Perception of Visual Impairment Towards the Aesthetic of Architectural Elements

Abstract

Abstrak-Phenomenology in architecture is associated with perception between the subject and the space, which one of the studies includes multisensory experience. In general, contemporary architecture accentuates the visual experience, among other sensory modalities. Therefore, it is necessary to conduct research about the exploration of multisensory perception in architectural design. This study aims to explore how sensory activities or blind and visual impaired experience the spatial and the elements of architecture. This study is started by examining a brief literature review and then conducts qualitative research (in-depth interview and participant observation) to explore sensory experience and perception of blind people. The result finds from the five elements, walls and windows are the most influential elements for blind people. The existence of a wall has the potential to be a wayfinding of haptic system and has an echo effect. While the aperture opening element influences the illumination of light as well as indicators of outside space limits. The research outcome shows that people with visual impairment also acknowledge and they recognize these principles of design. They recognize contrast of temperature through the opening element, rhythm of texture through the wall, surface balance through the furniture, and hierarchy of noise through the window.

Domain to Domain Transfer Sebagai Metode Pada Perancangan Fasilitas Bagi Disabilitas Netra

“…Pemilihan material pada bangunan tidak hanya sebagai pemuas visual belaka, namun bagi disabilitas netra setiap material memiliki karakteristik yang sensasinya berbeda saat disentuh. Menurut penelitian (Sari, Hayati, & Samodra, 2021) peserta netra ketika mengeksplorasi ruang dalam lebih menyukai material yang tidak tajam/tidak melukai anggota tubuh saat diraba. Lain halnya pada penelitian dari (Oteifa et al, 2017) menyebutkan bahwa partisipan disabilitas netra dilatih untuk menggunakan kepekaan kaki mereka merasakan material lantai yang diinjakknya, kadang-kadang mereka cenderung meluruskan kaki mereka untuk dapat mengidentifikasi bendabenda di lantai dan merasakan tekstur yang berbeda guna mengetahui lokasi mereka berdiri.…”

“…Disabilitas netra terkadang membutuhkan elemen handrail atau paving block sebagai pemandu saat pencarian jalan. Namun menurut penelitian (Sari et al, 2021), tidak semua tempat perlu diletakkan elemen tersebut karena sesungguhnya mereka cukup ingat terhadap suatu tempat melalui elemen arsitektural lainnya. Hal ini menekan profesi arsitek untuk dapat menciptakan rancangan ruang yang inklusif, dimana memiliki kualitas ruang yang bernilai estetik dari segi aspek visual maupun non-visual serta elemen yang ergonomis.…”

“…Pada penelitian (Majerova & Sciences, 2017) bagi disabilitas netra, pendengaran merupakan factor terpenting untuk orientasi spasial pada ruang makro. Selaras dengan peneliti (Sari et al, 2021) bahwa partisipan netra dapat mengetahui ukuran suatu volume ruang melalui pantulan bunyi yang dihasilkan pada ruangan tersebut. Bila pantulan sangat jelas menandakan bahwa ketinggian dan luasaannya cukup besar.…”

“…Bagi penyandang low vision, sebagian dari mereka masih dapat melihat gelap terang maupun iluminasi cahaya. Seperti halnya pada penelitian (Sari et al, 2021) bebrapa partisipan masih memiliki sisa penglihatan yang mampu mendeteksi cahaya, namun bila terdapat lampu sorot yang terlalu terang akan membuat silau dan berdampak pada kenyamanan mata mereka.…”

“…Penggunaan warna pada elemen arsitektur cukup membantu peserta netra low vision untuk menandakan perbedaan ketinggian level atau penanda keberadaan. Salah satu partisipan pada penelitian (Sari et al, 2021) memiliki pengalaman buruk ketika berjalan diatas keramik yang berwarna gelap/hitam, ia terkecoh oleh warna gelap yang dianggapnya sebuah lubang. Dari pengalaman tersebut menunjukkan bahwa warna kontras cukup membantu bagi penyandang gangguan visual yang mengalami degradasi.…”