2020
DOI: 10.1177/1066480720950419
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

The Single’s Struggle: Discovering Involuntary Singleness in Indonesia Through Gender and Religious Perspectives

Abstract: Singleness emerges as a theme in studies on contemporary relationships across societies, including in Indonesia. While in most Western societies, singleness reflects an individual’s personal preference, marriage is viewed as cultural imperative in Indonesia, and being single is often held involuntarily by most never-married adults. This study outlines the reasons of why Indonesian individuals remain involuntarily single. The interviews of 40 never-married adults aged 27–52 years ( M age = 33.14; SD = 4.04) rev… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1
1
1

Citation Types

1
14
0
17

Year Published

2020
2020
2023
2023

Publication Types

Select...
6
2

Relationship

3
5

Authors

Journals

citations
Cited by 22 publications
(32 citation statements)
references
References 35 publications
1
14
0
17
Order By: Relevance
“…Prinsip kesetaraan gender dalam pendidikan dan industri terlihat dari meningkatnya partisipasi perempuan dalam menempuh pendidikan tinggi (Setyonaluri, Maghfirah, and Aryaputra, 2020), yang akhirnya membuka peluang bagi mereka untuk membangun karier dan berperan di luar peran tradisionalnya sebagai ibu rumah tangga (Utomo 2014). Di sisi lain, sebagian besar masyarakat Indonesia masih memandang penting bentuk pernikahan hipergami, di mana pernikahan dianggap ideal ketika status ekonomi dan sosial suami lebih tinggi daripada status istri (Himawan 2020a). Dengan semakin besarnya proporsi perempuan yang berkecimpung di bidang pendidikan dan oleh perubahan sosial yang cepat dan masif.…”
Section: Lajang Dalam Konteks Indonesiaunclassified
See 1 more Smart Citation
“…Prinsip kesetaraan gender dalam pendidikan dan industri terlihat dari meningkatnya partisipasi perempuan dalam menempuh pendidikan tinggi (Setyonaluri, Maghfirah, and Aryaputra, 2020), yang akhirnya membuka peluang bagi mereka untuk membangun karier dan berperan di luar peran tradisionalnya sebagai ibu rumah tangga (Utomo 2014). Di sisi lain, sebagian besar masyarakat Indonesia masih memandang penting bentuk pernikahan hipergami, di mana pernikahan dianggap ideal ketika status ekonomi dan sosial suami lebih tinggi daripada status istri (Himawan 2020a). Dengan semakin besarnya proporsi perempuan yang berkecimpung di bidang pendidikan dan oleh perubahan sosial yang cepat dan masif.…”
Section: Lajang Dalam Konteks Indonesiaunclassified
“…Sikap positif terhadap pernikahan bagi masyarakat Indonesia, di samping merefleksikan profil budaya kolektif di mana apresiasi terhadap individu lebih dilihat dalam konteks relasi dan kekerabatannya (Hofstede Insights 2018), juga menggambarkan bagaimana nilai-nilai agama terabsorbsi dalam membentuk sistem nilai kemasyarakatan. Studi menunjukkan bahwa agama dan gender memberi warna tersendiri bagi pengalaman melajang di Indonesia, di mana perempuan yang belum menikah cenderung mengalami masa lajang yang kurang menyenangkan (Himawan 2020a). Dalam studi ini, pengalaman melajang difokuskan pada bagaimana lajang memaknai status lajangnya serta mengupayakan kualitas hidupnya.…”
Section: Peran Agama Dalam Mengkon-struksi Pengalaman Melajangunclassified
“…From the employee's side, the excessive responsibility at home associated with the cultural responsibility to take care of elderly family members may act as a barrier towards WFH implementation in Asia. The custom of filial duty tends to be generally upheld by people in Asia, and is observed at least in Thailand (Debavalya, 2008 ), China (Lei et al, 2015 ), Japan (Yoshida, 2011 ), and Indonesia (Himawan, 2020 ). Unlike in many Western countries where elderly have access to public services, in most Asian societies, family remains the main support system and children are culturally responsible to take care of their elder family members.…”
Section: Culture Management Style and Wfh Arrangementmentioning
confidence: 99%
“…Selain itu, peran merawat dan mengurus orang tua lebih ditekankan pada anak perempuan (Keasberry, 2001). Ekspektasi budaya yang kuat bagi perempuan untuk mengurus orang tuanya yang berusia lansia dapat berdampak terhadap terhambatnya ambisi beberapa perempuan untuk berkeluarga (Himawan, 2020). Peran merawat dan mengurus orang tua dipandang sebagai takdir bagi anak perempuan yang sudah sepatutnya diterima tanpa keraguan dan tidak dipertanyakan (Tumanggor, 2020).…”
Section: Pendahuluanunclassified