Chronic energy deficiencies often occur and attack women of childbearing age. this illustrates insufficient energy and protein intake and it can result in health and unbalanced nutritional patterns. The purpose of this study was to determine the relationship between diet and educational history with the incidence of chronic energy deficiency in women of childbearing age in Gunturu Village, Herlang District, Bulukumba, Province of South Sulawesi. This research was conducted in 2019 with a total sample of 359 people, the design of this study was cross sectional study, data collection through interviews using questionnaires and direct observation, data of Chronic energy deficiencies obtained through LiLA measurements, consumption patterns obtained through interviews using the FFQ Form, and it was analyzed statistically with the chi square test. The result shown that the eating patterns of most respondents were in the good category and did not experience KEK. While the majority of respondents with less eating patterns did not experience KEK. Respondents who had never attended school, respondents had completed elementary / junior high / high school education, and respondents who graduated from tertiary institutions mostly did not experience KEK. The absence of a statistically significant relationship between diet and education was likely to be influenced by the proportion of WUS who experience a lower KEK that was 45 people than WUS who did not experience KEK as many as 314 people. Researchers hope that the community can maintain healthy living behaviors by managing a good diet, like watching the type of food consumed
AIM: Students included in the category of youth need balanced nutrition practices, especially during the COVID-19 outbreak. This study aims to determine the model of balanced nutrition behavior in youth in Gowa Regency, Makassar, Indonesia. MATERIALS AND METHODS: This study was a quantitative study with a cross-sectional study, in which primary data were collected from June to July 2020. The respondents were 597 students at public and private universities located in Gowa Regency who filled the questionnaires. RESULTS: The bivariate analysis results, which were based on the respondents’ characteristics, showed that only age significantly affected balanced nutrition practices (p = 0.048). Based on the independent variables studied, poor knowledge (p = 0.000, ORcrude = 2.229 [CI 1.601–3.105]) and poor attitude (p = 0.001, ORcrude = 1.735 [CI 1.250-2.409]) obtained a significant correlation with poor balanced nutrition practices. The final model of balanced nutrition practices using multivariate analysis indicated that knowledge was the biggest predictor of balanced nutrition (p = 0.000, OR = 2.067 [CI 1.476–2.893]). The number implied that respondents with good knowledge had 2.067 times the opportunity to take balanced nutrition practices than those with less knowledge after controlling for age and attitude variables. CONCLUSION: Producing well-balanced nutrition behavior requires well-balanced nutrition knowledge, including university students who belong to the late adolescent stage.
Rendahnya pengendalian Diabetes Melitus (DM) seperti menjalani pengobatan berakibat pada peningkatan kasus kematian baik di wilayah pulau maupun non pulau. Masalah kepatuhan dalam menjalani terapi merupakan masalah medis serius yang dihadapi tenaga profesional kesehatan baik di wilayah pulau maupun non pulau Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai hubungan faktor predisposisi (lama menderita DM tipe 2, tingkat pengetahuan dan Health locus of control internal) dan faktor penguat (dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan) dengan kepatuhan pengobatan pada penderita DM tipe 2. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dengan jumlah sampel sebanyak 158. Sampel dipilih secara proportionate stratified random sampling di antaranya 31 sampel di wilayah pulau Puskesmas Barrang lompo dan 127 sampel di wilayah non pulau Puseksmas Antang. Hasil penelitian menunjukkan proporsi penderita DM tipe 2 yang kurang patuh terhadap pengobatan di wilayah pulau yaitu 38.7% sedangkan di wilayah non pulau sebesar 37.0%. Analisis multivariat menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan (p=0,046; OR=6,435 95% CI; 1,037-39,930) dengan kepatuhan pengobatan DM tipe 2 di wilayah pulau. Ada hubungan bermakna secara statistik antara Health locus of control Internal (p=0,004; OR=4,469 95%CI; 1,632-12,238), Dukungan keluarga (p=0,007; OR=4,520 95%CI; 1,508-13,550), dan Dukungan tenaga kesehatan (p=0,016; OR=13,781 95%CI; 1,620-117,247) dengan kepatuhan pengobatan DM tipe 2 di wilayah non pulau. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dari pelayanan kesehatan melalui media tertentu di wilayah pulau dan Peningkatan Pemantauan Keberhasilan pengobatan diabetes dari tenaga kesehatan di wilayah non pulau.
Sekitar 45% kematian pada anak di bawah usia 5 tahun terkait dengan kekurangan gizi. Balita gizi kurang dan gizi buruk dalam pemulihan merupakan kelompok rentan yang perlu mendapat penanganan untuk perbaikan status gizinya yaitu pemberian makanan tambahan (MT) sekalipun di masa pandemi. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi program Pemberian Makanan Tambahan (MT)-anak balita yang telah terlaksana di empat puskesmas Kabupaten Gowa di masa pandemi. Penelitian ini berjenis kualitatif dilakukan pada 26 sampai 29 Maret 2021 di empat puskesmas di Kabupaten Gowa, yaitu Puskesmas Taeng, Puskesmas Bontomarannu, Puskesmas Pallangga, dan Puskesmas Samata. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas Taeng, Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Pallangga dan Samata, dan kader Puskesmas Bontomarannu. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam menggunakan daftar pertanyaan. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah program Pemberian MT balita pada keempat puskesmas masa pandemic Covid 19 dalam proses perencanaannya berjalan baik, karena setiap tahunnya program MT selalu terlaksana di empat puskesmas. Dalam pelaksanaan program PMT masih terdapat hambatan diantaranya cuaca yang kurang mendukung sehingga terjadi pergeseran waktu dan kesadaran masyarakat. Sedangkan dalam proses pemantauan keseluruhannya dilakukan oleh pihak puskesmas, pencatatan dan pelaporan dilakukan meski dengan kendala yang ditemukan pada masyarakat ketidaktepatan sasaran karena penerima MT membagikan MT pada yang lain. Dalam proses evaluasi program PMT pada balita masih adanya kendala dari sarana, peran ibu balita dan peran lintas sektor dalam proses peningkatan status gizi, juga tidak dilakukannya uji daya terima. Dari penelitian ini didapatkan simpulan bahwa evaluasi program pemberian makanan tambahan pada balita mulai dari input, proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi program, berusaha dilaksanakan oleh keempat puskesmas dengan cukup baik walaupun ada beberapa kendala yang perlu diperhatikan.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.