“…Religiositas (Vigar dkk., 2016), religiusitas (Utami, 2012), relijiusitas (Mazidah, 2011), keberagamaan (Wekke, 2016) well-being kesejahteraan psikologis (Harimukthi & Dewi, 2014), kesejahteraan subjektif (Utami, 2012), subjectif well-being (Wahyuni dkk., 2018), subjective well-being (Ariati, 2010) single (people) lajang (Himawan, 2019(Himawan, , 2020, tidak menikah (Nanik & Hendriani, 2016), belum menikah (Lovihan & Kaunang, 2010) bullying perundungan (Rahmawati, 2018), bullying (Arif & Wahyuni, 2017) self-esteem harga diri, keberhargaan diri (Ralampi & Soetjiningsih, 2019), selfesteem (Harianto dkk., 2017) self-efficacy keyakinan diri (Fathonah & Utami, 2011), efikasi diri (Tahaha & Rustan, 2017) adaptation penyesuaian diri (Christyanti dkk., 2010), adaptasi (Asmarani, 2017) online (survey, interview) daring, dalam jaringan (Paramita & Nugroho, 2014), online (Djaling & Purba, 2019) Ragam istilah di atas merupakan prototipe dari banyaknya variasi anakan yang berpotensi muncul untuk variabel yang lebih khusus. Misalnya, jika istilah religiositas saja tidak seragam, maka variasi lebih luas dapat muncul ketika seseorang ingin fokus pada satu aspek dari religiositas, misalnya orientasi religius (religious orientation) (Allport, 1966).…”