<h1 align="center"><strong>Abstrak</strong></h1><p><em>Tingkat </em><em>keberhasilan pembangunan di kelurahan</em><em> diukur dengan kriteria-kriteria tertentu.</em><em> Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor setiap tahunnya melaksanakan lomba kinerja kelurahan untuk mengevaluasinya. Dalam penentuan penetapan pemenang lomba kinerja kelurahan dinilai pada seleksi presentasi dan kunjungan lapang masih menghitung secara manual sehingga dibutuhkan Sistem pendukung Keputusan (SPK) yang mampu memberikan solusi alternatif untuk proses penilaian presentasi dan kunjungan lapang. Metode yang digunakan dalam sistem pendukung keputusan lomba kinerja kelurahan </em><em>ini adalah</em><em> metode Analytical Hierarchy Process (AHP</em><em>), yang digunakan</em><em> untuk pembobotan kriteria dan alternatif. SPK ini menggunakan 3 jenis hak akses (roles) yaitu admin, juri dan pimpinan. Keluaran sistem </em><em>adalah</em><em> hasil angka perhitungan AHP yang </em><em>merupakan rekomendasi bagi pihak pengambil keputusan dalam penentuan pemenang perlombaan. H</em><em>asil perhitungan </em><em>menampikan</em><em> bobo</em><em>-bobot</em><em> kriteria</em><em>,</em><em> yaitu : 0,167 untuk kriteria penguasaan materi ekspos, 0,056 untuk kriteria penampilan pemberi materi ekspos, 0,111 untuk kriteria ketepatan waktu ekspos, 0,222 untuk kriteria produk unggulan, dan 0,444 untuk kriteria inovasi</em><em>.</em><em> </em><em>Dengan nilai bobot tersebut, ditampilkan hasil rekomendasi untuk pemenang dengan urutan ranking terbaik yaitu kelurahan Menteng, kelurahan Cibadak, kelurahan Ciparigi, kelurahan Katulampa, kelurahan Cikaret, dan kelurahan Babakan Pasar.</em> </p><p align="center"><strong><em>Abstract</em></strong><strong><em></em></strong></p><p><em>The level of success of the development in the village</em><em> government</em><em> is measured by certain criteria. The Bogor City </em><em>of </em><em>Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) annually conducts urban village </em><em>government </em><em>performance competitions to evaluate it. In determining the determination of the winners of the kelurahan performance competition, the presentation selection and field visits were still counted manually so that a Decision Support System (</em><em>DSS</em><em>) was needed that was able to provide alternative solutions for the presentation process and field visits. The method used in the decision support system for this kelurahan performance competition is the Analytical Hierarchy Process (AHP) method, which is used for weighting criteria and alternatives. This </em><em>DSS</em><em> uses 3 types of access rights (roles), namely admin, jury and leader. System output is the result of the AHP calculation number which is a recommendation for decision makers in determining the winner of the race. The calculation results show the bobo-weight criteria, namely: 0.167 for mastery of exposure material criteria, 0.056 for the criteria for exposure material exposures, 0.111 for the criteria for exposure time, 0.222 for the criteria of superior products, and 0.444 for the criteria of innovation. With these weight values, the results of recommendations for winners with the best ranking are displayed, namely Menteng Village, Cibadak Village, Ciparigi Village, Katulampa Village, Cikaret Sub-District, and Babakan Pasar Village.</em></p>