Implikatur percakapan sebagai sarana pengkajian ilmu pragmatik selalu dikembangkan dalam fenomena kebahasaan berupa tuturan. Implikatur yang muncul pada tiap tuturan pun beebeda bedasarkan pada objek dan subjek yang berbeda. oleh karena itu gejala dan analisis juga berbeda sesuai konteks dan penggunaannya. Penelitian yang dilakukan ini merupakan salah satu penerapan kajian pragmatik khususnya implikatur percakapan. Penelitian ini difokuskan pada implikatur percakapan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unpatti Ambon dengan rumusan masalah penelitian yaitu bagaimanakah implikatur percakapan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unpatti Ambon. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implikatur percakapan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unpatti Ambon. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang didasarkan pada ciri-ciri penelitian kualitatif. Data penelitian ini adalah data verbal, yaitu tuturan mahasiswa. Sedangkan sumber data adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unpatti Ambon. Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unpatti. Teknik yang dipakai dalam pangumpulan data Implikatur pada mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia adalah teknik observasi, teknik wawancara, teknik rekaman, teknik catatan lapangan, dan teknik dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan tujuh implikasi pragmatis implikatur percakapan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unpatti Ambon, yakni: implikasi pragmatis perintah, permintaan, penolakan, mengingatkan, mengajak, menginformasikan fakta, mengusulkan, dan menyatakan kebiasaan. Tidak hanya berupa implikasi dalam implikatur percakapan mahasiswa Program Studi yang bervariasi saja, tetapi juga ditemukan adanya kemunculan pertukaran tuturan yang menghasilkan lebih dari satu implikatur percakapan sekaligus dalam sebuah konteks tuturan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Unpatti Ambon.
Implikatur percakapan merupakan bagian dari pertuturan yang digunakan untuk menyampaikan maksud penutur. Umumnya implikatur sering ditemukan dalam percakapan orang dewasa. Namun, setelah diteliti, implikatur juga dapat muncul dalam percakapan anak-anak. Anak-anak khususnya usia 3—6 tahun sudah memahami dan mengekspresikan perasaan, keinginan dan harapan mereka yang diperoleh dari keluarga, lingkungan, dan pendidikan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan strategi implikatur percakapan bahasa Indonesia anak usia 3—6 tahun. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Teknik yang dipakai dalam pangumpulan data implikatur percakapan anak usia 3—6 tahun di Ambon adalah teknik observasi, teknik pemancingan, teknik rekaman, teknik catatan lapangan. Penganalisisan data penelitian ini menggunakan metode padan alat penentu pragmatis. Prosedur penganalisisan data dilakukan melalui tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan untuk menjawab semua rumusan masalah penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi atau penyimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implikatur percakapan anak usia 3—6 tahun muncul ketika anak bersama banyak orang, seperti berada dengan kumpulan teman-teman yang sebaya, dan orang dewasa di sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi implikatur percakapan anak usia 3—6 tahun terdiri atas delapan strategi, yaitu strategi pemberian petunjuk, pemberian petunjuk asosiasi, praanggapan, pemahaman, pernyataan lebih, ironi, penggunaan metafora, dan pertanyaan retoris.
Semua bahasa mempunyai bahasa tutur sapa sama halnya dengan bahasa Banda, yakni sistem yang mempertautkan seperangkat kata-kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyapapara pelaku dalam satu peristiwa sehingga sapaan juga merupakan kesantunan berbahasa. Penutur bahasa Banda merupakan masyarakat kepulaun Banda yang bermigrasi ke Kepulaun Kei pada masa penjajahan Belanda dan mereka membangun dua desa yakni Desa Banda Eli dan Desa Banda Elat yang ada di pulau Kei Besar selain itu masyarakat Banda juga tetap menjaga dan melestarikan bahasa Banda dengan sangat baik. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi sapaan dalam bahasa Banda di Ohoi Banda Eli Kecamatan Kei Besar Utara Timur, Kabupaten Maluku Tenggara. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan data penelitian yaitu data verbal berupa tuturan dalam bahasa Banda di Ohoi Banda Eli Kecamatan Kei Besar Utara Timur Kabupaten Maluku Tenggara yang terdapat sapaan dalam komunikasi mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam Bahasa Banda memiliki empat bentuk sapaan dan juga ditemukan 4 fungsi sapaan. Empat Bentuk sapaan yaitu, bentuk sapaan berdasarkan jenis kelamin yang terbagi menjadi 2 yakni sapaan terhadap laki-laki dan sapaan terhadap perempuan. Berikunya bentuk sapaan berdasarkan usia yang terbagi menjadi 4 yakni sapaan untuk usia 50 tahun ke atas, sapaan untuk usia menengah, sapaan untuk usia dewasa, dan sapaan untuk usia remaja dan anak-anak. Bentuk sapaan selanjutnya adalah bentuk sapaan berdasarkan status sosial, dan bentuk sapaan berdasarkan pronomina.Berikutnya 4 fungsi sapaan yaitu fungsi regulasi, fungsi pemerian, fungsi interaksi dan fungsi perorangan
Suatu respons dengan menggunakan kata-kata biasanya merupakan wujud kebahasaan yang berupa tuturan verbal maupun nonverval. Makna yang terkandung pada respons pun menjadikan percakapan sejalan dengan konteks yang tersirat dan tersurat secara retorik. Hal itu menjadikan hampir semua percakapan dalam komunikasi memberikan kontribusi yang menjadikan adanya variasi percakapan. Variasi percakapan yang banyak ditampilkan berdasarkan fakta pada era 4.0 ini adalah sejumlah perilaku yang muncul lebih personal yang mengarah secara retorik. Retorika personal diperlihatkan melalui ungkapan, pernyataan emosi yang bertujuan menjelaskan keadaan batin penutur agar diketahui mitra tutur. Jika respons yang ditunjukkan mengarah pada hal yang sifatnya emosional, baik positif atau negatif dapat menjadikan tuturan dipahami secara berbeda berdasarkan latar belakang penutur. Oleh karena itu, tidak mudah memaknai suatu tuturan, apalagi mengenali maksud yang tersirat pada tuturan. Efek yang akan terjadi ketika ketidaksesuaian antara maksud penutur dengan orang lain mejadikan pertuturan terkendala, bahkan salah paham. Respons yang dihasilkan pun akan menyebabkan terjadi adu mulut atau saling berbalas tulisan dengan ungkapan-ungkapan tertentu. Umumnya respons yang mempunyai efek besar pada aktivitas penutur dinyatakan pada media sosial. Dalam hal ini dikhususkan pada media facebook. Hal ini disebabkan karena pengguna media sosial ini banyak dan dapat dibaca oleh sebagian besar keluarga, teman, patner kerja bahkan orang asing. Dengan demikian, fenomena ini dapat dijadikan sebagai suatu kajian penelitian bahasa yang mengarah pada kajian sosiopragmatik, yang bertujuan mendeskripsikan bentuk, fungsi dan perilaku retorika interpersonal dalam respons adu mulut orang Ambon melalui media sosial. Metode penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Untuk menganalisis data yang diperoleh. Tentu saja dengan menggunakan tahapan-tahapan penelitian kualitatif.
Bahasa daerah akhir-akhir ini menjadi permasalahan karena cukup banyak yang telah ditinggalkan penuturnya, terutama generasi muda. Mereka menggantikan bahasa daerahnya dengan bahasa lain (terutama dengan lingua franca atau bahasa pengantar) sehingga bahasa daerahnya mulai dan terus tergerus. Padahal, bahasa daerah mencirikan identitas dan mencerminkan budaya. Untuk itu, membangun kesadaran generasi muda sebagai pewaris bahasa daerah identik dengan membangun kecintaan generasi muda akan bahasa daerahnya. Dengan melihat korelasi timbal baliknya dengan pendidikan, maka dalam membangun kecintaan berbahasa daerah yang bermuara pada pelestariannya, maka penelitian menyangkut pelestarian bahasa Tulehu berbasis sinergitas masyarakat dan sekolah di Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan situasi kebahasaan di tengah masyarakat penutur bahasa Tulehu dan mengidentifikasi ranah-ranah penggunaan bahasa Tulehu. Dengan pendekatan kualitatif, metode yang dimanfaatkan untuk mengumpulkan data adalah observasi, survei, dan wawancara. Sumber data penelitian adalah para responden dan para informan dari generasi muda (GM), generasi transisi (GT), dan generasi lanjut usia (GL) yang berprofesi tenaga edukatif, pensiunan, petani, pedagang, juga tukang bangunan, serta generasi muda yang berstatus pelajar dan mahasiswa. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa penggunaan bahasa Tulehu masih berlangsung pada ranah keluarga, ranah transaksi, dan ranah adat dengan tingkat kekerapan di bawah 50%. Di samping itu, kosakata yang dimiliki oleh para penutur pun sudah sangat mengerucut dalam perbandingan antara penutur GL, GT, dan GM.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
customersupport@researchsolutions.com
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply.
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.