Contamination of Heavy Metal Arsen, Mercury and Magnesium in the Seawater, Sedimen and Anadara inaequivalvis (Mollusca: Bivalvia, Bruguiera, 1792) in Brebes, Central Java, Indonesia Brebes coastal areas have been developed into industrial areas and human settlement. It has been causing effect on coastal environmental. Heavy metal is one of many source of pollution in coastal environmental. In order to assess As, Hg and Mg contaminant on the Brebes coast, Central Java, samples of marine water, sediment and Anadara inaequivalvis specimens were collected for analyzed by Inductively Coupled Plasma-Mass Spectrometer (ICPMS). The result showed that the heavy metal As, Hg and Mg were found in the sea water, sediment, and in the tissue of A. inaequivalvis. The concentration of Mg was the highest compared to As and Hg in all samples. Meanwhile As and Hg had the lowest concentration. We concluded that Brebes coastal areas has been contaminated by heavy metals. The bio-ability of bivalves to accumulate heavy metals depends on many factors such as geochemical and biological factors. Pesisir Brebes telah berkembang menjadi daerah industri dan tempat tinggal. Hal tersebut tentunya akan memberi dampak pada lingkungan pesisir. Logam berat perupakan salah satu penyebap pencemaran di lingkungan pesisir. Untuk mengetahui kontaminasi As, Hg dan Mg di pesisir Brebes, maka beberapa sampel air laut, sedimen dan kerang A. inaequivalvis dianalisa menggunakan ICPMS. Hasil penelitian menunjukan bahwa logam berat As, Hg dan Mg ditemukan dalam air laut, sedimen dan kerang A. inaequivalvis. Konsentrasi Mg menunjukan nilai yang paling tinggi di semua sampel yang dianalisa. Sedangkan konsentrasi As dan Hg menunjukan nilai yang rendah secara berurutan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pesisir Brebes talah terkontaminasi oleh logam berat. Kemampuan bivalvia unuk mengakumulasi logam tergantung banyak faktor seperti kondisi geokimiawi dan biologis.
Perubahan iklim dapat menyebabkan peningkatan temperatur laut yang berdampak pada kenaikan muka air laut karena pencairan es di kutub. Naiknya muka air laut menimbulkan ancaman bagi wilayah yang berada di wilayah pesisir dan pantai, salah satunya adalah Kota Pekalongan. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah banjir rob. Banjir rob diakibatkan pasang air laut dan diperparah oleh fenomena kenaikan muka air laut serta penurunan muka tanah sehingga menjadi faktor dalam perluasan genangan banjir rob. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan pengolahan data dan mengkaji karakteristik pasang surut bulan Februari 2020 serta laju kenaikan muka air laut, mengetahui laju penurunan muka tanah berdasarkan citra Satelit SAR Sentinel-1 tahun 2017-2019 untuk rekonstruksi topografi pada tahun 2025, dan analisis luas area genangan banjir rob pada penggunaan lahan bulan Februari 2020 dan prediksi tahun 2025. Metode yang digunakan untuk komponen pasang surut dihitung dengan menggunakan metode Admiralty, kenaikan muka air laut dengan metode regresi linier, laju penurunan muka tanah dengan metode DInSAR dan pemetaan genangan banjir rob dengan pemodelan geospasial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai selisih HHWL dan MSLpada bulan Februari 2020 adalah 45,99 cm. Kenaikan muka air laut adalah 4,3 mm/tahun. Penurunan muka tanah rata-rata Pekalongan Utara, Pekalongan Barat, Pekalongan Timur, dan Pekalongan Selatan sebesar 24,13 cm/tahun, 22,83 cm/tahun, 21,94 cm/tahun, dan 20,40 cm/tahun. Luas daerah yang tergenang banjir rob pada bulan Februari 2020 dengan total 477,57 hektar. Prediksi luas area yang tergenang banjir rob tahun 2025 dengan total 1877,07 hektar. Pengaruh penurunan muka tanah menjadi faktor paling tinggi dibandingkan dengan kenaikan muka air laut terhadap perubahan luas genangan banjir rob.
Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC) adalah salah satu dari banyak sumber energi terbarukan dari lautan yang bisa menjadi solusi untuk energi hijau. Selat Makassar merupakan salah satu wilayah perairan yang sangat berpotensi untuk pembangkit OTEC. Hal tersebut karena Selat Makassar memenuhi kaidah OTEC, dimana termasuk kategori laut dalam dan berada di equator yang memiliki suhu permukaan yang hangat dan konstan, serta memiliki selisih suhu sebesar 20℃ antara permukaan laut dan laut dalam dengan kedalaman 1000 m. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi energi OTEC, titik potensial instalasi pembangkit OTEC, dan daya yang dihasilkan di perairan Selat Makassar Utara. Analisa data menggunakan verifikasi metode Root Mean Square Error (RMSE) dan efisiensi OTEC dihitung melalui persaman efisiensi carnot. Besar daya OTEC dihitung dengan asumsi pembangkit OTEC 100 MW menghasilkan Pg (daya kotor) dan Pnet (daya bersih). Hasil penelitian menunjukkan Selat Makassar memiliki potensi energi OTEC terutama pada stasiun 2 hingga stasiun 17 dengan rata-rata selisih temperatur 23,57℃ serta efisiensi carnot rata-rata sebesar 7,7%. Menghasilkan rata-rata daya kotor sebesar 177,66 MW dan daya bersih sebesar 13,85 MW. Titik lokasi yang berpotensi dalam instalasi pembangkit OTEC berada di stasiun 2 dengan koordinat 01°01'51"N-120°13'21"E berupa platform pembangkit floating plants. Jarak dari pantai sepanjang 18,63 km. Memiliki selisih temperatur laut permukaan dan laut dalam 23,3℃ serta efisiensi carnot sebesar 7,7% sehingga menghasilkan daya bersih 13,40 MW.
The previous studies have simulated the variability of the wave within the Indonesian seas which showed that the variability of wave follows the seasonal pattern. However, their analysis only consider the influence of local wind forcings. The bias and error of their simulated wave were also unclear. In the present study, we investigate the variability of wave within the Indonesian seas and its relation with the surface wind speed using the combination of reanalysis and remote sensing data with high accuracies. We split the analysis into swell and wind wave to obtain the influence of local and remote wind forcings. We show that at the inner seas (i.e., the South China Sea, Java Sea, Flores Sea, Banda Sea and Arafura Sea), the variability of significant wave height (SWH) is majorly influenced by the variability of the speed of monsoon wind. The maximum SWH during Northwest monsoon (NWM) season is located at the South China Sea while during Southeast monsoon (SEM) season is at Arafura Sea. This indicates that the wind wave (sea) is dominant at the inner seas. At the open seas (i.e., Pacific Ocean and Indian Ocean) the variability of SWH less corresponds to the the speed of monsoon wind. The remote wind forcings control the wave variability in the open ocean area. This indicates that swell is dominant at the open seas. In general, the magnitude of SWHswell is also more than SWHsea within the Indonesian seas.
AbstrakLahan mangrove mempunyai potensi dikembangkan untuk usaha penggemukan kepiting tanpa merusak, yaitu melalui konsep silvofishery. Tujuan dari penelitian ini adalah menjajaki pemeliharan kepiting bakau Scylla serrata didaerah mangrove. Metoda yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan acak kelompok. Perlakuan yang diterapkan adalah kepadatan yang berbeda (4 ekor/m 2 , 6 ekor/m 2 dan 8 ekor/m 2 ) dengan kelompok (daerah mangrove dan tidak bermangrove) dengan ulangan 3 kali. Data yang diperoleh berupa penambahan biomasa dianalisa dengan balanced designs anova. Hasil yang didapat menunjukan kepiting bakau yang dipelihara didaerah mangrove memiliki penambahan biomasa yang lebih besar bila dibandingkan dengan yang dipelihara pada daerah tidak bermangrove. Kepiting bakau yang dipelihara didaerah mangrove dengan kepadatan ekor/m 2 pertambahan biomasanya rata rata 81,7 gr/bulan; dan kepadatan 6 ekor/m 2 bertambah rata rata 77,8 gr/bulan, sedang kepadatan 8 ekor/m 2 73,9 gr/bulan. Hal tersebut sangat berbeda dengan kepiting yang dipelihara pada daerah yang tidak bermangrove dimana untuk kepadatan 4 ekor/m 2 rata rata hanya bertambah 68,75 gr/bulan dan yang berkepadatan kepadatan 6 ekor/m 2 bertambah rata rata 39,1 gr/bulan sedangkan yang berkepadatan 8 ekor/m 2 32,2 gr/bulan. Interaksi antara kepadatan dan lokasi (bermangrove dan bukan) memberikan pengaruh yang sangat nyata pada penambahan berat kepiting bakau (p<0,001). 81.7, 77.8 and 73.9 gr/month, respectively
Abstract. Rochaddi B, Zainuri M, Sabdono A. 2019. Short Communication: Diversity of Chlorpyrifos-degrading bacteria isolated from shallow aquifer of East Java Coastal Settlements, Indonesia. Biodiversitas 20: 3662-3666. Wastes from inhabited regions, factories and maricultural practices through movement and penetration enter to groundwaters. A study was undertaken to determine the diversity of Chlorpyrifos-degrading bacteria isolated from a shallow aquifer of East Java coastal settlements. Fifteen of 116 bacterial strains isolated from shallow aquifer samples of 12 household wells were selected due to their capability of degrading Chlorpyrifos herbicide. These isolates were different in the ability of Chlorpyrifos degradation. They utilize Chlorpyrifos as the source of carbon and energy for their growth. Their initial degradation at 50 mg L−1 concentration within the first 4 days ranged between 26.81 and 70.12 %. The 16S rRNA gene sequence analyses indicated that the majority of the isolates belonged to members of Bacillus genera. These bacterial strains were Bacillus cereus (seven strains) and Bacillus paramycoides (four strains). Besides, three strains were identified as Bacillus subtilis and one strain as Bacillus thuringiensis. Bacillus cereus strain LCA1.1 was selected for further study on kinetic growth and Chlorpyrifos utilization. These bacterial strains have a great potential utility for the bioremediation of shallow aquifer of coastal settlement contaminated with Chlorpyrifos pesticides.
Coastal Region of Kangkung, Kendal Regency, Central Java Province is one of the areas that experiencing water in the dry season. Groundwater exploitation is one way solution to meet the water needs for people in the area, especially in the dry season. Therefore it is necessary to study potency of ground water in coastal area of Kangkung. The research was conducted to determine the potential of ground water in the confined aquifer in the Coastal Region of Kangkung, Kendal District which is expected to be utilized as a source of water to meet the needs of local communities. The method used in this research is descriptive analysis to describe the condition of aquifer, however some things are delivered quantitatively. The aquifer condition was obtained from the interpretation of geoelectricity (resistivity) data supported by geological and hydrogeological observation data and pumping test data as secondary data. Groundwater quality analysis and simple hydrochemical analysis is with Chlorida - Bicarbonat Ratio (CBR) method to know the possibility of sea water intrusion. The results showed that the aquifer in the coastal area of Kangkung has the potential of 29.13 lt / sec ground water discharge which can be utilized to meet the needs of clean water 18,800 people. Although it is adjacent to the sea, the groundwater in the study area does not undergo sea water intrusion. Groundwater quality in this location is qualified as raw drinking water according to SK Menkes No, 492/Menkes/Per/IV2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Keywords: ground water, geoelectric, intrusion Wilayah Pesisir Kangkung, Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang pada musim kemarau mengalami kekeringan. Pemanfaatan air tanah merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat di daerah tersebut, terutama pada musim kemarau. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian potensi air tanah di daerah Pesisir Kangkung tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi air tanah pada akuifer dalam (tertekan) di Wilayah Pesisir Kangkung, Kabupaten Kendal yang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptis analisis untuk menggambarkan kondisi akuifer, namun demikian beberapa hal disampaikan secara kuantitatif. Kondisi akuifer diperoleh dari hasil interpretasi data geolistrik resistiviti dengan didukung data hasil pengamatan geologi dan hidrogeologi serta data sekunder berupa hasil pumping test. Analisa kualitas air tanah dan analisis hidrokimia secara sederhana dengan metode Chlorida – Bicarbonat Ratio (CBR) dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya intrui air laut. Hasil penelitian menujukan bahwa akuifer di daerah Pesisir Kangkung mempunyai potensi debit air tanah 29,13 lt/det yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih 18.800 orang. Meskipun berbatasan dengan laut, namun air tanah di daerah kajian tidak mengalami terintrusi air laut. Kualitas air tanah di lokasi ini memenuhi syarat sebagai bahan baku air minum sesuai SK Menkes No, 492/Menkes/Per/IV2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Kata Kunci : air tanah, geolistrik, intrusi
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
334 Leonard St
Brooklyn, NY 11211
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.