Budidaya perikanan merupakan salah satu mata pencaharian utama di Kampung Nyalindung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya. Biaya operasi yang tinggi untuk penyediaan pakan ikan menyebabkan menurunnya penghasilan mereka. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan teknologi peralatan produksi pelet pakan ikan terapung agar mereka bisa lebih mandiri untuk mereduksi biaya operasi. Metode yang dilakukan adalah dengan pengembangan teknologi mesin produksi pelet pakan ikan terapung untuk pembudidaya ikan di Kabupaten Tasikmalaya. Tahapan kegiatan dimulai dari mengindentifikasi kebutuhan mitra terkait operasional produksi, merancang dan membuat mesin, melakukan pengujian terhadap mesin yang telah dibuat, melakukan serah terima alat dan pelatihan serta pendampingan kepada produsen pakan ikan dan pemanfaatan produk pelet pakan ikan. Hasil yang diperoleh dari program ini adalah dengan adanya teknologi pengolahan bahan baku lokal akan meningkatkan produksivitas dan menjadikan harga pakan terjangkau serta dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Formalin merupakan bahan pengawet makanan yang tidak diijinkan pemerintah sebagai bahan tambahan pangan. Namun bahan pengawet tersebut masih digunakan pada berbagai produk makanan sehingga dapat mengancam kesehatan. Salah satu makanan yang sering menggunakan formalin adalah bakso.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan formalin pada makanan bakso di beberapa kios bakso pada salah satu kawasan pariwisata di Yogyakarta.. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random) dipilih beberapa kios bakso. Sampel diambil satu kali pada setiap kios bakso yang terpilih. Variabel yang digunakan untuk identifikasi adalah umur responden, pendidikan terakhir, dan pendapatan per hari. Metode penelitian yang digunakan adalah Survey Deskriptif berbasis laboratorium pengujian kandungan formalin.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang menggambarkan adanya kandungan formalin makanan bakso pada salah satu kawasan pariwisata di Kota Yogyakarta. Data yang telah diperoleh, kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi disertai dengan narasi.Dari penelitian yang sudah dilakukan didapatkan hasil terdapat 25% kios bakso positif menggunakan formalin dan 75% kios bakso tidak menggunakan formalin. Pengguna formalin sebanyak 43% adalah responden yang berumur 49–54 tahun dan tingkat pendidikan paling banyak adalah SMP (43%) dengan pendapatan per hari Rp.300.000 sampai Rp.500.000 sebanyak 57%. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan pemerintah daerah setempat meningkatkan perhatian dan pengawasan terhadap pedagang bakso terutama di kawasan wisata serta melakukan pembinaan/pelatihan.
Waste cooking oil produced by households and industries. The use of waste cooking oil be fuel, soap, floor cleaner, and candles have been developed. The use of waste cooking oil must be through purification step. A method of purification oil also have been developed, but the methods already there still managed to take optimal results. This research for development of previous studies, so results of this oil can be directly used to a different product with economic value. This research condist of 2 stages, treatment process and purification process. The treatment process using bentonite and potassium hydroxide (KOH). The purification process using purification oil instrument (capacity 5 liters) fitted with zeolite, filter paper and cotton a bandage. The purification of uses adsorption method for 24 hours. Purification process happened due to differences in weights molecules or porocity causeing some molecules bound stronger on the surface of on the molecular. The use of KOH and bentonite to treatment process is very effective. While purification oil instrument can filer waste cooking oil that q brown and smelling become clear yellow, no longer smelling and the surface smooth. This research can decrease the free fatty acid 58% and peroxide 47,6%.
Perkembangan industri yang semakin pesat menyebabkan semakin bertambahnya limbah yang dihasilkan. Limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Salah satu industri yang belum mengolah limbah dengan baik adalah industri jamu di Yogyakarta. Pada setiap produksi perusahaan ini menghasilkan limbah serbuk daun tempuyung 5 kg/hari atau 150kg bulan. Limbah ini menyebabkan pencemaran udara, emisi gas karbon, sumber penyakit dan penumpukan limbah yang mengakibatkan keterbatasan lahan. Oleh karena itu penelitian ini mengembangkan inovasi bahan pakan dari limbah daun tempuyung menjadi biskuit. Tujuannya untuk mengatasi pencemaran lingkungan dan saat ini harga pakan semakin mahal serta terbatasnya ketersediaan pakan pada saat musim kemarau sehingga biskuit pakan menjadi alternative karena lebih awet. Metode yang digunakan eksperimen skala laboratorium. Dalam pembuatan biskuit pakan ini limbah daun tempuyung dikombinasi dengan jerami dan molasses dimana ada dua perlakuan. Kombinasi limbah daun tempuyung dan jerami pada perlakuan A 1:1 dan perlakuan B 2:1. Kandungan protein pada biskuit A 7,8% dan biskuit B 9%. Biskuit pakan yang dihasilkan berwarna kecoklatan, bau wangi gula, tekstur kasar dan berat 40 gram. Dari hasil yang didapatkan maka limbah daun tempuyung ini layak dijadikan alternative sebagai bahan pakan karena ketersediaan bahan dan nilai gizi terpenuhi serta dapat mengatasi pencemaran lingkungan.
Limbah cair banyak dihasilkan pada industri batik pada proses pewarnaan. Penggunaan bahan pewarna sintetis pada proses pewarnaan menyebabkan limbah cair memiliki kandungan Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kinerja dari tanaman enceng gondok dalam mereduksi atau menurunkan kandungan COD dan BOD dalam limbah cair industri batik dengan metode fitoremidiasi. sehingga aman dibuang ke lingkungan. Fitoremidiasi menggunakan constructed wetland merupakan metode yang murah dibandingkan dengan metode yang lain. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan constructed wetland dibantu tanaman enceng gondok dengan variable variasi jumlah limbah cair dan variasi waktu fitoremidiasi. Tahapan penelitian diawali dengan proses pembuatan wetland dengan tipe aliran atas permukaan dan pengukuran kadar COD dan BOD awal pada limbah cair batik. Setelah itu dilakukan proses aklimatisasi tanaman enceng gondok dan kemudian proses fitoremidiasi pada hari ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7. Pengukuran kandungan COD dan BOD limbah cair batik dilakukan setiap hari. Dari hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa proses fitoremidiasi dengan tanaman enceng gondok bekerja efektif. Kandungan COD dan BOD awal pada limbah cair batik berturut-turut adalah 2.000mg/L dan 1.020mg/L. Kadar yang sangat tinggi dan berbahaya untuk dibuang ke lingkungan. Setelah mendapatkan perlakuan terjadi penurunan kandungan COD dan BOD pada limbah cair batik. Efisiensi penurunan kandungan COD sebesar 62% dan BOD 69%, sehingga metode ini diharapkan dapat diterapkan pada pengrajin atau industri batik.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.