Lead (Pb) is pollutant found in canned foods. It is derived from the soldering between the can and the lid. This study aims to find out the analytical performance of standar curves , the better method between dry ashing dan wet ashing, the best oxidant solution in wet ashing ang determine lead in canned sa usage and canned lychee. This research including : Performance determination of the standard addition curve analysis includes linearity, limits of detection and limits of quantitation, sensitivity, accuracy and precision, sample destruction using dry ash 500 o C and wet destruction with a variety of oxidizing subtrace such as HNO 3 p.a; HNO 3 p.a, H 2 SO 4 p.a (3:1), and HNO 3 p.a, H 2 SO 4 p.a, H 2 O 2 p.a (6:2:1), and determine the concentration of lead in canned sausage and canned lycheeThe results of this research of the standard curve analysis of lead (Pb) are r =0,9999, LOD 0,028 ppm, LOQ 0,0933 ppm, and sensitivity of 0,00757 the average accuracy of 98%, and precision 2,74%. Wet ashing is more stabil than dry ashing. The best oxidizing substance of canned sausage comes from HNO 3 , H 2 SO 4 and H 2 O 2 (6:2:1) and lead was found 0,64 ppm while best oxidizing substance of canned lychee comes from HNO 3 , H 2 SO 4 (3:1) and lead was found 0,72 ppm. Key words : lead (Pb), canned food, wet ashing, dry ashing ABSTRAKTimbal (Pb) adalah bahan pencemar yang ditemukan dalam makanan kaleng yang berasal dari patrian antara badan kaleng dengan tutupnya. Pb dalam jumlah kecil tidak berbahaya bagi manusia namun jika jumlahnya melampaui batas dapat menyebabkan keracunan akut maupun kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui performa analitik kurva standar, penentuan zat pengoksidasi terbaik serta menentukan kadar logam Pb dalam sosis dan leci kaleng dengan destruksi kering dan basah. Metode penelitian ini meliputi : Optimasi instrumen Spektrofotometri Serapan Atom, preparasi larutan standar Pb untuk menentukan performansi analitik yaitu linearitas, batas deteksi dan batas kuantitasi, sensitivitas, akurasi serta presisi, preparasi sampel dengan destruksi kering dengan suhu 500 o C, preparasi sampel dengan destruksi basah menggunakan variasi zat pengoksidasi seperti HNO 3 p.a; HNO 3 p.a, H 2 SO 4 p.a (3:1); dan HNO 3 p.a, H 2 SO 4 p.a, H 2 O 2 p.a (6:2:1), dan analisis kadar Pb pada sampel setelah destruksi. Hasil penelitian didapatkan performa analitik untuk kurva standar timbal (Pb) meliputi r = 0,999, LOD 0,028, LOQ 0,093 ppm, sensitivitas 0,007, rerata akurasi 98%, dan presisi 2,74%. Hasil analisis Pb dalam makanan kaleng sosis dan leci yang dipreparasi dengan cara destruksi kering tidak memberikan hasil yang stabil. Hasil analisis kadar Pb dalam sosis kaleng adalah 0,64 ppm dengan zat pengoksidasi terbaik campuran HNO 3 , H 2 SO 4 dan H 2 O 2 (6:2:1) , sedangkan kadar Pb dalam leci kaleng adalah 0,72 ppm dengan zat pengoksidasi campuran HNO 3 , dan H 2 SO 4 (3:1). Kata kunci : timbal (Pb), makanan kaleng, destruksi basah, destruksi kering I. PENDAHULUANMakanan maupun minuman dikemas secara khusus unt...
Metal ion adsorption research with utilizing Eichhornia crassipes leaf biomass has been done. Metal ions which are ever researched are Cr, Cd, Pb and Ni, but research with utilizing Hg metal ion is never done, so need to be implemented a mercury adsorption research to eichhornia crassipes leaf biomass. Because pH solution is very influential to metal ion adsorption by biomass, so in this research is inspected determining of optimum pH to mercury adsorption. This research is experimental research which is started with determining of optimum pH, this determining of optimum pH is implemented with way of interacting 60 mmg/L mercury metal ion with 0,1 gr eichhornia crassipes leaf biomass for 60 minutes at range of pH 2, 3, 4, 5, 6, 6, 4, 6, 7, 7 and 8, then continued with control solution production to know the solubility of mercury in every pH. The determination of adsorption capacity, adsorption constanta and adsorption energy are implemented with way of interacting eichhornia crassipes leaf biomass with mercury metal ion by 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100 and 150 mmg/L variation of concentration for 60 minutes in pH optimum. Data the result of experiment then processed using the similarity of Langmuir isotherm and Freunlich.. The result of the research indicates that pH 6 is mercury adsorption optimum pH in eichhornia crassipes leaf biomass. The mercury isotherm adsorption in eichhornia crassipes leaf biomass takes a part of the similarity of langmuir isotherm with point R2 = 0,982, from the similarity of langmuir isotherm gotten adsorption capacity (Xm) in the mount of 4, 806 x 10-5 mol/gr with adsorption constanta (K) 27130,85 mol/L and adsorption energy (E) in the mount of 25,46079 kJ/mol.<br /><br />
ABSTRAKPermen yang dijual di pasaran diduga mengandung sejumlah logam berat misalnya logam tembaga. Dalam penelitian ini, sampel permen didestruksi dengan HNO 3 , HNO 3 /H 2 SO 4 (3:1) dan HNO 3 /H 2 SO 4 /H 2 O 2 (6:2:1) untuk mengetahui zat pengoksidasi terbaik logam tembaga pada permen. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar logam tembaga dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Hasil analisis uji one way anove dengan uji F menunjukkan bahwa zat pengoksidasi terbaik logam tembaga dalam sampel permen adalah HNO 3 /H 2 SO 4 . Sementara itu, perolehan kadar logam tembaga pada permen dengan label A, B, C, D, dan E berturut-turut sebesar 1,72 mg/Kg; 1,69 mg/Kg; 1,57 mg/Kg; 1,71mg/Kg; dan 1,69 mg/Kg. Dengan demikian, kadar logam tembaga pada permen yang dijual di pasaran masih berada dalam batas aman konsumsi yang ditetapkan oleh SNI.Kata Kunci: permen, destruksi basah, oksidator, waktu stabilitas, Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) PENDAHULUANPermen adalah salah satu jenis makanan yang disukai oleh semua kalangan baik anak-anak maupun orang dewasa. Permen yang diperjualbelikan di pasaran diindikasikan mengandung logam berat seperti tembaga. Di Nigeria, kadar logam tembaga pada permen dan cokelat import di Nigeria berkisar dari 3,0 -4,2 mg/g (Ochu, 2012). Sementara itu, di Turki, kadar logam tembaga pada chewing gums dan permen berkisar dari 0,219 -2,455 μg/g (Duran, 2009
<div><p>Surfaktan adalah salah satu komposisi deterjen yang bermanfaat untuk mempermudah menghilangkan kotoran, namun keberadaannya yang berlebihan dapat mencemari lingkungan. Hal ini bertentangan dengan QS. al-A’raf:56 “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi...”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan metode penentuan surfaktan anionik dengan menggunakan campuran malasit hijau dan metilen biru secara spektrofotometri tampak. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan metode metilen biru dan metode malasit hijau yang telah ada.</p><p>Penelitian ini mempelajari tentang ekstraksi surfaktan anionik menggunakan campuran ion asosiasi malasit hijau dan metilen biru ke dalam pelarut kloroform kemudian dianalisis dengan spektrofotometri tampak. Tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut: penentuan panjang gelombang maksimum, penentuan pH optimum campuran setelah diekstraksi, penentuan rasio optimum antara malasit hijau dan metilen biru, penentuan rasio optimum mol antara surfaktan dengan ion lawan dan performansi analitik (limit deteksi dan nilai ketepatan). Metode ini juga diaplikasikan pada air sungai.</p><p>Hasil dari penelitian ini adalah: panjang gelombang maksimum ion asosiasi adalah 617,5 nm, pH optimumnya adalah 7, rasio pengomplek antara malasit hijau dan metilen biru adalah 1:1, rasio mol antara surfaktan dengan ion lawan adalah 1/100. Hasil uji performansi analitik metode ekstraksi sinergis ini adalah sebagai berikut: Limit deteksi = 0,00668 ppm, nilai ketepatan = 1-3,4(%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode ini lebih sensitif dibandingkan dengan metode metilen biru dan metode malasit hijau yang telah ada.</p><p> </p></div>
Brachychiton rupestris and Brachychiton luridum are deciduous trees belonging to family Malvaceae. Several members of the genus Brachychiton and its related genus, Sterculia, are used in folk medicine for the treatment of infections. Herein, we investigated the antimicrobial activity of the total extracts, n-hexane, dichloromethane as well as the ethyl acetate fractions of the leaves of both species using agar well diffusion method in an effort to better consolidate the scientific basis for their traditional uses. The study was carried out against two Gram-positive and two Gram-negative bacteria together with two fungi. The extracts and fractions showed mean inhibition zones diameter in the range of 10.97-14.98 mm with minimum inhibitory concentration values ranging between 39.06 and 625 µg/mL against the susceptible bacteria and fungi. The ethyl acetate fraction of B. luridum exhibited notable activity against Staphylococcus aureus while the total extract showed moderate activity against Salmonella typhi. Regarding B. rupestris, the total extract, n-hexane and ethyl acetate fractions showed moderate activity against Escherichia coli, Candida albicans, and Salmonella typhi, respectively. Other extracts and fractions showed weak or no activity against the tested microorganisms. Qualitative phytochemical screening of both plants was performed to preliminary unveil the classes of secondary metabolites present in the leaves. The results indicated the existence of flavonoids, tannins, sterols, triterpenes, carbohydrates and/or glycosides in both plants.
Cephalosporin is a β-lactam antibiotic produced by Keywords:Carbon, cephalosporin C, cultivation medium, nitrogen, A. chrysogenum ABSTRAK Sefalosporin C adalah golongan antibiotik β-lactam yang dihasilkan Acremonium chrysogenum melalui fermentasi cair. Komponen yang sangat berpengaruh terhadap produksi sefalosporin C adalah sumber karbon dan nitrogen. Penelitian ini bertujuan mendapatkan komposisi media terbaik untuk produksi sefalosporin C. Optimasi dilakukan menggunakan metode respon permukaan. Hasil menunjukkan bahwa molases 70 g/L adalah sumber karbon terbaik dan kombinasi corn steep liquor, urea dan ammonium sulfat adalah sumber nitrogen terbaik. DL-methionin, sumber karbon, dan nitrogen berpengaruh nyata terhadap produksi sefalosporin C. Optimasi menggunakan model matematika menunjukkan produksi sefalosporin C tertinggi (3876 mg/L) yang diperoleh dengan komposisi media 68,28 g/L molases, 71,61 g/L nitrogen, dan 0,4 g/L DL-methionin. Verfikasi di laboratorium menggunakan komposisi media yang sama menghasilkan sefalosporin C sebesar 3696 mg/L, berbeda 4,65% dibanding dengan hasil optimasi matematis. Optimasi media mampu meningkatkan produksi sefalosprin C sebesar 1,48 kali dibanding media yang digunakan sebelumnya, dimana maksimal hanya menghasilkan 2487 mg/L.
<p>Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) adalah bahan ikutan yang ditemukan dalam gula pasir. Penelitian ini bertujuan mengetahui performa analitik kurva standar dengan penentuan suhu dan waktu terbaik destruksi menggunakan <em>microwave digestion</em>, serta performa analitik kurva adisi standar menggunakan suhu dan waktu terbaik destruksi.</p><p>Penelitian ini meliputi penentuan performa analitik untuk kurva standar yaitu linearitas, batas deteksi dan batas kuantitasi, sensitivitas, akurasi serta presisi untuk larutan standar Cu dan Pb, kemudian dilakukan pendestruksian sampel gula pasir dengan destruksi basah menggunakan <em>microwave digestion</em> dengan variasi suhu 160, 180 dan 200 <sup>o</sup>C dan variasi waktu 10, 15, 20 dan 30 menit dan waktu penyimpanan 1 sampai 5 hari. Penentuan performa analitik juga ditentukan pada kurva adisi standar untuk larutan Cu dan Pb yang telah ditambahkan sampel hasil destruksi.</p><p>Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Suhu dan waktu terbaik destruksi gula pasir menggunakan<em> microwave digestion </em>untuk analisis Cu yaitu suhu 200 <sup>o</sup>C dan waktu 15 menit serta waktu penyimpanan sampai 3 hari. Suhu dan waktu terbaik <em>microwave digestion</em> untuk menganalisa logam timbal (Pb) adalah 180 <sup>0</sup>C dan 10 menit serta waktu penyimpanan hanya sampai 1 hari. Performa analitik untuk kurva standar tembaga (Cu) meliputi r<sup>2</sup> = 0,9993; LOD (Limit of Detection) 0,0011 ppm dan LOQ (Limit of Quantitation) 0,0036 ppm; sensitivitas 0,2; rata-rata akurasi sebesar 99.96%; serta presisi 9,46%, sedangkan performa analitik untuk kurva adisi standar tembaga (Cu) meliputi r<sup>2</sup> = 0,9999; LOD 0,0012 ppm dan LOQ 0,004 ppm; sensitivitas 0,1729, rata-rata akurasi sebesar 100,07% serta presisi 5,38%. Performasi analitik untuk kurva standar timbal (Pb) meliputi r<sup>2</sup> = 0,9999; LOD 0,0019 ppm, LOQ 0,0066 ppm; sensitivitas 0,1069 ppm ; rata-rata akurasi sebesar 99,56 % serta presisi 2,32 %. Performasi analitik kurva adisi standar timbal (Pb) meliputi r<sup>2</sup> = 0,9999; LOD 0,0018 ppm, LOQ 0,0060 ppm; sensitivitas 0,1090 ppm; rata-rata akurasi sebesar 100,01 % serta presisi 1,94 %.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.