Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) merupakan gangguan endokrin yang paling umum terjadi pada wanita dengan konsekuensi luas yang memengaruhi setiap aspek kehidupan wanita, dengan angka kejadian SOPK pada remaja kurang lebih 11-26%. Lebih dari 50% pasien SOPK dikaitkan dengan sindrom metabolik termasuk obesitas, resistensi insulin, dan dislipidemia.Penelitian-penelitian terdahulu mengatakan bahwa pola makan memerankan peranan penting sebagai faktor risiko terjadinya SOPK pada remaja. Maka dari itu pengaturan pola makan sangat penting untuk memperbaiki gangguan hormonal dan efek jangka panjang akibat SOPK, sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai hubungan pola makan dengan risiko terjadinya SOPK pada remaja yang berusia 15-19 tahun di Kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong-lintang. Data yang diambil merupakan data primer pada remaja berusia 15-19 tahun di Kota Palembang. Pengambilan data pola makan pada responden dilakukan dengan kuesioner food recall. Perhitungan kalori dan makronutrien menggunakan software nutrisurvey. Diagnosis SOPK ditegakkan dengan temuan dua dari tiga kriteria Rotterdam. Dari total 150 sampel, sebagian besar dengan siklus menstruasi normal, IMT yang overweight/obese, intake kalori, konsumsi karbohidrat, dan lemak yang berlebih, konsumsi protein yang cukup, serta konsumsi serat yang kurang. Terdapat sebanyak 38 sampel (25,3%) dengan kejadian SOPK. Sampel yang mengalami SOPK, sebagian besar dengan IMT yang overweight/obese (p<0,05), intakekalori, konsumsi karbohidrat, protein, lemak yang berlebih (p<0,05), serta konsumsi serat yang kurang (p>0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara intakekalori, konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak yang berlebih, serta konsumsi serat yang kurang dan risiko terjadinya Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) pada remaja yang berusia 15-19 tahun di Kota Palembang.