Demensia adalah penyakit neurodegeneratif yang berhubungan dengan memori, bahasa, pemecahan masalah, dan kemampuan kognitif lainnya. Tidak hanya pada pasien demensia, anggota keluarga yang menjadi pendamping juga dapat mengalami beban psikologis yang terkait dengan kesejahteraan subjektifnya. Di Indonesia, anak secara budaya diharapkan untuk merawat orang tuanya yang lansia dan ekspektasi tersebut lebih ditekankan pada anak perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kesejahteraan subjektif . Studi kualitatif ini merupakan studi kasus yang menggunakan wawancara semi terstruktur kepada empat anak perempuan dewasa (berusia antara 30-60 tahun) yang merawat orang tua lansia penderita demensia. Dua tema muncul dari komponen kognitif kesejahteraan subjektif: pengaturan hidup bersama dan hubungan sosial dengan pasien. Pendamping seringkali mengalami emosi negatif yang berkaitan dengan peran mereka sebagai pendamping. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika kesejahteraan subjek berhubungan dengan sikap penerimaan terhadap peran pendamping orang tua dengan demensia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui noninependensi relationship maintenance behavior pada pasangan suami istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Partisipan terdiri dari 52 pasangan. Data diambil dengan teknik snowball sampling. Relationship maintenance behavior diukur dengan skala Relational Maintenance Behavior Measure (RMBM) dari Stafford (2011). Teknik analisis yang digunakan adalah dyadic analysis. Hasil analisis menunjukkan adanya nonindependensi relationship maintenance behavior pada pasangan suami istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Dengan demikian, dapat disimpulkan adanya saling ketergantungan dan kesamaan perilaku relationship maintenance behavior pada pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh.
Social media are popular among adolescents worldwide, including the global South. The way adolescents use social media is influenced by their own perception of social media but also by how their parents use and perceive social media. This study aims to understand how Indonesian young adolescents (12–15 years old) and parents of adolescents use and perceive social media. For this purpose, we conducted eight focus group discussions and eight semi-structured interviews with 30 Indonesian adolescents and 15 Indonesian parents. Thematic analysis of the qualitative data reveals that both adolescents and parents use social media for social, practical, and pleasure activities. Most adolescents mention that they consider themselves skilled in using social media, while parents consider themselves less skilled. Both adolescents and parents mention that social media offer benefits for adolescents, including emotional, social, and practical benefits. However, adolescents and parents also mention the risks of social media use for adolescents, including social, emotional, and informational risks, as well as the displacement of more meaningful activities. As such, both adolescents and parents do not perceive social media as inherently good or bad but rather as a novel medium that offers benefits for adolescents but also involves several risks to be considered by parents and other relevant stakeholders. This study adds to our understanding of social media use in the global South and offers a theoretical basis for future studies on the impact of adolescents’ social media usage on wellbeing in an Indonesian context. However, future research is necessary to depict possible differences in social media use between Indonesia and other countries in the global South.
Parental Mediation menjadi panduan orangtua untuk memediasi penggunaan smartphone dan tablet pada anak. Penting untuk mengetahui cara orangtua Indonesia menggunakan strategi untuk memediasi penggunaan smartphone dan tablet pada anak. Alat ukur Parental Mediation telah dikembangkan oleh Nikken & Scholz (2015) namun belum pernah dilakukan proses adaptasi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi instrumen pengukuran Parental Mediation yang dikembangkan oleh Nikken & Scholz (2015) dan meninjau properti psikometrinya. Subjek penelitian adalah 305 orang tua yang memiliki anak usia 2-6 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Proses adaptasi menggunakan pedoman adaptasi alat ukur dari International Test Commission (2016). Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen pengukuran yang telah diadaptasi reliabel (α = 0.87) dan valid (GFI= 0.976; RMSEA= 0.034; CFI= 0.986; NFI= 0.948; TLI= 0.983; PNFI= 0.788). Hasil adaptasi juga menunjukkan bahwa terdapat empat strategi yang digunakan oleh orang tua di Indonesia untuk memediasi penggunaan smartphone dan tablet, yaitu co-use, supervision, active-restrictive mediation dan technical mediation.
The way parents disciplining their children become a hot issue in parenting practices, viewed from the aftereffect of disciplining. The purpose of this study was to investigate types of parents' disciplining behaviour on their preschool children. Participants were assessed using Dimension of Discipline Inventory (DDI, form P) with some modifications. Fifty six mothers and eight fathers with children from 3-6 y.o were participated in this study. The age range of participants is from 27 y.o until 46 y.o (mean = 35 y.o). The participants' level of education was varied from High School to Doctoral, with various ethnic backgrounds. Survey method was used in this study. They completed a demographic form and were asked about parents responsibility in disciplining their children behaviour by children that parents perceived as undesirable behaviour and needed to be changed (both minor and serious), and discipline behaviours they used. Participants' answers were recorded and categorized, and the data were analyzed using descriptive statistics. The answers of scale items were counted and grouped into 9 discipline method scales: corporal punishment, psychological aggression, diversion, explain/teach, reward, deprivation of privileges, penalty task and restorative behaviour, ignore misbehaviour and monitoring; and also into 4 factors of higher order: aggressive discipline, positive discipline, penalty, and supervision. The result showed that most of participants shared responsibility equally with the other parent. Children behaviours that perceived as minor by parents are like hard to wake up in the morning and do not like to tidy up after playing, and children behaviours that perceived as serious are like hitting, lying, and throwing things. From four types of disciplining behaviour, most of participants used positive discipline, followed by supervision, penalty, and last is aggressive discipline.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.