Peer to peer (P2P) lending in Indonesia has been growing rapidly, therefore there is the potential for disruptive innovation processes in the financial sector. The aim of this study is to examine the impact of the growth of P2P lending on the growth of bank lending for micro, small and medium enterprises (MSME) and Non-MSME debtors. Separating the scale of the debtor is important, given the initial process of disruptive innovation of reaching areas that are not the incumbent’s main target. The examination was conducted in this study using panel data regression, whereby the examination was done in stages. This was an overall examination without differentiating between the regions, further examination conducted with more detail by separating between the loans inside and outside Java Island. This is because the economic structure in Indonesia is still dominated by the regions in Java, but FinTech is generally able to grow in areas with less developed local economies. The result of this study is consistent overall, Java and outside Java Island, as shows that the growth in P2P lending in Indonesia does not have a significant impact on the growth of bank loans for Non-MSME lending. However, it does have a negative impact on the growth of bank loans for MSME lending. This is in line with the entrant’s disruptive trajectory process by which the entrants enter the competition through an underserved market (niche markets) and not through the main target market of the incumbent (MSME).

This study aims to examine the impact of the growth of peer-to-peer (P2P) lending on the growth of rural bank lending. Further, this study investigates the outcome of the partnership agreement between the Rural Bank Association and Financial Technology (FinTech) Association in the last quarter of 2017 on the effect of P2P lending on rural bank lending by analyzing the impact separately in 2018 and 2019. The publicly available data from the Financial Services Authority and Bank of Indonesia were examined using panel data regression. The results show that P2P lending’s growth is a substitute for the growth of the rural bank loan in 2018. However, the partnership between the Rural Bank Association and FinTech Association changed the effect of substitution into complementary in 2019. Moreover, the impact of P2P lending was more prominent in provinces with a higher number of rural banks and regions with lower economic growth. The restricted number of publicly available data becomes the limitation of this study to obtain the best results.

Financial Technology (Fintech) telah memberikan akses kepada banyak pihak yang tidak memiliki rekening bank untuk masuk ke sektor usaha formal. Penerapan Fintech terbukti mampu membuka akses yang lebih besar terhadap layanan jasa keuangan formal, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta pembangunan inklusif dan berkelanjutan. Untuk mendukung penerapan Fintech di Indonesia, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh regulasi dan kolaborasi terhadap literasi keuangan pada usaha kecil dan menengah di Jawa Timur - Indonesia. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini yaitu regulasi dan kolaborasi berpengaruh signifikan terhadap literasi keuangan. Maka dari itu, penelitian ini dapat membantu banyak pihak yaitu pemerintah, pengusaha, dan konsumen dalam memberikan pemahaman secara lengkap dan menyeluruh berkaitan dengan literasi keuangan pada usaha kecil dan menengah berkaitan penerapan financial technology.

Indonesia is a country that has a fairly good level of investment from year to year, based on KSEI 2020 data. This indicates that Indonesia's business opportunities are quite promising. This increase in investment was also followed by technological developments in the financial sector as we know fintech. The results of this fintech product have been widely used by many groups, especially for investment activities. This is one of the driving points for increasing investment in Indonesia. In general, investments are usually made by people who have sufficient literacy skills. Because various experiences state that someone who has good financial literacy will be able to make good decisions in terms of finances that have both short and long term impacts. However, the current condition has a different pattern where even without financial literacy the cloud community is currently able to invest even if they only get a little information. This research was conducted to see and explain the phenomena that occurred and provide confirmation that the shift in perspective patterns occurred. The result of the research states that financial literacy does not influence a person in making decisions, while fintech is a factor that influences someone in making investment decisions.

Indonesia is a country that has a fairly good level of investment from year to year, based on KSEI 2020 data. This indicates that Indonesia's business opportunities are quite promising. This increase in investment was also followed by technological developments in the financial sector as we know fintech. The results of this fintech product have been widely used by many groups, especially for investment activities. This is one of the driving points for increasing investment in Indonesia. In general, investments are usually made by people who have sufficient literacy skills. Because various experiences state that someone who has good financial literacy will be able to make good decisions in terms of finances that have both short and long term impacts. However, the current condition has a different pattern where even without financial literacy the cloud community is currently able to invest even if they only get a little information. This research was conducted to see and explain the phenomena that occurred and provide confirmation that the shift in perspective patterns occurred. The result of the research states that financial literacy does not influence a person in making decisions, while fintech is a factor that influences someone in making investment decisions.

Perusahaan startup merupakan usaha seorang entrepreneur yang baru diluncurkan, bertumbuh dengan cepat yang memasuki pasar dengan model bisnis produk-produk, platform inovatif, dan layanannya. Karakteristik sebuah perusahaan startup diantaranya adalah berusia kurang dari 3 tahun, memiliki pegawai yang berjumlah kurang dari 20 orang, dan dengan pendapatan yang kurang dari Rp. 120.000.000/tahunnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang motivasi dan kemampuan usaha dari pemilik perusahaan startup makanan di Surabaya lainnya yang memulai usaha dengan tujuan agar dapat menjadi pembelajaran bagi perusahaan startup sejenis lainnya dan juga bagi bisnis peneliti, bahwa motivasi dan kemampuan usaha itu diperlukan untuk memulai dan membangun startup bisnis yang berhasil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi usaha terhadap keberhasilan usaha startup makanan di Surabaya dan pengaruh motivasi usaha terhadap keberhasilan usaha startup makanan di Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada metode non-probability sampling melalui pendekatan purposive sampling. Sampel penelitian dapat didasarkan pada jumlah indikator yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan syarat 5 sampai dengan 10 kali jumlah indikator yang digunakan dalam penilitian. Penelitian ini menggunakan indikator sebanyak 10 buah sehingga sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: pemilik startup makanan di Surabaya, perusahaan telah beroperasi 2-3 tahun, perusahaan memiliki kurang dari 20 karyawan, perusahaan memiliki pendapatan kurang dari Rp. 120.000.000 pertahun. Software statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah SPSS versi 24. Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa motivasi usaha dan keberhasilan usaha berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan usaha. Kata kunci: Motivasi Usaha, Kemampuan Usaha, Keberhasilan Usaha

Literasi digital menjadi hal yang sangat penting di era teknologi atau era digital saat ini, tetapi literasi digital di Indonesia masih rendah yaitu berada di peringkat 51 dari 63 negara. Untuk membantu meningkatkan literasi digital di Indonesia, maka diperlukan media untuk mendukung penyebaran literasi digital di Indonesia. Pada penelitian ini, media yang diajukan untuk mendukung literasi digital adalah video online-music streaming dan media sosial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pembuktian secara empiris mengenai pengaruh video online-music streaming dan media sosial terhadap literasi digital di Indonesia. Penelitian ini juga menggunakan uji robustness dengan menggunakan alternatif variabel dependen kecakapan digital yang merupakan salah satu pilar dari literasi digital. Pengujian pada penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan menggunakan data dari 34 provinsi di Indonesia pada tahun 2021 dan 2022. Hasil pengujian model dan uji robustness menunjukkan hasil yang selaras, yaitu: video online-music streaming berpengaruh signifikan positif terhadap literasi digital di Indonesia, namun media sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap literasi digital di Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh pertumbuhan pinjaman peer-to-peer (P2P) terhadap pertumbuhan kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi di Indonesia. Penelitian ini mengajukan satu pandangan dari sudut pandang asimteri perbankan, bahwa pinjaman yang dibebani tingkat bunga yang tinggi dipandang mempunyai risiko asimetri informasi yang tinggi. Platform P2P dipandang berpotensi memasuki pasar low-end yang menghadapi risiko asimetri informasi yang lebih tinggi, yaitu: kredit konsumsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan pinjaman P2P tidak berpengaruh pada pasar low end, tetapi pertumbuhan pinjaman P2P telah menjadi pengganggu atau disruptive di pasar utama perbankan, yaitu: kredit modal kerja.