan membantu proses penyembuhan sehingga tingginya sisa makanan dapat berpengaruh terhadap kesehatan pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sensorikmakanan dengan sisa makanan biasa pada pasien rawat inap RSUD dr. Soeratno Gemolong. Jenis penelitian ini adalah crossectional. Jumlah responden 40orang, dipilih dengan cara konsekutif sampling. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sensorik makanan yaitu warna, aroma, rasa dan tekstur makanan yang diperoleh melalui kuesioner makan pagi, siang dan sore serta data sisa makanan pasien yang diperoleh dengan metode penimbangan. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson Product Moment. Secara keseluruhan karakteristik sensorik makanan (warna, aroma, rasa,tekstur) dalam kategori Baik. Karakeristik sensorik pada warna kategori menarik 87,5%, pada aroma kategori sedap 82,5%, pada rasa kategori enak 85,5% dan pada tekstur kategori sesuai 97,5%. Rata-rata sisa makanan responden 26,6%. Secara statistik, ada hubungan antara warna, aroma dan rasa makanan dengan sisamakanan biasa pada pasien rawat inap di RSUD dr. Soeratno Gemolong. Tidak ada hubungan antara tekstur makanan dengan sisa makanan biasa pada pasien rawat inap RSUD dr. Soeratno Gemolong.
Penggunaan tepung jagung sebagai bahan pensubstitusi tepung terigu dapat menurunkan daya terima biskuit. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan air dengan volume air yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat kekerasan dan daya terima biskuit dari campuran tepung jagung dan tepung terigu dengan volume air yang proporsional. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu biskuit dengan campuran tepung jagung dan tepung terigu masing-masing 40:60, 60:40, 80:20, dan 100:0. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur daya serap air dari perlakuan campuran tepung jagung dan tepung terigu. Daya serap air dijadikan sebagai acuan volume air dalam pembuatan biskuit dari setiap perlakuan. Selanjutnya diuji kekerasan dan daya terima biskuit dari campuran tepung jagung dan tepung terigu. Hasil penelitian uji kekerasan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh biskuit dengan campuran tepung jagung dan tepung terigu. Biskuit dengan campuran tepung jagung dan tepung terigu 40:60 memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi yaitu 3757,00 g. Hasil uji daya terima biskuit menunjukkan bahwa terdapat pengaruh campuran tepung jagung dan tepung terigu terhadap aroma, rasa dan keseluruhan. Namun tidak ada pengaruh terhadap warna dan tekstur biskuit. Secara keseluruhan, perlakuan yang paling disukai adalah campuran tepung jagung dan tepung terigu 80:20.
Makanan yang disajikan di rumah sakit berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh dan membantu proses penyembuhan sehingga tingginya sisa makanan dapat berpengaruh terhadap kesehatan pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sensorikmakanan dengan sisa makanan biasa pada pasien rawat inap RSUD dr. Soeratno Gemolong. Jenis penelitian ini adalah crossectional. Jumlah responden 40orang, dipilih dengan cara konsekutif sampling. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sensorik makanan yaitu warna, aroma, rasa dan tekstur makanan yang diperoleh melalui kuesioner makan pagi, siang dan sore serta data sisa makanan pasien yang diperoleh dengan metode penimbangan. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson Product Moment. Secara keseluruhan karakteristik sensorik makanan (warna, aroma, rasa,tekstur) dalam kategori Baik. Karakeristik sensorik pada warna kategori menarik 87,5%, pada aroma kategori sedap 82,5%, pada rasa kategori enak 85,5% dan pada tekstur kategori sesuai 97,5%. Rata-rata sisa makanan responden 26,6%. Secara statistik, ada hubungan antara warna, aroma dan rasa makanan dengan sisamakanan biasa pada pasien rawat inap di RSUD dr. Soeratno Gemolong. Tidak ada hubungan antara tekstur makanan dengan sisa makanan biasa pada pasien rawat inap RSUD dr. Soeratno Gemolong.
Overweight merupakan ketidakseimbangan asupan zat gizi. Pola makan remaja saat ini mengarah ke pemilihan bahan makanan cepat saji yang tinggi kalori yang terdiri dari karbohidrat dan lemak. Makanan ini jika dikonsumsi secara berlebihan dapat memicu terjadinya overweight. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan gizi dan kebugaran jasmani pada remaja yang overweight dan non overweight di SMK Batik 2 Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah remaja di SMK Batik 2 Surakarta kelas X dan XI yang berstatus gizi overweight dan non overweight dengan masing-masing kelompok berjumlah 30 siswa. Pengambilan data dengan cara simple random sampling. Pengetahuan gizi diperoleh dengan cara pengisian kuesioner sedangkan kebugaran jasmani menggunakan Harvard Step test. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar baik kelompok overweight dan non overweight memiliki pengetahuan gizi kategori cukup yaitu 53%. Kebugaran jasmani pada remaja yang overweight sebagian besar memiliki kebugaran jasmani yang kurang yaitu 73%, sedangkan kebugaran jasmani pada remaja yang non overweight sebagian besar memiliki kebugaran jasmani yang cukup yaitu 40%. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan gizi pada remaja yang overweight dan non overweight dan terdapat perbedaan kebugaran jasmani pada remaja yang overweight dan non overweight.
Overweight merupakan ketidakseimbangan asupan zat gizi. Pola makan remaja saat ini mengarah ke pemilihan bahan makanan cepat saji yang tinggi kalori yang terdiri dari karbohidrat dan lemak. Makanan ini jika dikonsumsi secara berlebihan dapat memicu terjadinya overweight. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan gizi dan kebugaran jasmani pada remaja yang overweight dan non overweight di SMK Batik 2 Surakarta. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah remaja di SMK Batik 2 Surakarta kelas X dan XI yang berstatus gizi overweight dan non overweight dengan masing-masing kelompok berjumlah 30 siswa. Pengambilan data dengan cara simple random sampling. Pengetahuan gizi diperoleh dengan cara pengisian kuesioner sedangkan kebugaran jasmani menggunakan Harvard Step test. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar baik kelompok overweight dan non overweight memiliki pengetahuan gizi kategori cukup yaitu 53%. Kebugaran jasmani pada remaja yang overweight sebagian besar memiliki kebugaran jasmani yang kurang yaitu 73%, sedangkan kebugaran jasmani pada remaja yang non overweight sebagian besar memiliki kebugaran jasmani yang cukup yaitu 40%. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan gizi pada remaja yang overweight dan non overweight dan terdapat perbedaan kebugaran jasmani pada remaja yang overweight dan non overweight.
ASI selain dapat membantu dalam proses pertumbuhan, juga dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi seperti diare dan ISPA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh status pemberian ASI terhadap pertumbuhan dan tingkat morbiditas pada bayi usia 7-12 bulan di Wilayah Puskesmas Gilingan. Penelitian ini menggunakan rancangan studi kohort retrospektif, yang dilakukan di posyandu wilayah Puskesmas Gilingan. Total sampel pada penelitian ini sebanyak 58 responden, pengambilan sampel menggunakan Consecutive Sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner ASI eksklusif, tingkat morbiditas dan KMS. Teknik analisis uji adalah Chi Square. Hasil penelitian ini adalah tidak ada pengaruh status pemberian ASI terhadap pertumbuhan bayi usia 7-12 bulan dengan p = 0,378 nilai RR 1,667 (IK 95% = 0,697-3,984). Tidak terdapat pengaruh status pemberian ASI terhadap kejadian ISPA pada bayi usia 7-12 bulan dengan p = 0,066 nilai RR 1,800 (IK 95% = 1,011–3,204). Tidak ada pengaruh status pemberian ASI terhadap kejadian diare pada bayi usia 7-12 bulan dengan p = 0,564 nilai RR 1,158 (IK 95% = 0,829–1,618).
Food intake is a direct factor that can affect the nutritional status of adolescents. Imbalance of food intake will cause nutritional problems in adolescents. The survey results from two senior high schools showed that 16.46% of adolescents were overweight. This study aims to determine the description of macronutrient intake with nutritional status of high school adolescents in the city of Surakarta. This type of research uses observational research with a cross-sectional approach. The population in this study were teenagers in class XI and XII as many as 943 students. Sampling by simple random sampling method with a sample of 88 students. Food intake data was obtained by food recall 3x24 hours, namely 2 weekdays and 1 weekend with the method of 1 day direct interview and 2 days via whatsapp, food intake data was processed using NutriSurvei 2007 software. Nutritional status data was obtained based on anthropometric measurements, namely weight weighing using digital weight scales and measurement of height with microtoice, nutritional status assessment parameters using Body Mass Index according to Age (BMI/U). The results showed that most of the intake of carbohydrates (73.9%), fat (64.8%) and protein (52.3%) of adolescents were included in the category of weight deficit. As many as 14.8% of adolescents have abnormal nutritional status. Respondents with poor intake of protein, fat and carbohydrates showed more abnormal nutritional status. Adolescents must pay attention to the adequacy of fat intake so that it is balanced with daily needs.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.