AbstrakKembang leson sering dimanfaatkan sebagai aromaterapi pada saat pemulihan bagi pasien karena dipercaya dapat menghilangkan rasa lesu. Komposisi kembang leson sangat beragam, terdiri dari beraneka bunga dan rimpang, serta belum ada kajian mendalam terkait dengan kandungan senyawa terutama minyak atsiri pada kembang leson. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan minyak atsiri yang terdapat pada kembang leson. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi minyak atsiri dengan metode destilasi Stahl, minyak atsiri yang diperoleh dianalisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif minyak atsiri meliputi pengamatan organoleptis; sementara analisis kuantitatif minyak atsiri dilakukan dengan kromatografi gas-spektra massa (KG-SM). Minyak atsiri yang diperoleh memiliki bentuk cair, jernih, berwarna kuning kecokelatan, bau aromatis. Rendaman minyak atsiri yang diperoleh sebesar 0,75% (v/b). Analisis KG-SM diperoleh 50 komponen penyusun minyak atsiri, lima komponen minyak atsiri yang memiliki luas area tertinggi yaitu camphene kadarnya sebanyak 1,29% , benzene metil cymene 4,93%, camphor 4,75%, cyclohexane methanol 7,56% dan curdione 4,83%.Kata Kunci: Kembang leson, destilasi, minyak atsiri, kromatografi gas.
Pisang kepok yang biasa dikonsumsi adalah bagian buahnya, baik secara langsung maupun diolah misalnya menjadi gorengan. Sementara itu bagian kulitnya berakhir sebagai sampah. Hal tersebut apabila dibiarkan begitu saja dapat menyebabkan penumpukan sampah, yang menyebabkan bau tidak sedap. Berdasarkan hal tersebut, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah kulit buah pisang kepok diolah menjadi pupuk organik cair. Kulit buah pisang kepok mengandung unsur makro meliputi N, P, dan K yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan pengaruh pupuk organik cair (POC) dan konsentrasi yang optimal terhadap pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus gracilis Desf) meliputi panjang daun, lebar daun, tinggi batang, berat basah, berat kering, dan kadar klorofiL. Variabel bebas penelitian ini meliputi konsentrasi POC kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L. var. balbisina colla.) 0 mL/L, 10 mL/L, 20 mL/L, 30 mL/L, 40 mL/L, dan 50 mL/L. Variabel terikat adalah pertumbuhan tanaman bayam. Metode yang dilakukan pada penilitian adalah secara eksperimen. Data dianalisis menggunakan analisis variansi (ANAVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Data dikomputerisasi menggunakan aplikasi SPSS22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian POC dari kulit buah pisang kepok (Musa paradisiaca L. var. balbisina colla.) berpengaruh baik terhadap serta dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman bayam (Amaranthus gracilis Desf) meliputi panjang daun dan lebar daun pada konsentrasi 10 mL/L (P1) dan kadar klorofil pada konsentrasi 50 mL/L (P5).
Limbah ikan merupakan hasil samping dari suatu usaha bisa berupa padatan ataupun cairan yang belum mempunyai nilai ekonomis. Limbah ikan yang tidak dimanfaatkan akan mencemari lingkungan seperti air dan udara, misalnya penyuburan ganggang dan menyebabkan bau tidak sedap. Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan untuk meminimalisir limbah ikan agar bermanfaat yaitu mengolah limbah ikan menjadi pupuk organik cair (poc). Tujuan dari penelitian ini menentukan pengaruh poc limbah ikan nila (O. niloticus) terhadap pertumbuhan tanaman bayam hijau (A. viridis L.) dan menentukan dosis poc limbah ikan nila yang menghasilkan pertumbuhan bayam hijau paling optimal. Rancangan Acak Lengkap adalah rancangan yang digunakan dalam penelitian ini dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Lima perlakuan tersebut yaitu P0 = 0 mL/L ; P1 = 3 mL/L ; P2 = 8 mL/L ; P3 = 13 mL/L ; P4 = 18 mL/L dan P5 = 23 mL/L. Parameter pengamatan yang digunakan meliputi tinggi batang, panjang dan lebar daun, berat basah, berat kering serta kadar klorofil. Hasil pengaruh parameter pertumbuhan diuji dengan Anova menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap parameter pengamatan. Perlakuan P1 merupakan perlakuan yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman bayam hijau terutama mendukung parameter panjang dan lebar daun serta berat kering.
ABSTRAKBayam merah (Amaranthus gangeticus L.) merupakan sayuran yang sudah sering dikonsumsi dan diketahui manfaatnya dari segi kesehatan. Senyawa flavonoid sangat berperan bagi kesehatan, diantaranya sebagai antioksidan, antikanker maupun antibakteri. Biosintesis flavonoid dalam tubuh tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, salah satunya adalah zat hara yaitu nitrogen. Pemberian nitrogen dengan konsentrasi tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tetapi menurunkan kandungan flavonoidnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk nitrogen terhadap kandungan flavonoid pada daun bayam merah. Pada penelitian ini dilakukan penanaman benih bayam merah dengan penambahan pupuk nitrogen yang berbeda konsentrasinya (0%; 2%; 4%; 6%; 8% dan 10%) dari minggu 1 sampai minggu 5. Daun dipanen untuk diekstrak dan dianalisis kandungan flavonoidnya dengan reagen aluminium klorida. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tanaman bayam meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, dan kadar flavonoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen secara signifikan meningkatkan pertumbuhan dan kandungan flavonoid pada bayam merah. Pemberian pupuk nitrogen dengan konsentrasi 2% mengoptimalkan pertumbuhan bayam merah baik tinggi tanaman maupun banyaknya daun. Tinggi tanaman bayam setelah mendapat perlakuan pupuk nitrogen 2% meningkat sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan kontrol. Demikian pula jumlah daun mengalami peningkatan sebesar 1,5 kali setelah diperlakukan dengan pupuk nitrogen 2%. Kandungan flavonoid daun bayam merah meningkat secara signifikan sebesar 1,5 kali dengan perlakuan pupuk nitrogen pada kisaran konsentrasi 2%-6%.Kata kunci : bayam merah (Amaranthus gangeticus L.), pupuk nitrogen, flavonoid. ABSTRACTRed amaranth (Amaranthus gangeticus L.) is a vegetable that has been frequently consumed. Flavonoid compounds are very usefull to the health, such as antioxidant, anticancer and antibacterial. Biosynthesis of flavonoids in the plant is influenced by environmental factors, one of which is a nutrient that is nitrogen. Enhanced shoot growth and decrease in flavonoid content under high nitrogen supply was observed. This study aimed to determine the effect of nitrogen fertilizer on the content of flavonoids in red amaranth leaves. In this research, red amaranth seed planting with the addition of nitrogen fertilizers of different concentrations (0%, 2%, 4%, 6%, 8% and 10%) from week 1 through week 5.
Buncis (Phaseolus vulgaris L.) termasuk tanaman yang mempunyai sensitifitas agak tinggi terhadap kekeringan. Frekuensi penyiraman yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan perlakuan variasi frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan buncis, serta menentukan frekuensi penyiraman optimal untuk menghasilkan pertumbuhan buncis terbaik. Variasi frekuensi penyiraman yang diberikan yaitu 1 hari sekali, 2 hari sekali, 4 hari sekali, 6 hari sekali, dan 8 hari sekali dengan volume air 200 mL. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan analisis data menggunakan uji ANOVA, dan uji lanjut DMRT. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, lebar daun, jumlah bunga, berat basah, dan berat kering. Hasil penelitian menunjukkan pemberian variasi frekuensi penyiraman terdapat perbedaan signifikan terhadap pertumbuhan buncis. Frekuensi penyiraman 8 hari sekali mengalami penghambatan pertumbuhan dibandingkan dengan frekuensi penyiraman 1 hari sekali terhadap semua parameter kecuali pada parameter lebar daun. Tinggi tanaman mencapai 223,72 cm pada pemberian perlakuan frekuensi penyiraman 1 hari sekali, sedangkan diameter batang mencapai 0,327 cm, demikian pula dengan jumlah daun terdapat 24 daun majemuk. Sedangkan jumlah bunga terbanyak terdapat pada perlakuan frekuensi penyiraman 2 hari sekali yaitu 2 kuntum bunga. Demikian juga berat basah total mencapai 45 gram, dan berat kering mencapai 12,6 gram pada pemberian perlakuan frekuensi penyiraman 1 kali sehari. Semakin lama frekuensi penyiraman yang diberikan, semakin menghambat pertumbuhan buncis. Frekuensi penyiraman 1 hari sekali merupakan frekuensi penyiraman yang paling optimal terhadap semua parameter pertumbuhan kecuali pada parameter lebar daun.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.
hi@scite.ai
10624 S. Eastern Ave., Ste. A-614
Henderson, NV 89052, USA
Copyright © 2024 scite LLC. All rights reserved.
Made with 💙 for researchers
Part of the Research Solutions Family.