Yellow seasoned pindang fish is one of East Lombok special pindang products made of tamarind and turmeric, yet their shelf life is short. The aim of this research was to determine the effect of technique and types of packaging on the quality and shelf-life of yellow seasoned pindang fish. The method used was experimental method with completely randomized block design of 2 factors: packaging technique (vacuum and non vacuum) and packaging types (Polyprophylene (PP), Polyethylene (PE), and Alumunium Polyprophylene (Al-PP). Parameters observed were chemical (pH and water content), physical (value of L and 0Hue), microbial (total microbes and fungi) and shelf-life (fungi, gas formation and color change). The results showed that the technique and packaging types had a significant effect on the pH of the pindang at the 7th day.Packaging technique affected pH and L value at 7th and 14th day, while the moisture content and 0Hue differed markedly only on the 7th day. Packing types affected the pH at 7th and 14th. Vacuum packaging with Polyprophylene (PP) resulted in the lowest total microbials during storage, while the total fungus in all treatments were undetectable. Combination of vacuum packing with PP is recommended as the best treatment to produce yellow seasoned pindang fish, maintaining pH and moisture, preventing growth of fungi and microbes, as well as extending the shelf life up to the 7th day at ambient storage.
The objective of this study was to determine the influence of water type and the length of steam on sensory quality and shelf life of steamed tuna, so it is expected that the resulting output can be useful for the processing of coastal fish with limited fresh water. This research uses Randomized Block Design with 2 (two) factors ie water type (freshwater and seawater of Tanjung Luar) and steam duration (15, 30, 45, 60 and 75 minutes ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis air dan lama pengukusan terhadap mutu organoleptik dan daya simpan pindang ikan tongkol, sehingga diharapkan keluaran yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi pengolahan ikan daerah pesisir dengan keterbatasan air tawar. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 (dua) faktor yaitu jenis air (air tawar dan air laut Tanjung Luar) dan lama pengukusan (15, 30, 45, 60 dan 75 menit). Masingmasing perlakuan diulang 3 kali sehingga diperoleh 30 unit percobaan. Parameter yang diamati adalah mutu organoleptik yang meliputi uji hedonik dan uji skoring warna, rasa, tekstur dan aroma serta daya simpan pindang tongkol. Data hasil pengamatan organoleptik dianalisa dengan analisis keragaman pada taraf nyata 5% dengan menggunakan Friedman Two Anova dan perbedaan nyata diuji lanjut dengan Wilcoxon Match Pairs Test. Daya simpan tongkol diamati secara visual dengan melihat pertumbuhan jamur. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan jenis air (air laut dan air tawar) dan lama pengukusan berpengaruh terhadap mutu organoleptik dan daya simpan pindang ikan tongkol. Penggunaan air laut dari Tanjung Luar dengan pengukusan selama 45 menit menghasilkan tongkol dengan penerimaan organoleptik terbaik dengan karakteristik warna disukai (putih kecoklatan), aroma disukai (aroma pindang agak kuat) dengan rasa disukai (rasa khas pindang agak kuat dan terasa agak asin), selain itu memiliki tektur yang disukai (empuk) dengan lama penyimpanan 72 jam pada suhu ruang.Kata kunci: air, daya simpan, organoleptik pengukusan,tongkol PENDAHULUANDi perairan laut Indonesia terdapat beberapa jenis ikan bernilai ekonomis tinggi antara lain: tuna, cakalang, udang, tongkol. Jenis ikan laut yang banyak dihasilkan di NTB adalah ikan kembung, layang, dan tongkol (Badan Pusat Statistik, 2013). lkan tongkol (Euthynnus affinis C.) adalah ikan yang berpotensi cukup tinggi dalam bidang ekspor serta memiliki nilai ekonomis tinggi (Ronny, 2011). Wilayah pesisir NTB seperti Batu PutihLombok Barat, Ampenan dan pesisir Sekaroh dan Tanjung Luar memiliki potensi yang
ABSTRACT The changes of people consumtion patterns demands a healthier bread product and tends to be organic food without use synthetic food additives that brings various consequences to health. This condition leads to the development of food additives which has effectiveness equivalent to synthetic food additive but safe for health especially if consumed long term. Lactic acid bacteria is a bacteria that hass been widely used in fermented food production process. Making bread using lactic acid bacteria begins with sourdough or acid dough consisting of flour and water fermented with lactic acid bacteria either derived from a particular natural contaminant from flour or from a starter culture containing one or more known lactic acid bacteria. Various product of actic acid bacteria metabolism such as lactic acid, acetic acid, exopollysaccharide and antimicrobial compounds such as bacteriocin make lactic acid bacteria application in baking process have to the potential to improve microbiological quality and bread shelf-life. This research aims to study the effect of lactic acid bacteria addition as a natural preservative in the baking process. The ability of lactic acid bacteria to evolve naturally from fermented flour and water promises the potential for easy sourdough preparation and can be used continuously as a natural preservative that will save production cost. The parameters to be determined include evaluation of lactic acid bacteria and yeast growth on dough and determination of moisture content as well as total bacteris, mold and E.coli an bread. Key words: bread, lactic acid bacteria, preservatives, shelf-life, food safety ABSTRAK Pergeseran pola konsumsi masyarakat menuntut adanya produk roti yang lebih sehat dan cenderung bersifat organik tanpa penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) sintetis yang membawa berbagai konsekuensi terhadap kesehatan. Kondisi ini mengarah pada berkembangnya pencarian BTM yang memiliki efektifitas yang setara dengan BTM sintetis namun aman bagi kesehatan terutama jika dikonsumsi jangka panjang. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan golongan bakteri yang telah digunakan secara luas dalam proses produksi makanan fermentasi. Pembuatan roti menggunakan BAL diawali dengan sourdough atau adonan asam yang terdiri atas tepung dan air yang difermentasi dengan BAL baik yang berasal dari kontaminan alami tertentu dari tepung atau dari suatu kultur starter yang mengandung satu atau lebih BAL yang sudah diketahui jenisnya. Berbagai produk hasil metabolisme BAL seperti asam laktat, asam asetat, eksopolisakarida dan senyawa antimikroba seperti bakteriosin menjadikan aplikasi BAL pada proses pembuatan roti berpotensi meningkatkan kualitas mikrobiologis dan daya simpan roti. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan BAL sebagai pengawet alami dalam proses pembuatan roti. Kemampuan BAL untuk berkembang secara alami dari tepung dan air yang difermentasi menjanjikan potensi penyediaan sourdough yang mudah dibuat dan dapat digunakan secara kontinyu sebagai pengawet alami sehingga akan menghemat biaya produksi. Parameter yang akan ditentukan meliputi evaluasi pertumbuhan BAL dan yeast pada adonan dan penentuan kadar air serta total bakteri, kapang dan E. coli pada roti. Kata kunci: roti, bakteri asam laktat, pengawet, daya simpan, keamanan pangan.
Bread is made and eaten in most countries ABSTRAKRoti merupakan bahan makanan yang sangat banyak dikonsumsi di dunia. Saat ini, penambahan berbagai Bahan Tambahan Makanan (BTM) umum dilakukan untuk meningkatkan kualitas roti. Akan tetapi, penambahan BTMsintetis secara berlebihan dapat membawa berbagai konsekuensi kesehatan. Meningkatnya kesadaran akan pentingnya makanan sehat mengakibatkan semakin berkembangnya pencarian BTM yang aman pada proses pembuatan roti, salah satunya adalah hidrokoloid hasilekstraksi dari rumpul laut yang merupakan komoditas unggulan di provinsi NTB. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahaniota karaginan yang diekstraksi dari Euchema spinosumdalam meningkatkan kualitas, keamanan dan memperpanjang masa simpan roti. Saat ini belum ada laporan mengenai penggunaan iota karaginan sebagai BTM pada proses pembuatan roti. Berdasarkan hasil pengamatan dan data parameter yang diuji, penambahan iota karaginan pada adonan roti memberikan pengaruh yang signifikan pada volume pengembangan, elastisitas, kadar air, struktur dan tekstur crumb, diameter pori dan parameter sensoris roti.Iota karaginan dapat meningkatkan persentase volume pengembanganterutama pada konsentrasi 0,4% dengan memperkecil diameter pori roti yang dihasilkan sehingga menciptakan suatu matriks yang seragam dan dapat bertindak sebagai perangkap untuk mencegah gas CO2 terlepas selama proses pemanggangan, serupa dengan pengaruhbread improver.Penambahan iota karaginan 0,4% juga memperlambat migrasi kelembaban menuju permukaan sehingga menghambat penurunan kadar air dan elastisitas roti hingga 96 jam masa simpan. Hasil uji organoleptik juga menunjukkan bahwa roti dengan penambahan iota karaginan lebih disukai. Peningkatan kualitas dan daya simpan roti dengan penambahan iota karaginan menunjukkan bahwa hidrokoloid jenis ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bread improver yang lebih terjamin keamanannya dibandingkan dengan bread improver sintetis yang saat ini digunakan dalam proses pembuatan roti.Kata kunci: roti, pengembang, iota karaginan, daya simpan, keamanan pangan
Sayur lebui or pigeon pea soup is a traditional Lombok that has been used plastic as a packaging. Plastic packaging has a weakness in the presence of monomers and small molecules that will migrate into food, making the shelf life relatively low with high microbial contamination. One technology that can be used to overcome this is canning technology. The most important process in canning is the sterilization process. This study aims to determine the effect of sterilization time on the quality of canned lebui vegetables. The method used in this study was an experimental method carried out in the laboratory. The design used in this study was a randomized block design (RBD) with a single factor experiment, namely the duration of sterilization with 6 treatments, namely 0 minute, 3 minutes, 6 minutes, 9 minutes, 12 minutes, 15 minutes. Analyzed using ANOVA with a significant level of 5% using Co-stat software. The difference data was tested using Honestly Significant Differences (HSD) Test. The prolonged sterilization treatment of pigeon pea soup had a significant effect on the pH value, antioxidant activity, color, organoleptic parameters of texture, color and appearance, but had no significant effect on the organoleptic parameters of aroma and taste. Based on chemical, physical and organoleptic parameters, sterilization time of 9 minutes is recommended to produce the best pigeon pea soup with an antioxidant activity value of 86.05%, a pH value of 5.03, an oHue value of 45.27 (red) and hedonic organoleptic quality and a score that is still acceptable.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.