2019
DOI: 10.12962/j23373520.v7i2.33360
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Kompleks Pengembangan Garam Terpadu Surabaya

Abstract: Surabaya merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang berada di daerah pesisir. Sehingga Surabaya berpotensi untuk menjadi daerah penghasil garam yang besar. Namun berbanding terbalik dengan kondisi Indonesia dan khusunya Surabaya sekarang yang sedang mangalami krisis garam. Arsitektur bioklimatik mengajarkan kita akan pentingnya merespon iklim agar arsitektur yang kita rancang dapat sesuai dengan kebutuhan. Diperlukannya metode yang menerapkan prinsip-prinsip arsitektur bioklimatik yaitu dapat memanfa… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
1

Citation Types

0
0
0
1

Year Published

2021
2021
2021
2021

Publication Types

Select...
1

Relationship

0
1

Authors

Journals

citations
Cited by 1 publication
(1 citation statement)
references
References 0 publications
0
0
0
1
Order By: Relevance
“…Hasil survei lokasi *Sumber: (Karya, 2015) Berdasarkan data dari Tabel 1 diketahui bahwa lokasi yang disurvey sangat cocok untuk dijadikan lahan garam geomembran karena memiliki kondisi lingkungan yang ideal diantaranya memiliki curah hujan 1,447 mm dengan rata-rata curah hujan 92 hari/tahun, temperatur 32-38 o C dengan tigkat kelembapan udara 45-50% dan kecepatan angin 4-5 m/detik. Menurut (Adi et al, 2006), untuk menghasilkan produk garam yang optimum diperlukan lokasi lahan garam yang memiliki iklim dan cuaca sebagai berikut: kecepatan angin diatas 5 m/detik, temperatur udara diatas 32 o C, kelembapan udara dibawah 50%, curah hujan rendah (1000 -13000 mm/tahun), dan memiliki musim kemarau panjang yang kering tanpa diselingi hari hujan. Selain itu, kondisi tanah yang dijadikan lahan garam geomembran juga sangat ideal karena memiliki struktur tanah yang landai dan rata seperti yang disajikan pada Gambar 2.…”
Section: Hasil Dan Pembahasan 31 Hasil Survei Lokasiunclassified
“…Hasil survei lokasi *Sumber: (Karya, 2015) Berdasarkan data dari Tabel 1 diketahui bahwa lokasi yang disurvey sangat cocok untuk dijadikan lahan garam geomembran karena memiliki kondisi lingkungan yang ideal diantaranya memiliki curah hujan 1,447 mm dengan rata-rata curah hujan 92 hari/tahun, temperatur 32-38 o C dengan tigkat kelembapan udara 45-50% dan kecepatan angin 4-5 m/detik. Menurut (Adi et al, 2006), untuk menghasilkan produk garam yang optimum diperlukan lokasi lahan garam yang memiliki iklim dan cuaca sebagai berikut: kecepatan angin diatas 5 m/detik, temperatur udara diatas 32 o C, kelembapan udara dibawah 50%, curah hujan rendah (1000 -13000 mm/tahun), dan memiliki musim kemarau panjang yang kering tanpa diselingi hari hujan. Selain itu, kondisi tanah yang dijadikan lahan garam geomembran juga sangat ideal karena memiliki struktur tanah yang landai dan rata seperti yang disajikan pada Gambar 2.…”
Section: Hasil Dan Pembahasan 31 Hasil Survei Lokasiunclassified