Microplastic is plastic waste that is less than 5 mm in size and can accumulate in sediments. This study aims to determine the contaminant of microplastics in coastal Kartini sediments, Jepara. Sediment samples were taken in November 2019 with a purposive sampling method using sediment cores at 3 different stations namely the TPI River Estuary (Fish Auction Place), the LPWP River Estuary (Coastal Development Institution), and the BBPBAP River Estuary (Central Brackish Aquaculture Fisheries Center ), at 3 points inside it is 20 cm, 40 cm and 60 cm. The sample is dried and then separated based on grain size using a sieve shaker. Sediments trapped in 0.3 mm sieve size, taken as much as 50 g then immersed in 200 mL 30% H2O2 for 24 hours and then dried. Microplastic is separated from the sediment with 200 ml NaCl ρ = 1.2 g / cm-3, and the remainder the residue is immersed in 200 ml of ZnCl ρ = 1.5 g / cm-3. The number, shape, color and size of the microplastic were observed using the SZ 61 olympus microscope with a magnification of 10 x 10. The results showed that the most microplastics were found in the estuary of the TPI River (Fish Auction Place), namely 643 particles, followed at the estuary of the BBPBAP River (Center for Aquaculture Fisheries) Brackish) 499 particles and at least at station 2 there are 438 particles. The microplastic form is dominated by 506 fragments of particles, while the least microplastic is a pellet that is 295 particles. The microplastic color is dominated by brown as many as 466 particles, while the microplastic color is the least pink and clear as much as 2 particles / 50 g of dry sediment. The largest microplastic size is 208.29 µm and the smallest size is 6.21 µm. ABSTRAK: Mikroplastik adalah sampah plastik yang berukuran kurang dari 5 mm dan dapat terakumulasi pada sedimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan mikroplastik di sedimen pantai Kartini, Jepara. Sampel sedimen diambil pada bulan November 2019 dengan metode purpossive sampling menggunakan sediment core pada 3 stasiun yang berbeda yaitu Muara Sungai TPI(Tempat Pelelangan Ikan), Muara Sungai LPWP(Lembaga Pengembangan Wilayah Pantai), dan Muara Sungai BBPBAP(Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau), pada 3 titik kedalamanyaitu 20 cm, 40 cm, dan 60 cm. Sampel di keringkan kemudian dipisahkan berdasarkan ukuran butir menggunakan sieve shaker. Sedimen yang terjebak dalam sieve ukuran 0,3 mm, diambil sebanyak 50 g kemudian direndam dalam 200 mL H2O2 30% selama 24 jam lalu dikeringkan.Mikroplastik dipisahkan dari sedimen dengan 200 ml NaCl ρ = 1,2 g/cm-3, dan sisa residu nya direndam dalam 200 ml ZnCl ρ =1,5 g/cm-3. Jumlah, bentuk, warna dan ukuran mikroplastik diamati menggunakan mikroskop olympus SZ 61 dengan perbesaran 10 x 10. Hasil penelitian menunjukkan mikroplastik terbanyak ditemukan di Muara Sungai TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yaitu 643 partikel/50 g sedimen, diikuti pada Muara Sungai BBPBAP (Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau) 499 partikel/50 g sedimen dan paling sedikit pada stasiun 2 berjumlah 438 partikel/50 g sedimen. Bentuk mikroplastik di dominasi fragmen 506 partikel/50 g sedimen, sedangkan mikroplastik yang paling sedikit adalah pelet yaitu 295 partikel/50 g sedimen. Warna mikroplastik di dominasi warna coklat sebanyak 466 partikel/50 g sedimen, sedangkan warna mikroplastik yang paling sedikit merah muda dan bening sebanyak 2 partikel/50 g sedimen kering. Ukuran mikroplastik terbesar adalah 208,29 µm dan ukuran terkecil adalah 6,21 µm.
Kawasan mangrove di Desa Pasar Banggi ditetapkan sebagai salah satu kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Ekosistem mangrove di Desa Pasar Banggi merupakan salah satu yang terbaik di wilayah Pantura Jawa Tengah, sebelum dilakukan upaya rehabilitasi kondisi hutan mangrove di Desa Pasar Banggi mengalami kerusakan. Mengingat pentingnya fungsi hutan mangrove, maka sudah selayaknya dilakukan penanganan yang serius untuk mengurangi efek dari kerusakan ekosistem mangrove di Rembang ini. Salah satu alternative pemanfaatan yang memungkinkan untuk menjaga keutuhan ekosistem mangrove tersebut adalah melalui kegiatan ekowisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi ekowisata mangrove di Pasar Banggi dan memberikan rekomendasi serta strategi pengembangan ekowisata di Pasar Banggi, Rembang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Metode pengumpulan data dengan menggunakan metode survei dalam bentuk data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dilakukan penentuan strategi pengembangan ekowisata mangrove dan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat). Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan ekowisata mangrove di Desa Pasar Banggi adalah keragaman jenis mangrove, kualitas SDM dalam menangani wisatawan, ketersediaan SDA berkualitas untuk ekowisata dalam upaya konservasi, kebijakan dari pemerintah daerah terkait peraturan serta perundang-undangan tentang ekowisata hutan mangrove di Desa Pasar Banggi, kondisi sosial-ekonomi masyarakat, serta infrastruktur pendukung. Menurut analisi SWOT yang menjadi prioritas utama adalah: a) Peningkatan pengembangan ekowisata mangrove dalam bidang promosi program ekowisata dan penguatan institusi sebagai informasi ilmu pengetahuan ekosistem mangrove (Skor:4,52) dan b) Peningkatan partisipasi stakeholder terhadap pengembangan ekowisata mangrove yang berkelanjutan untuk peningkatan pelayanan terhadap pengunjung (Skor:3,29). The mangrove area in Pasar Banggi Village is designated as one of the strategic region, as the point of importance of function and living environmental support. Mangrove ecosystem in Pasar Banggi Village is the best one area in Pantura, Central Java. Actually, Pasar Banggi Village’s condition was suffered damage before any efforts of rehabilitation of mangrove forest. Regarding the importance of the function of mangrove forests, there is a must doing a serious action to reduce the damage effects to the mangrove’s ecosystem in Rembang. One of the utilization alternative that can be used to maintain the integrity of the mangrove ecosystem is through ecotourism activities. The purpose of this research is examining the potential of ecotourism in Pasar Banggi Village and giving recommendation with ecotourism development strategy. Method which is used in this research is explorative descriptive.The collecting data method using survey method in form of primary data and secondary data. Then take the decision about the mangrove ecotourism development strategy and SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) analysis, after the data were obtained. The research results shows that the factors that affects the mangrove ecotourism development in Pasar Banggi Village is kind of types of mangroves, human resources’ quality while dealing with tourists or visitors, the availability of qualified nature resources for ecotourism, in effort of conservation, a policy of regional government related regulations and law about mangrove forest ecotourism in Pasar Banggi Village, community’s socio-economic conditions, also supporting infrastructure. According to the SWOT analysis, the top concerning priority are: a) mangrove ecotourism raising development in the field of ecotourism program promotion and institution strengthening as the mangrove ecosystem knowledge information (Score: 4.52) and b) Raising stakeholders’ participation toward the sustainable mangrove ecotourism development for improving service toward visitors (Score: 3.29)
Contamination of Heavy Metal Arsen, Mercury and Magnesium in the Seawater, Sedimen and Anadara inaequivalvis (Mollusca: Bivalvia, Bruguiera, 1792) in Brebes, Central Java, Indonesia Brebes coastal areas have been developed into industrial areas and human settlement. It has been causing effect on coastal environmental. Heavy metal is one of many source of pollution in coastal environmental. In order to assess As, Hg and Mg contaminant on the Brebes coast, Central Java, samples of marine water, sediment and Anadara inaequivalvis specimens were collected for analyzed by Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometer (ICPMS). The result showed that the heavy metal As, Hg and Mg were found in the sea water, sediment, and in the tissue of A. inaequivalvis. The concentration of Mg was the highest compared to As and Hg in all samples. Meanwhile As and Hg had the lowest concentration. We concluded that Brebes coastal areas has been contaminated by heavy metals. The bio-ability of bivalves to accumulate heavy metals depends on many factors such as geochemical and biological factors. Pesisir Brebes telah berkembang menjadi daerah industri dan tempat tinggal. Hal tersebut tentunya akan memberi dampak pada lingkungan pesisir. Logam berat perupakan salah satu penyebap pencemaran di lingkungan pesisir. Untuk mengetahui kontaminasi As, Hg dan Mg di pesisir Brebes, maka beberapa sampel air laut, sedimen dan kerang A. inaequivalvis dianalisa menggunakan ICPMS. Hasil penelitian menunjukan bahwa logam berat As, Hg dan Mg ditemukan dalam air laut, sedimen dan kerang A. inaequivalvis. Konsentrasi Mg menunjukan nilai yang paling tinggi di semua sampel yang dianalisa. Sedangkan konsentrasi As dan Hg menunjukan nilai yang rendah secara berurutan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pesisir Brebes talah terkontaminasi oleh logam berat. Kemampuan bivalvia unuk mengakumulasi logam tergantung banyak faktor seperti kondisi geokimiawi dan biologis.
The concentrations of metals in the marine sediment were found in coatal areas of Tugu Semarang. Three metals (Cr, Pb and, Cu) has found in coastal areas in research area. Shingly significantly those heavy metals have significantly influences on the abundance and diversity of benthic organisms. That has been proved by regression test which number of r= 0,99 on abundance and r= 0,92 on diversity. The increasing of heavy metals concentration will following of the number of abundance and diversity of benthic organisms in that area. Keywords: Metals, sediment,benthick organisms AbstrakKonsentrasi logam berat telah ditemukan dalam sedimen laut ut di daerah pesisir Tugu Semarang. Tiga logam berat seperti (Cr, Pb, dan Cu) telah ditemukan di lokasi penelitian. Secara nyata terlihat bahwa logam tersebut berpengaruh terhadap kelimpahan dan keanekaragaman organisme dasar perairan. Hal tersebut dibuktikan dengan regresi berganda antara kelimpahan organisme dengan logam berat dalam sedimen dengan nilai r = 0,99, sedangkan hubungan antara keanekaragaman dengan dengan logam berat dalam sediemen dengan nilai r = 0,92. Peningkatan konsentrasi logam berat dalam sediiemen akan diikuti penurunan kelimpahan dan keanekaragaman organisme dasar perairan. Kata Kunci: Logam berat, sedimen, organisme dasar
Hutan Mangrove merupakan suatu ekosistem laut yang memiliki peran penting sebagai penyimpan karbon tertinggi di wilayah tropis. Fungsi mangrove ini dapat membantu dalam mengurangi emisi karbon dan pemanasan global. Pulau Nyamuk dan Pulau Parang merupakan vegtasi alami yang mengalami penurunan luasan mangrove yang diduga disebabkan oleh alih fungsi lahan, sehingga akan menyebabkan penurunan fungsi mangrove dalam menyerap CO2. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menganalisis dan menduga total simpanan karbon dan serapan CO2 pada tegakan mangrove di Pulau Nyamuk dan Pulau Parang. Manfaat dilakukanya penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai manfaat mangrove sebagai penyerap karbon. Pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling method, dimana setiap lokasi memiliki 3 stasiun (Pulau Nyamuk; Sareh Besar, Sareh Kecil, Ujung; Pulau Parang: Batu Merah, Plawangan, Batu Hitam). Setiap stasiun dibagi menjadi 3 plot untuk dilakukan pengambilan data diameter batang mangrove. Data diameter batang mangrove digunakan untuk menghitung nilai biomasssa tegakan dengan menggunakan rumus allometrik dalam menduga simpanan karbon pada tegakan mangrove suatu area. Hasil penelitian menunjukan bahwa simpanan total karbon pada tegakan mangrove di Pulau Nyamuk memiliki nilai 1.176,48 ton/ha, yang dibagi sebagai berikut: Stsiun Sareh Kecil: 383,16 ton/ha, Stasiun Sareh Besar: 419,51 ton/ha, dan Stasiun Ujung: 373,81 ton/ha, sedangkan di Pulau Parang memiliki nilai 2009.031 ton/ha, yang dibagi sebagai berikut: Stasiun Batu Merah 767,672 ton/ha, Stasiun Batu Hitam 654,444 ton/ha, dan Stasiun Plawangan 586,915. Mangrove Forest is a marine ecosystem that has an important role as the highest carbon storage in the tropics. This mangrove function can help in reducing carbon emissions and global warming. Nyamuk Island and Parang Island are natural vegetation which decrease mangrove area which is caused by land conversion function, so it will cause mangrove function to absorb CO2. The purpose of this research is to analyze and estimate total carbon storage and CO2 uptake on mangrove stands in Nyamuk Island and Parang Island. The benefit of this research is to provide information about the benefits of mangroves as carbon sinks. The data collected in this research using purposive sampling methods, where each location has 3 stations (Nyamuk Island: Sareh Besar, Sareh Kecil, Ujung; Parang Island: Batu Merah, Plawangan, Batu Hitam). Each station is divided into 3 plots for data collection of mangrove stems diameter. The mangrove stem diameter data were used to calculate the stand biomass value by using allometric formula in estimating carbon stock in the mangrove stand of an areas. The results of research, that total carbon deposits in mangrove stands in Nyamuk Island had a value of 1,176.48 tons/ha, divided as follows: Sareh Kecil Station: 383.16 tons / ha, Sareh Besar Station: 419.51 tons / ha, and Ujung Station: 373,81 ton / ha, while in Parang Island has value 2009.031 ton / ha, which is divided as follows: Batu Merah Station 767,672 ton / ha, Batu Hitam Station 654,444 ton / ha, and Plawangan Station 586,915.
Ekosistem padang lamun merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan manfaat yang sangat penting bagi perairan wilayah pesisir. Lamun, makroalga dan epifit merupakan biota laut yang hidupnya saling berdampingan. Epifit merupakan organisme yang hanya menempel pada permukaan tumbuhan seperti pada bagian daun dan rhizome lamun. Makroalga pada umumnya hidup pada kawasan intertidal yang memiliki variasi faktor lingkungan yang cukup tinggi. Keberadaan makroalga seringkali menjadi kompetitor bagi lamun yang hidup di ekosistem yang sama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tutupan lamun, makroalga dan epifit di Perairan Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Pengambilan data dilakukan di 3 Stasiun yaitu pelabuhan, pemukiman warga dan TPI. Pendataan dilakukan dengan menggunakan metode line transek. Hasil penelitian didapatkan 2 jenis lamun yaitu Enhalus acorodes dan Thalassia hempricii. Prosentase tutupan lamun pada ketiga Stasiun berkisar 16,7% - 34,3%. Hasil rata-rata tutupan makroalga yang terdapat pada ketiga Stasiun yaitu hanya 7%. Rata-rata tutupan epifit yang terdapat pada ketiga Stasiun yaitu sebesar 16%. Kondisi perairan di Paciran masih tergolong baik karena sesuai dengan baku mutu yang ada. The seagrass ecosystem is a complex ecosystem and has very important functions and benefits for coastal waters. Seagrass, macroalgae and epiphytes are marine biota that live side by side. Epiphytes are organisms that only attach to plant surfaces such as leaves and seagrass rhizomes. Macroalgae generally live in intertidal areas that have a fairly high variation of environmental factors. The presence of macroalgae is often a competitor for seagrasses that live in the same ecosystem. This study aims to determine the comparison of seagrass cover, macroalgae and epiphytes in Paciran waters, Lamongan, East Java. Data collection was carried out at 3 stations, namely ports, residential areas and TPI. Data collection was carried out using the line transect method. The results obtained 2 types of seagrass, namely Enhalus acorodes and Thalassia hempricii. The percentage of seagrass cover at the three stations ranged from 16.7% - 34.3%. The average yield of macroalgae cover at the three stations was only 7%. The average epiphytic cover found at the three stations is 16%. The condition of the waters in Paciran is still relatively good because it is in accordance with the existing quality standards.
AbstrakLahan mangrove mempunyai potensi dikembangkan untuk usaha penggemukan kepiting tanpa merusak, yaitu melalui konsep silvofishery. Tujuan dari penelitian ini adalah menjajaki pemeliharan kepiting bakau Scylla serrata didaerah mangrove. Metoda yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan acak kelompok. Perlakuan yang diterapkan adalah kepadatan yang berbeda (4 ekor/m 2 , 6 ekor/m 2 dan 8 ekor/m 2 ) dengan kelompok (daerah mangrove dan tidak bermangrove) dengan ulangan 3 kali. Data yang diperoleh berupa penambahan biomasa dianalisa dengan balanced designs anova. Hasil yang didapat menunjukan kepiting bakau yang dipelihara didaerah mangrove memiliki penambahan biomasa yang lebih besar bila dibandingkan dengan yang dipelihara pada daerah tidak bermangrove. Kepiting bakau yang dipelihara didaerah mangrove dengan kepadatan ekor/m 2 pertambahan biomasanya rata rata 81,7 gr/bulan; dan kepadatan 6 ekor/m 2 bertambah rata rata 77,8 gr/bulan, sedang kepadatan 8 ekor/m 2 73,9 gr/bulan. Hal tersebut sangat berbeda dengan kepiting yang dipelihara pada daerah yang tidak bermangrove dimana untuk kepadatan 4 ekor/m 2 rata rata hanya bertambah 68,75 gr/bulan dan yang berkepadatan kepadatan 6 ekor/m 2 bertambah rata rata 39,1 gr/bulan sedangkan yang berkepadatan 8 ekor/m 2 32,2 gr/bulan. Interaksi antara kepadatan dan lokasi (bermangrove dan bukan) memberikan pengaruh yang sangat nyata pada penambahan berat kepiting bakau (p<0,001). 81.7, 77.8 and 73.9 gr/month, respectively
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.