Preparation and Characterization of Long Fiber Dissolving Pulp from Spiny Bamboo (Bambusa blumeana)The need for long fiber dissolving pulp in Indonesia can only be met from imports. Bamboo is a nonwood plant and known as source of long fiber. This research aims to study the potential of spiny bamboo to be used as raw material for producing long fiber dissolving pulp. This research was conducted using two different types of raw materials preparation to produce bamboo chip and decorticated bamboo. The pulping process is carried out by pre-hydrolysis kraft and bleaching performed with two different bleaching sequences, i.e Do ED1 D2 and Do EpD1 D2 . Based on the experimental results, spiny bamboo has good potential to be used as raw material for dissolving pulp. Spiny bamboo belongs to long fibers with an average fiber length of 2.46 mm. The dissolving quality depends on the preparation of the raw material and the bleaching sequence. The yield of spiny bamboo dissolving pulp ranged from 37.97 - 40.76% with alpha cellulose content of 94.88 - 98.67%, and viscosity of 16.43 - 25.75 cP. Decorticated bamboo with bleaching sequence of Do EpD1 D2 produced the highest quality of dissolving pulp with the highest brightness and alpha cellulose were 89.61% ISO and 98.67%, respectively.AbstrakKebutuhan dissolving pulp serat panjang di Indonesia hanya dapat dipenuhi melalui impor. Bambu adalah tanaman nonkayu dan dikenal sebagai sumber serat panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari potensi bambu duri untuk dijadikan bahan baku pembuatan dissolving pulp serat panjang. Penelitian ini dilakukan dengan dua jenis persiapan bahan baku yang berbeda untuk menghasilkan serpih bambu dan bambu dekortikasi. Proses pemasakan dilakukan dengan proses pra-hidrolisis kraft dan pemutihan dilakukan dengan dua urutan pemutihan yang berbeda, yaitu DoED1D2 dan DoEpD1D2. Berdasarkan hasil penelitian, bambu duri memiliki potensi yang baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan dissolving pulp. Bambu duri tergolong serat panjang dengan panjang serat rata-rata 2,46 mm. Kualitas dissolving pup yang dihasilkan tergantung dari persiapan bahan baku dan urutan pemutihan. Rendemen dissolving pulp bambu duri berkisar 37,97 - 40,76%, dengan kandungan selulosa alfa 94,88 - 98,67%, dan viskositas 16,43 - 25,75 cP. Bambu dekortikasi dengan urutan pemutihan DoEpD1D2 menghasilkan dissolving pulp paling unggul dengan derajat cerah dan selulosa alfa tertinggi berturut-turut 89,61 %ISO dan 98,67%.Kata kunci: dissolving pulp, bambu duri (Bambusa blumeana), serpih bambu, bambu dekortikasi, prahidrolisis kraft
The research of white rot fungi application in biopulping ramie has been done to obtain the effective fungus. The ABSTRAKPenelitian aplikasi jamur pelapuk putih pada biopulping rami telah dilakukan dengan tujuan mendapatkan jenis jamur yang efektif. Penelitian dilakukan dalam 3 tahap : biopulping, pemasakan, dan pembuatan lembaran pulp. Biopulping rami dilakukan dengan variasi 4 spesies jamur, yaitu Phanerochaete chrysosporium, Marasmius sp., Trametes hirsuta, dan Trametes versicolor, pada kondisi suhu ±28 °C selama 7 hari. Pemasakan dilakukan terhadap rami dari perlakuan biopulping terpilih dan dibandingkan dengan rami tanpa perlakuan jamur. Percobaan pemasakan dilakukan dengan proses soda dalam digester berputar pada kondisi alkali aktif 12%, rasio padatan terhadap cairan pemasak 1:5, suhu 165°C, waktu 3,5 jam. Selanjutnya, dilakukan pembuatan lembaran pulp rami. Pengamatan dilakukan terhadap persentase penyisihan lignin, bilangan Kappa, indek sobek, dan indeks retak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Marasmius sp. dengan aktivitas lakase 0,1638 U/mL merupakan yang terbaik dengan derajat penyisihan lignin 40,4%. Proses pemasakan rami dengan perlakuan Marasmius sp. menghasilkan pulp belum putih dengan bilangan Kappa lebih rendah 7,2% dibandingkan tanpa perlakuan jamur. Kualitas pulp yang telah diberi perlakuan jamur Marasmius sp. menghasilkan pulp belum putih yang lebih baik, dengan sifat fisik indeks retak dan indeks sobek berturut-turut 10,52 mNm 2 /g dan 1,24 kN/g.
Biodeinking is a process of separating ink on the fiber surface by enzymes. This research was conducted to study and optimize biodeinking condition of sorted white ledger (SWL) ABSTRAKBiodeinking merupakan proses pemisahan tinta pada permukaan serat menggunakan enzim. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan memperoleh kondisi optimum biodeinking sorted white ledger (SWL) menggunakan selulase. Selulase komersial (Sigma Aldrich, Singapura) dengan dosis 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2 U/g kering pulp diaplikasikan pada deinking SWL dan dibandingkan terhadap blanko. Pulp deinked yang diperoleh kemudian dilakukan analisis morfologi serat dan dibuat lembaran tangan laboratorium untuk karakterisasi sifat fisik dan optik. Berdasarkan percobaan, pada dosis optimum selulase 0,75 IU/g kering pulp diperoleh kenaikan derajat cerah ISO maksimum sebesar 4,7 poin dan penurunan ERIC 34,45%. Analisis morfologi serat menunjukkan penggunaan selulase pada proses biodeinking tidak berpengaruh terhadap panjang dan diameter serat sehingga indeks tarik dan retak pulp deinked tidak berubah. Kehilangan fines karena degradasi enzimatik menyebabkan indeks sobek turun sebesar 8,70% dan porositas naik. Naiknya nilai coarseness menyebabkan meningkatnya opasitas pulp deinked.
Corncob as agricultural waste is a potential source of xylan to be used as an additive to increase the paper strength sheets originating from old corrugated cardboard (OCC). The aim of this research is to know increasing of strength properties from recycled fiber after addition of corncob xylan, compared to the commercial xylan. The xylan extraction was carried out by acid and the addition of xylan to the fiber was carried out at 80 ºC for 30 minutes. The results showed that the use of corncob xylan 5% (w/w) can increase the tensile index by 13.08%, burst index by 9.24%, ring crush test (RCT) index by 39.13% and corrugated medium test (CMT) index by 17.44%.ABSTRAKTongkol jagung sebagai limbah pertanian merupakan sumber xylan yang potensial yang dapat digunakan sebagai aditif untuk meningkatkan kekuatan lembaran kertas daur ulang yang berasal dari Kertas Karton Gelombang (KKG) bekas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kekuatan lembaran kertas daur ulang setelah penambahan xylan dari tongkol jagung, dibandingkan dengan xylan komersial. Ekstraksi xylan dilakukan dengan metode asam dan penambahan xylan terhadap serat dilakukan pada temperatur 80ºC selama 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan xylan tongkol jagung sebanyak 5% (berat xylan/berat kering pulp) dapat meningkatkan indeks tarik 13,08%, indeks retak 9,24%, indeks RCT 39,13% dan indeks CMT 17,44%.
Hampir sebanyak 90% industri farmasi di Indonesia masih menggunakan bahan baku impor. Indonesia memiliki salah satu bahan baku yang cukup melimpah yaitu selulosa. Bacterial nanocellulose (BNC) adalah hasil sintesis dari bakteri aerobic seperti bakteri asam asetat Gluconacetobacter spp. yang berbentuk selulosa murni dengan diameter berukuran nano. Bahan baku BNC yang digunakan dalam industri farmasi adalah BNC dalam bentuk slurry atau high viscose nanocellulose. Tujuan penelitian ini adalah untuk memilih bakteri dan kondisi optimum dalam memproduksi BNC. Bakteri yang digunakan adalah Gluconacetobacter xylinus dan Gluconacetobacter intermedius yang berasal dari InaCC-LIPI dan Gluconacetobacter sp. dari industri nata de coco. Inokulum dari ketiga jenis kultur bakteri tersebut dikultivasi selama 7 hari dalam medium Hestrin&Schramm (HS) cair menggunakan kultur statis dan agitasi dengan kecepatan pengadukan 150 rpm pada pH 5 dan suhu 25 ºC. Isolat bakteri Gluconacetobacter sp. dipilih sebagai bakteri penghasil BNC karena memiliki nilai yield paling tinggi. Kemudian isolat tersebut ditumbuhkan pada variasi kecepatan agitasi (100, 150, dan 200 rpm), variasi pH (4,0; 4,5; 5,0; dan 6,0), dan variasi suhu (25-30 ºC). Penelitian ini menunjukkan bahwa Gluconacetobacter sp. memiliki kondisi optimum pada kecepatan agitasi 150 rpm, pH 5,5, dan suhu 27 ºC. Optimization of Bacterial Nanocellulose Production in Agitation Culture MethodsAbstractAlmost 90% of pharmaceutical industry in Indonesia still uses imported raw material. However, Indonesia has one of the abundant raw materials which is cellulose. Bacterial nanocellulose (BNC) is a pure form of nanocellulose biopolymer material synthesized by microbes such as acetic acid bacteria of Gluconacetobacter spp. as pure cellulose and having diameter in nano scale. BNC used in pharmaceutical industry is in the slurry form/high viscose nanocellulose. The purpose of this study is to determine the bacteria and the optimum conditions to produce BNC. The bacteria used were Gluconacetobacter xylinus and Gluconacetobacter intermedius from InaCC-LIPI and Gluconacetobacter sp. from nata industry. The inoculums were cultivated for 7 days in liquid Hestrin & Schramm (HS) medium using static and agitation culture with a stirring speed of 150 rpm at pH 5 and temperature 25 ºC. The production of BNC has been conducted by using Gluconacetobacter sp., because it has the highest yield. Then it was inoculated at different variation of agitation speed (100, 150, and 200 rpm), pH (4.0; 4.5; 5.0; and 6.0), and temperature (25-30 ºC). This research shows that Gluconacetobacter sp. has optimum conditions at the agitation speed of 150 rpm, pH 5.5, and temperature 27 ºC.Keywords: Bacterial nanocellulose, Gluconacetobacter, agitation
Holoselulosa merupakan fraksi karbohidrat yang merupakan gabungan antara selulosa dan hemiselulosa. Fraksi holoselulosa menjadi penting karena merupakan bahan baku yang digunakan menjadi berbagai produk yang memiliki bernilai tinggi. Kandungan holoselulosa bervariasi di antara berbagai spesies kayu. Analisis holoselulosa penting untuk memperoleh informasi mengenai karakteristik dan kualitas bahan baku, mengoptimalkan pemanfaatan sumber bahan baku, dan meningkatkan efisiensi proses sehingga memungkinan komersialisasi proses konversi biomassa menjadi bahan lain yang berekonomis tinggi. Prinsip analisis holoselulosa metode kimia konvensional adalah fraksinasi dan isolasi yaitu dengan menyisihkan lignin, ekstraktif, dan abu, namun menjaga selulosa dan hemiselulosa tetap utuh. Metode analisis holoselulosa biasanya menggunakan metode delignifikasi, menggunakan reagen pengoksidasi kuat pada pH rendah atau tinggi dan suhu tinggi. Metode tersebut meliputi klor dioksida, klor-piridin, klor-etanol amina, klor-1,4-dioksan, klorit asam, dan asam perasetat. Metode natrium klorit banyak digunakan untuk analisis holoselulosa dengan karena prosedur pemisahan sederhana dan delignifikasi cepat. Artikel ini memaparkan sejumlah metode analisis holoselulosa, prinsip penentuan, reaksi, keunggulan dan kelemahan masing-masing metode sehingga dapat memberikan gambaran untuk memilih metode yang sesuai dan akurasi masing-masing metode tersebut.Holocellulose Analysis: A Review of Conventional Chemical Analysis MethodsAbstractHolocellulose is a carbohydrate fraction that is a combination of cellulose and hemicellulose. Holocellulose fraction is important because it is the raw material used to be processed into various high-value products. Holocellulose content varies among various wood species. Holocellulose analysis is important to gain information on the characteristics and quality of raw materials, optimize the utilization of raw material sources, and improve process efficiency so that it is possible to commercialize the process of converting biomass into other high-economical materials. The principle of holocellulose analysis by conventional chemistry method is fractionation and isolation by removing lignin, extractives, and ash, but keeping cellulose and hemicellulose intact. Holocellulose analysis methods usually use the delignification method, using strong oxidizing reagents in low or high pH and high temperatures. Such methods include chlorine dioxide, chlorine-pyridine, chlorine-ethanol amine, chlor-1,4-dioxane, acid chlorite, and peracetic acid. The sodium chlorite method is widely used for the analysis holocellulose because of its simple separation procedure and rapid delignification. This article presents several holocellulose analysis methods, principles of determination, reactions, strengths, and weaknesses of each method to provide an overview for selecting the appropriate method and the accuracy of each method.Keywords: holocellulose analysis, conventional analytical chemistry method, delignification
<p>Pulp rayon atau pulp larut (<em>dissolving pulp</em>) merupakan pulp dengan kandungan selulosa alfa tinggi dan kandungan komponen lain seperti lignin, abu, abu tak larut asam, kelarutan dalam alkali, dan ekstraktif rendah. Pulp rayon merupakan bahan baku untuk proses pembuatan serat rayon yang digunakan pada industri tekstil dan pakaian jadi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik pulp rayon sulfit asam dan prehidrolisis kraft komersial yang kemudian dibandingkan dengan persyaratan mutu SNI 938:2017 Pulp rayon. Pulp rayon komersial yang diperoleh dari industri pulp rayon dan industri rayon di dalam negeri maupun impor dianalisis sesuai dengan persyaratan mutu SNI 938:2017. Parameter analisisnya adalah kadar air (SNI 08-7070-2005); selulosa alfa (SNI 8400:2017 (T 203 cm-09, IDT)), kelarutan dalam alkali (SNI 692:2010), ekstraktif diklorometana (DCM) (SNI 8401:2017 (T 204 cm-07, IDT)), abu (SNI 0442:2009), abu tidak larut asam (SNI ISO 776:2010), Ca dan Fe (TAPPI T 266 om-18); viskositas (SNI 8402:2017 (T 230 om-13, IDT)); viskositas intrinsik (SNI 5351:2012); dan derajat cerah ISO (SNI 2470-1:2014). Analisis dilakukan dengan 3 ulangan dan hasil dinyatakan sebagai rata-rata. Berdasarkan percobaan, pulp rayon prehidrolisis kraft memiliki kandungan selulosa alfa yang lebih tinggi, S10 dan S18 yang lebih rendah, dan viskositas yang lebih rendah dibandingkan pulp rayon sulfit asam. Dari lima jenis pulp rayon komersial, hanya dua jenis pulp rayon komersial yang memenuhi persyaratan mutu SNI 938:2017. Kedua pulp rayon tersebut merupakan pulp rayon kayudaun proses prehidrolisis kraft.</p>
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.