ABSTRAKPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan ekstrak bahan aktif biji picung segar dan terfermentasi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri penghasil histamin. Bakteri penghasil histamin yang diuji daya hambatnya meliputi Morganella morganii, Raoultella terigena, Enterobacter sp., Microbacterium testaceum, Staphylococcus sp., dan Micrococcus diversus. Pengujian daya hambat dilakukan dengan metode difusi pada lempeng agar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak akuades dan ekstrak etanol 50% dari biji picung segar mampu menghambat pertumbuhan bakteri penghasil histamin, sedangkan ekstrak n-heksana tidak memiliki daya hambat. Sementara itu, ekstrak akuades, etanol 50%, maupun n-heksana dari biji picung terfermentasi tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri penghasil histamin.
ABSTRACT:The
PENDAHULUANHistami n atau di kenal sebagai [2-(4-imidazolyl)ethylamine] terbentuk dari dekarboksilasi oleh enzim yang terdapat secara alami dalam jaringan daging ikan. Jumlah histamin yang dihasilkan melalui aktivitas enzim selama proses autolisis sangat rendah bila dibandingkan dengan histamin yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri selama proses pembusukan berlangsung. Di bawah kondisi optimum, jumlah histamin yang dihasilkan melalui autolisis biasanya kurang dari 10-15 mg/100 g daging ikan. Selain itu produksi histamin juga dipengaruhi oleh suhu dan pH lingkungan (Witiak et al., 1981; Kimata, 1961 dalam Rispayeni, 2005. Sementara itu, Nahla et al. (2005) telah melaporkan bahwa jumlah histamin yang berasal dari beberapa ikan spesies lokal di Mesir sebesar 7-26 mg/100 g daging ikan, sedangkan jumlah histamin yang berasal dari ikan impor berkisar antara 18-50 mg/100 g daging ikan. Isolat-isolat bakteri yang berasal dari sampel-sampel tersebut antara lain adalah Micrococcus sp., Planococcus sp., Morganella morganii, Enterobacter aerogenes, Klebsiella pneumoniae, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio alginolyticus, Vibrio angillarum, Proteus vulgaris, dan Aeromonas spp.Histamin merupakan salah satu senyawa yang seringkali dianggap sebagai penyebab utama keracunan makanan yang berasal dari ikan dan produk perikanan (Atmadjaja, 1994 dalam Rispayeni, 2005. Keracunan histamin ini biasanya terjadi setelah mengkonsumsi ikan skombroid atau produk perikanan yang mengandung kadar histamin yang cukup tinggi seperti tuna, mackerel, dan bonito, oleh karena itu dikenal sebagai scombroid poisoning (keracunan skombroid) (Jay, 1996;Sophia, 2007). Meskipun demikian, banyak ikan-ikan non scombroid yang juga dapat menyebabkan keracunan histamin, seperti mahi-mahi (Niven et al., 1981). Jenis-jenis ikan ini mengandung histidin bebas dalam jumlah besar pada jaringan dagingnya, yang pada kondisi tertentu dapat diubah menjadi histamin oleh enzim L-histidin dekarboksilase yang dihasilkan oleh bakteri (Sally et al., 1980).