Abstract:<p>Laut Sulawesi diketahui sebagai daerah penangkapan ikan yang potensial sekaligus diduga sebagai lokasi pemijahan. Berbagai jenis larva ikan pelagis maupun demersal ditemukan di perairan ini. Kelimpahan dan sebaran larva ikan di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi oseanografi seperti temperatur, salinitas dan sejumlah parameter lainnya termasuk ketersediaan pakan. Untuk mengetahui pengaruh parameter oseanografi terhadap kelimpahan dan sebaran spasial larva ikan di Laut Sulawesi, telah dilaku… Show more
“…Parameter lingkungan perairan merupakan faktor pembatas dari distribusi setiap spesies lobster (Erlania et al, 2014;Thangaraja & Radhakrishnan, 2012). Menurut Amri et al (2015), parameter lingkungan perairan yang sangat menentukan kelimpahan dan distribusi larva ikan dan biota lainnya adalah arus, temperatur, salinitas, pH dan oksigen terlarut. Setiap spesies memiliki habitat dengan karakteristik yang spesifik sesuai kebutuhannya terkait ketersediaan makanan, tempat berlindung, dan reproduksinya.…”
Section: Hubungan Antara Spl Klorofil-a Dengan Cpue Benih Lobsterunclassified
“…Nilai R 2 yang diperoleh adalah 0,207 artinya 20.7% hasil tangkapan benih lobster dipengaruhi oleh klorofil-a dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut Amri et al (2015), larva atau benih terdistribusi dan menyebar memanfaatkan arus untuk melakukan migrasi dari lokasi pemijahan ke lokasi nursery. Hal yang sama dikemukakan Amarullah ( 2008) yang menyebutkan larva cenderung bergerak menuju pantai (onshore transport) pada saat periode arus air bergerak menuju ke arah pantai.…”
Section: Hubungan Antara Spl Klorofil-a Dengan Cpue Benih Lobsterunclassified
The waters south of the island of Lombok, Nusa Tenggara Province, are the location for lobster seed production. To maintain the sustainability of lobster seed resources, research is needed to know the distribution of Sea Surface Temperature (SST), chlorophyll-a and lobster seed catch and analyze the relationship between SST and chlorophyll-a on lobster seed catches. The research method used is a descriptive method that describes the state of SST and chlorophyll-a associated with the catch of seeds. Lobster seed catch data was obtained from the 2009-2013 lobster seed census, SST data and chlorophyll-a concentrations from 2009 -2013 from the Aqua Modis satellite. The results showed that the distribution of sea surface temperature (SST) and chlorophyll-a in the Southern Waters of Lombok Island varied every season, with SST and high chlorophyll-a concentrations generally found in coastal waters and the concentration was decreasing towards the offshore direction. SPL and chlorophyll-a variables simultaneously had a significant effect on the CPUE of lobster seeds and partially SPL had no significant effect on the CPUE of lobster seeds, while chlorophyll-a had a significant effect.
“…Parameter lingkungan perairan merupakan faktor pembatas dari distribusi setiap spesies lobster (Erlania et al, 2014;Thangaraja & Radhakrishnan, 2012). Menurut Amri et al (2015), parameter lingkungan perairan yang sangat menentukan kelimpahan dan distribusi larva ikan dan biota lainnya adalah arus, temperatur, salinitas, pH dan oksigen terlarut. Setiap spesies memiliki habitat dengan karakteristik yang spesifik sesuai kebutuhannya terkait ketersediaan makanan, tempat berlindung, dan reproduksinya.…”
Section: Hubungan Antara Spl Klorofil-a Dengan Cpue Benih Lobsterunclassified
“…Nilai R 2 yang diperoleh adalah 0,207 artinya 20.7% hasil tangkapan benih lobster dipengaruhi oleh klorofil-a dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Menurut Amri et al (2015), larva atau benih terdistribusi dan menyebar memanfaatkan arus untuk melakukan migrasi dari lokasi pemijahan ke lokasi nursery. Hal yang sama dikemukakan Amarullah ( 2008) yang menyebutkan larva cenderung bergerak menuju pantai (onshore transport) pada saat periode arus air bergerak menuju ke arah pantai.…”
Section: Hubungan Antara Spl Klorofil-a Dengan Cpue Benih Lobsterunclassified
The waters south of the island of Lombok, Nusa Tenggara Province, are the location for lobster seed production. To maintain the sustainability of lobster seed resources, research is needed to know the distribution of Sea Surface Temperature (SST), chlorophyll-a and lobster seed catch and analyze the relationship between SST and chlorophyll-a on lobster seed catches. The research method used is a descriptive method that describes the state of SST and chlorophyll-a associated with the catch of seeds. Lobster seed catch data was obtained from the 2009-2013 lobster seed census, SST data and chlorophyll-a concentrations from 2009 -2013 from the Aqua Modis satellite. The results showed that the distribution of sea surface temperature (SST) and chlorophyll-a in the Southern Waters of Lombok Island varied every season, with SST and high chlorophyll-a concentrations generally found in coastal waters and the concentration was decreasing towards the offshore direction. SPL and chlorophyll-a variables simultaneously had a significant effect on the CPUE of lobster seeds and partially SPL had no significant effect on the CPUE of lobster seeds, while chlorophyll-a had a significant effect.
“…Kajian larva ikan di perairan Indonesia mengenai kelimpahan dan distribusi telah dilakukan pada beberapa tipologi perairan yakni di Teluk Palabuhanratu [18], Perairan Pulau Abang Galang Baru Batam [19], Perairan Teluk Ambon bagian dalam [20], Estuaria Pelawangan Timur [21], Estuari Sungai Musi [22], Laut Sulawesi [23], Teluk Cempi Nusa Tenggara Barat [24], Perairan estuari banjir kanal timur kota Semarang [25], Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Jakarta [26], Ekosistem Mangrove di Desa Pasar Banggi Kabupaten Rembang [27], Perairan Pantai Dukuh Bedono [28] dan Selat Alas Nusa Tenggara Barat (NTB) [29].…”
Studi iktioplankton mengenai kelimpahan dan distribusi larva ikan di perairan pesisir Lampung Timur hingga saat ini informasinya sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang stadia awal kehidupan organisme dan bermanfaat dalam mengelola keanekaragaman serta sumberdaya hayati di perairan. Penelitian ini merupakan representasi musim timur (Bulan Juni) dan musim peralihan (Bulan September) di Tahun 2017. Pengambilan larva menggunakan alat bonggo-net sedangkan identifikasi larva menggunakan alat Dino-lite. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan larva ikan pada musim timur (2.990 ind/m 3 ) lebih tinggi dibandingkan musim peralihan (1.902 ind/m 3 ). Berdasarkan periode kedua musim pengamatan, komposisi larva ikan tercatat 81 famili, terdapat 10 famili dominan yaitu Gobiidae (11%) merupakan famili larva yang mendominasi di periode kedua musim pengamatan diikuti Pegasidae (10%), Mullidae (9%), Pomacentridae (7%), Sillaginidae (4%), Bleniidae (4%), Bythitidae (3%), Carangidae (3%), Pseudochromidae (3%) dan Bothidae (2%) sedangkan distribusi larva ikan di sektor perairan pinggir (238 individu) lebih tinggi dibandingkan perairan tengah (156 individu) dan perairan luar (113 individu). Adapun tahap stadia larva ikan menunjukkan Flexion memiliki persentase tertinggi diikuti post-flexion dan pre-flexion. Parameter suhu, salinitas dan pH menunjukkan keadaan kisaran optimal kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan, kecerahan dan kekeruhan sesuai standar baku mutu air, kecepatan arus musim timur (arus sangat cepat) dan musim peralihan (arus cepat hingga cepat) sedangkan fitoplankton dan zooplankton menunjukkan ketersediaan makanan alamiah yang cukup bagi kehidupan larva ikan. Hasil CCA menunjukkan konektivitas kelimpahan dan distribusi larva ikan memperlihatkan parameter kecerahan membentuk proyeksi titik sedangkan parameter kondisi lingkungan perairan lainnya membentuk proyeksi vektor terhadap periode kedua musim. Kelimpahan dan distribusi larva ikan di perairan pesisir Lampung Timur di ketiga sektor perairan memiliki proporsionalitas terhadap parameter kondisi lingkungan perairan terutama parameter arus dan perbedaan periode musim.
“…Lahlan (1983) dalam Najamuddin (2004) bahwa pasang surut menjadi media utama bagi larva dan juvenil ikan untuk bermigrasi ke pantai pada umumnya. Selanjutnya, menurut Amri et al (2015), banyak larva ikan di perairan dangkal mempunyai kemampuan untuk menyebar secara luas dengan jarak sebaran ratusan kilometer.…”
Larva ikan merupakan fase kehidupan awal dari pertumbuhan ikan dimana perkembangan organ tubuh belum terbentuk secara sempurna. Distribusi dan kelimpahan larva ikan sangat bergantung pada kondisi perairan di dalamnya. Kawasan perairan pantai merupakan perairan yang terhubung langsung ke laut dan masih dipengaruhi oleh aktivitas daratan. Perairan pantai dukuh Bedono mengalami degradasi akibat berkurangnya tanaman mangrove dan terjadinya rob. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan kelimpahan larva ikan di kawasan perairan pantai dukuh Bedono. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan penentuan titik sampling secara purposive. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah larva ikan yang tertangkap sebanyak 2.064 individu terdiri dari 10 famili yakni: Ambassidae (245 ind/100 m3), Mugilidae (507 ind/100 m3), Chanidae (378 ind/100 m3), Engraulidae (288 ind/100 m3), Lutjanidae (73 ind/100 m3), Nemipteridae (109 ind/100 m3), Carangidae (145 ind/100 m3), Gobiidae (160 ind/100 m3), Gerreidae (92 ind/100 m3), dan Oryziatidae (67 ind/100 m3). Larva ikan famili Mugilidae tertangkap paling banyak selama pelaksanaan penelitian. Berdasarkan analisis indeks morisita, pola sebaran larva ikan adalah acak. Kesimpulan yang dapat diperoleh ialah nilai kelimpahan larva ikan tertinggi terdapat pada titik IV sebesar 267 ind/100m3 dan terendah terdapat pada titik III sebesar 185 ind/100 m3. Pola persebaran larva ikan pada semua titik adalah acak dimana semua larva ikan dapat menyesuaikan dan bertahan hidup di mana saja pada suatu ekosistem. Fish larvae are the early life phase of the growth of fish where the development of organs has not been fully formed. The distribution and abundance of fish larvae depend on the condition of the waters in it. Coastal waters are waters that connect directly to the sea and are still influenced by land activities. The coastal waters of Bedono village have degradation due to the decreasing of mangrove plant and the increasing of seawater period. This study aims to determine the distribution and abundance of fish larvae in the coastal region of Bedono village. The research was conducted in March-April 2017. The research method used was a survey with purposive sampling point. The results showed that the number of captured fish larvae of 2,064 individuals consisted of 10 families: Ambassidae (245 ind/100 m3), Mugilidae (507 ind/100 m3), Chanidae (378 ind/100 m3), Engraulidae (288 ind/100 m3) , Lutjanidae (73 ind/100 m3), Nemipteridae (109 ind/100 m3), Carangidae (145 ind/100 m3), Gobiidae (160 ind/100 m3), Gerreidae (92 ind/100 m3), and Oryziatidae (67 ind/100 m3). Fish larvae of the Mugilidae family were caught at the most during the study. Based on the morisita index analysis, the pattern of fish larvae distribution is random. The conclusion that can be obtained is the highest value of fish larvae abundance found at point IV of 267 ind/100 m3 and the lowest is at point III of 185 ind/100 m3. The pattern of the distribution of fish larvae at all points is unevenly where all fish larvae can adapt and survive anywhere in an ecosystem.
scite is a Brooklyn-based organization that helps researchers better discover and understand research articles through Smart Citations–citations that display the context of the citation and describe whether the article provides supporting or contrasting evidence. scite is used by students and researchers from around the world and is funded in part by the National Science Foundation and the National Institute on Drug Abuse of the National Institutes of Health.