2019
DOI: 10.24843/soca.2019.v13.i01.p08
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Menakar Perubahan Sosio-Kultural Masyarakat Tani Akibat Miskonsepsi Modernisasi Pembangunan Pertanian

Abstract: Revolusi hijau adalah bentuk nyata bagaimana modernisasi pertanian diartikan oleh pemerintah Indonesia. Sebuah program akselerasi pertanian yang bertujuan meningkatkan efektivitas kerja petani. Keberhasilannya pernah menjadikan Indonesia sebagai negara yang swasembada beras, meskipun begitu modernisasi pertanian ini meninggalkan banyak dosa yang menyebabkan perubahan dalam pola hidup masyarakat tani, baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Modernisasi pertanian justru menimbulkan langkah mundur dalam pembangunan… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
3
1
1

Citation Types

0
2
0
8

Year Published

2020
2020
2022
2022

Publication Types

Select...
7

Relationship

0
7

Authors

Journals

citations
Cited by 11 publications
(10 citation statements)
references
References 15 publications
0
2
0
8
Order By: Relevance
“…"Modernisasi pertanian merupakan suatu perubahan pengelolaan usaha tani yang berawal dari tradisional menjadi lebih maju dengan penggunaan teknologi-teknologi baru dalam proses pertaniannya" (Kadhung, 2019).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…"Modernisasi pertanian merupakan suatu perubahan pengelolaan usaha tani yang berawal dari tradisional menjadi lebih maju dengan penggunaan teknologi-teknologi baru dalam proses pertaniannya" (Kadhung, 2019).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Tetapi, disamping berkembang pesatnya sektor pertanian, terdapat hal lain yaitu hilangnya kebudayaan yang sangat dirasakan masyarakat Desa Sentebang yaitu budaya gotong royong yang dalam bahasa sambasnya disebut dengan Belalek karena semua sudah tergantikan dengan teknologi. Terjadinya perubahan sosial budaya bahkan ekonomi pada struktur kehidupan masyarakat adalah kedepan akan ada ketergantungan pada alat-alat yang digunakan, hilangnya budaya gotong royong dan lahirlah sistem kasta dalam masyarakat bertani (Prayoga, Nurfadillah, Saragih, & Riezky, 2019), sehingga banyak sekali terjadi perbedaan penghasilan dan sistem sosial juga akan berpengaruh signifikan, dikarenakan adanya tumpang tindih antara masyarakat yang memiliki kelebihan dengan masyarakat yang hanya mengandalkan apa adanya, atau dengan alat-alat tradisional. c. Para Petani Terbuka dengan Perubahan dan Perkembangan Teknologi Adanya sikap para petani yang menerima alat pertanian untuk menggarap lahan pertaniannya menjadikan alat -alat tersebut dapat diterima.…”
Section: Perubahan Yang Terjadi DI Desaunclassified
“…Begitu juga dengan kelompok tani Bawang Merah di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dibentuk untuk mecapai tujuan bersama anggota kelompok tani Bawang Merah dalam hal peningkatan mutu hasil panen, namun untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya kerja sama antara anggota kelompok tani dan kedinamisan kelompok harus senantiasa terjaga agar tujuan-tujuan terbentuknya kelompok tani tersebut bisa tercapai. Namun dalam menilai kedinamisan kelompok perlu mengeksplorasi segala kekuatan yang ada di dalam kelompok yang dapat menentukan perilaku kelompok dan perilaku anggota kelompok untuk tercapainya tujuan kelompok (Prayoga et al, 2019) (Damanik, 2015), Pengembangan sumber daya manusia pertanian dinilai sangat penting karena dengan meningkatnya kualitas sumberdaya manusia maka manusia akan mampu mengatasi problema pertanian yang penuh risiko tidak hanya dalam peningkatan produksi, tetapi juga dalam peningkatan pendapatan usaha pertanian (Yuwono, 2013) (Winasis & Setyawan, 2016). Dengan demikian kegiatan pembangunan pertanian banyak ditekankan melalui upaya pemberdayaan sumberdaya manusia, upaya ini dilakukan melalui kegiatan penyuluhan pertanian yang antara lain dilakukan melalui pendekatan kelompok (Isbah & Iyan, 2016) (Inovasi et al, 2004.…”
Section: Pendahuluanunclassified