Indonesia merupakan produsen ikan terbesar dari produk kelautan dan budidaya air tawar. Sisik ikan merupakan limbah ikan yang telah banyak dipelajari pemanfaatannya, salah satunya untuk pembuatan gelatin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu ekstraksi yang berbeda terhadap kualitas gelatin sisik ikan air laut (Lates calcarifer/kakap putih), dan ikan air tawar (Oreochromis niloticus/nila merah). Metode penelitian ini adalah membandingkan kualitas gelatin dengan ekstraksi menggunakan teknologi sonikasi dengan variasi suhu ekstraksi, yaitu 55, 60, dan 65 °C. Gelatin dari sisik kakap putih dengan suhu ekstraksi sonikasi pada 60 °C memiliki rendemen tertinggi sebesar 14,79%, dengan kadar air 10,61%, kadar abu 1,79%, pH 4,86, viskositas 4,41cps, dan kandungan Cu dan Zn masing-masing sebesar 4,61, dan 2,99 mg/kg. Gelatin dari sisik nila merah dengan suhu ekstraksi sonikasi pada 65 °C memiliki rendemen tertinggi sebesar 11,62% dengan kadar air sebesar 9,05%, kadar abu sebesar 2,70%, pH 5,09, viskositas 1,61cps, dan kandungan Cu dan Zn masingmasing sebesar 11,88 mg/kg dan 2,59 mg/kg. Hasil karakterisasi gelatin kedua sisik ikan tersebut mengikuti standar SNI dan GMIA. Rendemen gelatin sisik ikan air laut (14,79%) mempunyai nilai lebih besar dibandingkan gelatin sisik ikan air tawar (11,62%). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kedua jenis ikan tersebut menghasilkan gelatin yang memenuhi syarat standar dan suhu ekstraksi memberikan pengaruh rendemen terhadap hasil gelatin kedua ikan.