Gelatin tulang ikan tuna (Thunnus albaceres) dengan kualitas baik seringkali sulit diperoleh, karena kebanyakan produk ini mengandung lemak dan protein non kolagen yang cukup tinggi. Dalam memproduksi gelatin tulang tuna, lemak, dan protein non kolagen tersebut harus direduksi hingga batas minimum. Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh perendaman tulang ikan tuna dalam larutan NaOH sebelum ekstraksi terhadap kualitas gelatin yang dihasilkan. Tahapan yang dilakukan adalah degreasing, pencucian, perendaman dalam NaOH dengan variasi konsentrasi 0; 0,4; dan 0,8%, kemudian perendaman dalam HCl, ekstraksi, filtrasi, evaporasi, dan pengeringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik gelatin yang terbaik diperoleh dari perendaman tulang dalam NaOH 0,4%, yaitu dengan nilai rendemen 8,37%; viskositas 3,27-3,37 cPs; pH 5,03; dan kekuatan gel 157,8 g Bloom gel strength.
Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah ikan bernilai ekonomis rendah adalah dengan memanfaatkannya menjadi hidrolisat protein ikan (HPI). Untuk itu telah dipelajari proses pembuatan HPI dari bahan baku ikan mujair (Oreochromis mossambicus) secara enzimatis. Pada penelitian ini proses hidrolisis dilakukan dengan menambahkan enzim papain kasar (PAYA) yang diperoleh dari pasar lokal ke dalam ikan mujair cacahan dengan konsentrasi 6, 8 dan 10% (b/b). Untuk mempercepat proses hidrolisis, ke dalam campuran ikan dan enzim ditambahkan akuades sebanyak 25% ( b/b ). Inkubasi ilakukan secara aerobik pada suhu 55-60 derajad Celcius. Pengambilan sampel dilakukan setelah 6 jam, 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, kemudian setiap hari sampai 10 hari lama inkubasi. Analisis dilakukan terhadap produk HPI yang meliputi tingkat pencairan serta rasio antara a‑amino nitrogen dengan total nitrogen dan analisis organoleptik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa hidrolisat protein dapat diproduksi dari ikan mujair dengan enzim papain produksi lokal sebanyak 10%, dengan lama hidrolisis 4 hari. Dalam bentuk cair, hidrolisat protein ikan mujair berwarna kuning kecoklatan, berasa gurih, agak manis dan mengandung asam amino yang tidak jauh berbeda dengan kecap ikan maupun sari pati ayam.
ABSTRAKKulit ikan nila dapat diolah menjadi kolagen yang dapat meningkatkan nilai tambah kulit ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi asam terhadap karakteristik kolagen yang dihasilkan. Ekstraksi kolagen dilakukan melalui perendaman dalam asam asetat dengan dua variasi konsentrasi yaitu 0,5 dan 1,5 M. Parameter yang diamati yaitu gugus fungsi, komposisi asam amino, suhu denaturasi, dan kemampuan mengembang kolagen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan asam asetat 0,5 M memiliki komposisi asam amino dan suhu denaturasi yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan asam asetat 1,5 M. Namun demikian, kolagen pada perlakuan asam asetat 1,5 M ternyata memiliki kemampuan mengembang lebih cepat (15 menit) dibandingkan perlakuan asam asetat 0,5 M (60 menit). Sementara itu, spektra FTIR menunjukkan kolagen yang diperoleh dari kedua perlakuan memiliki karakteristik yang sama. Berdasarkan karakteristik kolagen yang diperoleh dengan dua perlakuan ekstraksi, perlakuan asam asetat 0,5 M menunjukkan hasil yang lebih baik dibanding 1,5 M.
KATA KUNCI: kulit ikan nila, kolagen, ekstraksi, karakterisasi
ABSTRACT
Fish skin of nile tilapia can be improved its added value by processing to be collagen. This research aims to know the effect of different acid concentration on collagen characteristics produced. Collagen extraction was conducted by soaking in acetic acid
ABSTRAKOptimasi pembuatan gelatin dari tulang ikan kaci-kaci (Plectorhynchus chaetodonoides Lac.) telah dilakukan. Tulang ikan didegreasing pada suhu 70 O C selama 25 menit kemudian dibersihkan dari sisa-sisa daging. Tulang yang telah dibersihkan lalu dipotong-potong ukuran 1-1,5 cm dan dijemur di bawah sinar matahari sampai kering.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.