2019
DOI: 10.26742/panggung.v29i3.1013
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Rumah Adat Kampung Pulo Cangkuang Kabupaten Garut sebagai Konsep Hunian Masa Kini

Abstract: The traditional house of Kampung Pulo could be categorized as a dwelling or a house for a family. Referring to its inhabitants consisting of 4-5 people in one house, as well as space that suit with the need its inhabitants. This research aims to assess the characteristic of the form of traditional house of Kampung Pulo, that is expected to be a basic concept of a contemporary dwelling. Methods used to analyze is descriptive with a qualitative approach. Data collection techniques employ interview, observation, … Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
0
0
2

Year Published

2021
2021
2024
2024

Publication Types

Select...
3

Relationship

0
3

Authors

Journals

citations
Cited by 3 publications
(3 citation statements)
references
References 0 publications
0
0
0
2
Order By: Relevance
“…Hal ini didukung dengan penelitian Sriwardani & Savitri (2019) yakni sebuah peristiwa tragis yang terjadi selama arak-arakan "raden nganten", di mana gong besar digunakan sebagai alat musik gamelan pengiring. Untuk memperingati peristiwa tersebut, desa adat Kampung Pulo "Pamali" membunyikan gong besar [13].…”
Section: Gambar 4 Proses Pengumpulan Data Dengan Wawancaraunclassified
“…Hal ini didukung dengan penelitian Sriwardani & Savitri (2019) yakni sebuah peristiwa tragis yang terjadi selama arak-arakan "raden nganten", di mana gong besar digunakan sebagai alat musik gamelan pengiring. Untuk memperingati peristiwa tersebut, desa adat Kampung Pulo "Pamali" membunyikan gong besar [13].…”
Section: Gambar 4 Proses Pengumpulan Data Dengan Wawancaraunclassified
“…Hal ini didasarkan pada peristiwa masa lalu dengan meninggalnya putra Embah Dalem Arif Muhammad pada saat akan dikhitan menabuh goong (gong) dan menggunakan jampana (rumah-rumahan) beratap sontog (jurai) terkena tiupan angina topan besar. Sejak kejadian itu, masyarakat dilarang menabuh gong dan membuat atap jurai pada rumahnya (Sriwardani dan Savitri, 2019). Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, karakteristik atap rumah pada kampung Kasepuhan Ciptagelar secara umum mencerminkan ciri umum yang digunakan masyarakat Sunda pada rumahnya (gambar 1).…”
Section: Sejarah Dan Karakteristik Atap Pada Tiga Kampungunclassified
“…Kebudayaan fisik dalam bentuk bangunan ini selalu menandai tingkat perkembangan kehidupan manusia sehingga setiap bangunan sarat dengan nilai intrinsik tentang kearifan lokal (Utomo & Subiyantoro, 2012). Selain itu, rumah tradisional sebagai suatu hunian tetap dipertahankan sampai saat ini, dan dikategorikan bagian dari cagar budaya agar pengetahuan budaya bangsa ini tetap terjaga (Sriwardani, 2019) (Ching, 2000, hlm. 190).…”
unclassified