ABSTRAK Tumpang sari merupakan modifikasi pengaturan tanaman yang dapat memberikan peningkatan hasil secara nyata dengan investasi tenaga kerja minimal. Peningkatan produktivitas dalam tumpang sari kedelai dengan ubi kayu dapat dicapai melalui penggunaan genotipe kedelai yang sesuai untuk tumpang sari, dikarenakan setiap genotipe menunjukkan respons yang berbeda terhadap tumpang sari penelitian bertujuan mengidentifikasi kesesuaian genotipe kedelai untuk tumpang sari dengan ubi kayu berdasarkan hasil dan produktivitas lahan yang dinilai berdasarkan rasio kesetaraan lahan. Penelitian dilakukan pada tahun 2016 di Kebun Percobaan Kendalpayak, Malang, menggunakan rancangan petak terbagi diulang tiga kali. Petak utama adalah 55 genotipe kedelai (50 galur harapan dan 5 varietas pembanding, yaitu Argopuro, Panderman, Dena 1, Dena 2, dan Grobogan) dan anak petak adalah pola tanam, yaitu monokultur dan tumpang sari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumpang sari kedelai dengan ubi kayu menyebabkan tanaman kedelai mengalami cekaman naungan, dengan tingkat naungan 6290, 4377, dan 040% masing-masing untuk posisi baris pertama, kedua, dan ketiga. Terdapat enam genotipe kedelai yang sesuai untuk ditumpangsarikan dengan ubi kayu, yaitu Grob/Argom313-2, Grob/Pander395-3, Grob/Pander405-3, Grob/Pander428-1, Grob/Pander429-2, dan Grob/IAC439-2 dengan nilai LER ≥1,8 yang merupakan batas seleksi 10% terhadap LER. Empat kombinasi diantaranya (Grob/Pander395-3, Grob/Pander405-3, Grob/Pander428-1, dan Grob/IAC439-2) memberikan peningkatan hasil ubi kayu antara 7,719,7% dan pengurangan hasil kedelai antara 21,438,5%. Sedangkan, dua kombinasi lainnya (Grob/Argom313-2 dan Grob/Pander429-2) memberikan pengurangan hasil ubi kayu sebesar 1,4 dan 8,5% serta pengurangan hasil kedelai sebesar 23,5 dan 7,1%. Kata kunci: hasil, kedelai, naungan, rasio kesetaraan lahan, ubi kayu