2020
DOI: 10.22500/8202031832
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Nyadar: Religious and Cultural Resistance of Madurese Salt Farming Community

Abstract: This article discusses the issues of religious and cultural resistance of Madurese salt farming communities as portrayed in the religious tradition of nyadar ritual. Nyadar is an annual religious tradition carried out by Madurese salt farming communities in Sumenep district, precisely in Pinggir Papas Village, Kalianget District and Gersik Putih Village, Gapura District, to conduct cultural resistance against the hegemony and dominance of the Salt Farming Corporation and Madurese salt farming community elites.… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2023
2023
2024
2024

Publication Types

Select...
2

Relationship

0
2

Authors

Journals

citations
Cited by 2 publications
(2 citation statements)
references
References 16 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Dalam pelaksanaannya bagi hasil juga disebabkan dari hasil keputusan politik yang berimplikasi pada sosial ekonomi, hal itu ditunjukkan dengan adanya intervensi dari beberapa pihak yang memaksa kaum petani bertindak sesuai arahan tangan penguasa. Ketidakberdayaan dari intervensi pihak lain atas petani garam merupakan potret lemahnya posisi petani garam sehingga membuat petani memiliki ketergantungan pada pemilik lahan (produksi garam) sebagai sumber utama penghidupan (Dzulkarnain et al, 2020), adanya monopoli dari beberapa pihak yang mengambil kebebasan pasar petani dan terlebih lagi adanya faktor-faktor lain yang mengakibatkan turunnya harga garam. Hal itu menunjukkan bahwa petani garam belum sejahtera baik secara finansial maupun secara mental.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Dalam pelaksanaannya bagi hasil juga disebabkan dari hasil keputusan politik yang berimplikasi pada sosial ekonomi, hal itu ditunjukkan dengan adanya intervensi dari beberapa pihak yang memaksa kaum petani bertindak sesuai arahan tangan penguasa. Ketidakberdayaan dari intervensi pihak lain atas petani garam merupakan potret lemahnya posisi petani garam sehingga membuat petani memiliki ketergantungan pada pemilik lahan (produksi garam) sebagai sumber utama penghidupan (Dzulkarnain et al, 2020), adanya monopoli dari beberapa pihak yang mengambil kebebasan pasar petani dan terlebih lagi adanya faktor-faktor lain yang mengakibatkan turunnya harga garam. Hal itu menunjukkan bahwa petani garam belum sejahtera baik secara finansial maupun secara mental.…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Beberapa kasus gerakan sosial petani yang pernah terjadi seperti gerakan sosial petani di Yogyakarta dengan mendirikan organisasi (Izudin, 2019), gerakan sosial petani secara online (Pratiwi, 2019), aksi protes atau demonstrasi, perusakan properti, dan kekerasan fisik (Barreiro et al, 2018), pemberontakan yang dilakukan secara individu dan kolektif, skala lokal hingga regional, spontan hingga terorganisir (Rachman, 2017), gerakan sosial terbuka (Hidayah et al, 2016), gerakan sosial terselubung seperti menunda hasil panen, pencurian, menurunkan kualitas hasil panen (Dzulkarnain et al, 2020), membentuk organisasi baru atau menggunakan organisasi yang telah ada, lobi, okupasi lahan, dan penggunaan pihak ketiga (Afrizal, 2018), dengan cara bertahan, aksi, birokrasi, pengadilan, reklaiming (Syawaludin, 2014), perlawanan tersamar (Purwandari et al, 2014), mogok, dan protes (Hapsari et al, 2020).…”
Section: Latar Belakangunclassified