Hasil pengeboran pada lokasi penelitian memberikan informasi bahwa area tersebut tidak ditemukan lapisan yang mengandung air. Hal ini melandasi digunakannyametode VES (Vertical Electrical Sounding) untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi dan lapisan tanah berdasarkan variasi resistivitasnya. Pengukuran data lapangan menggunakan metode VES konfigurasi Schlumberger pada daerah Batujajar, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Konfigurasi AB untuk semua konfigurasi adalah sama, perbedaannya di posisi MN saja. Akusisi lapangan dilakukan dengan mengambil empat titik pengukuran didasarkan pada lokasi pengeboran yang telah dilakukan sebelumnya. Tahap pengambilan data dimulai dengan mentransmisikan arus diantara dua elektroda arus (AB) dan diukur beda potensial antara elektroda potensial (MN). Dengan memvariasikan jarak elektroda ke titik selanjutnya setelah nilai potensial (DV) dan arus (I) didapat. Tahap penginjeksian dan pengukuran dilakukan sampai data bisa berhenti karena jumlah pseudosectionnya sudah terpenuhi dan selesai sesuai format akuisisi. Data lapangan selanjutnya diproses untuk mendapatkan model dengan metode inversi 1D. Hasil inversi berupa nilai resistivitas terhadap kedalaman. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai resistivitas perkedalaman dari semua titik sounding memiliki kecenderungan hasil yang sama. Rentang nilai resistivitas yang dihasilkan antara 4.92 Îm sampai 37.45 Îm, Interpretasi kedalaman maksimum 35 meter. Berdasarkan interpretasi model geologi, pada daerah penelitian tersebut tidak ditemukan adanya lapisan akuifer sampai kedalaman 30 meter dari permukaan karena terindikasi terdapat lapisan clay yang tebal dan lapisan limestone yang bukan merupakan lapisan penyimpan air.
Indonesia merupakan negara yang rawan akan gempa bumi. Gempa bumi membuat banyak kerugian, baik dari segi fisik maupun moril. Untuk mengurangi dampak dari gempa bumi, diperlukan suatu alat yang dapat mendeteksi gempa bumi sedini mungkin. Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu early warning system yang ekonomis, efektif, dan portable sehingga bisa ditempatkan di lokasi yang diinginkan dan gampang digunakan. Fokus penelitian adalah membuat sebuah perangkat seismometer yang terintegrasi dan adaptif terhadap lingkungan sehingga bisa diterapkan dalam mitigasi bencana gempa bumi. Prototipe alat dibuat terlebih dahulu sebelum membuat alat sebenarnya, lalu disisipkan program menggunakan arduino IDE. Program dibuat melalui proses pengujian dan evaluasi. Setelah itu, perakitan komponen sebenarnya dimulai. Alat menggunakan sensor accelerometer sebagai pendeteksi getaran. Getaran yang diterima selanjutnya dianalisis. Pengolahan sinyal getaran dan smoothing data dilakukan oleh sistem arduino dengan menggunakan power supply sebagai sumber tegangan. Arduino digunakan sebagai microcontroller berbasis ATMega328 yang memproses data yang nantinya digunakan sebagai indikator untuk bunyi alarm. Alat early warning system untuk gempa bumi dibuat untuk memberikan informasi lebih cepat dengan cara mengintergrasikan ke komputer dan alarm menggunakan sensor getaran accelerometer Adxl335. Secara sederhana, alat ini akan memberikan peringatan berupa alarm jika terjadi getaran dengan amplitudo yang cukup besar yang diidentifikasi sebagai gempa bumi. Data realtime terekam dan dapat ditampilkan pada komputer berupa data pulsa tegangan terhadap waktu. Saat terjadi getaran gelombang yang dihasilkan akan memiliki simpangan yang besar. Alat yang dibuat sebagai early warning system gempa bumi dapat bekerja dengan baik dan dapat memberikan peringatan berupa alarm jika mendeteksi getaran gempa bumi.
Kawasan Ciletuh memiliki struktur geologi yang khas dan unik serta memiliki aneka ragam batuan yang tersebar. Pandangan umum dari ilmu kebumian kawasan ini sangat menarik untuk dipelajari karena geologi kawasan ini terbentuk tidak lepas dari aktivitas tektonik regional Jawa Barat. Studi geofisika sangat berguna dalam menganalisa struktur geologi bawah permukaan tanah di kawasan Ciletuh. Metode geofisika yang digunakan bertujuan untuk mengamati dan menganalisis struktur geologi batuan permukaan. Serta, tujuan utama dari penelitian ini untuk menentukan batas formasi Jampang dengan formasi Ciletuh. Penelitian ini digunakan pengambilan data dengan metode Geolistrik, Magnetik dan Ground Penetrating Radar (GPR) di daerah Tamanjaya, kawasan Ciletuh dengan lintasan yang berbeda. Berdasarkan interpretasi geolistrik pada software Res2Dinv 2D diperoleh struktur bawah permukaan berupa lapisan batuan pasir. Pada hasil interpretasi metode GPR pola perambatan serta kecepatan rambat gelombang elektromagnetik untuk dua lintasan GPR memiliki perbedaan struktur batuan yaitu batuan pasir kasar, kerikil dan endapan. Sedangkan hasil interpretasi magnetik mengindikasi perbedaan struktur batuan dalam bawah permukaan berdasarkan anomali magnetik. Berdasarkan geologi regional formasi Jampang bawah didominasi oleh batuan pasir halus. Sedangkan formasi Ciletuh didominasi oleh batuan pasir kasar yang berumur lebih tua. Sehingga batas formasi Jampang dengan batas formasi Ciletuh dapat diperkirakan pada lintasan GPR dan Magnetik. Kata Kunci : Formasi Jampang; Formasi Ciletuh; Geolistrik; GPR dan MagnetikThe Ciletuh region has a distinctive and unique geological structure and also has a various of rocks scattered. The general view of the geography of this region is very interesting to learn because the geology of this region formed can not be sparated from the regional tectonic activity of west java. Geophysical studies are very useful in analyzing the subsurface geological structures in the Ciletuh region. The geophysical methods used aims to observe and analyze the geological structure of surface rocks. As well, the main purpose of this research is to determine the boundary of Jampang formation with Ciletuh formation. This research used data retrieval using Geoelectric, Magnetic and Ground Penetrating Radar (GPR) methods in Tamanjaya area, Ciletuh area with a different trajectory. Based on the geoelectric interpretation from Res2Dinv of software, there is obtained a subsurface structure in the form of sandstone layer. The results of the interpretation of GPR methods, propagation patterns and electromagnetic wave velocity for 2 trajectories have structural abnormalities, ie sandstone rock, gravel and sediment. Whereas the results of magnetic interpretation indicate difference in surface rocks structure based on magnetic anomlies. Base on the regional geology of the lower Jampang formation is dominated by fine sand rock while the formation of Ciletuh is dominated by Rugged Sandstone rocks that was older. So the boundary of formation Jampang with baoundary formations Ciletuh can be estimate at GPR and Magnetic trajectory.Keywords : Jampang Formations; Ciletuh Formations; Geoeletric; GPR; and Magnetic
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.