ABSTRAKPertikaian selebriti dalam dunia infotainment memang tidak ada habisnya. Pemberitaan selebriti yang bertengkar pun diberitakan sedemikian rupa seakan seluruh masyarakat harus mengetahui pertengkaran tersebut, tak terkecuali pada tayangan infotainment "Pagi-Pagi Pasti Happy" yang di tayangkan di stasiun televisi TransTV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan penonton terhadap tabloidisasi pertikaian selebriti pada tayangan infotainment "Pagi-Pagi Pasti Happy". Menggunakan teori encoding dan decoding milik Stuart Hall, peneltian ini merupakan penelitian kualitatif dengan reception analysis method. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam bersama pengikut akun Instagram @Lambe_Turah. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak sepenuhnya informan berada pada posisi dominant hegemonic, dan terdapat sebagian yang berada pada posisi oppositional. Adanya perbedaan pandangan, status, pekerjaan, budaya, asumsi-asumsi khalayak sebelum membaca teks, dan intensitas mengakses infotainment ikut mempengaruhi cara informan membaca tabloidisasi pertikaian selebriti. Artinya, informan adalah penonton yang aktif, karena mereka tak hanya menikmati tayangan ini secara gamblang, tetapi juga mampu membaca makna dari teks yang disajikan pada acara atau tayangan tersebut.Kata Kunci: Tabloidisasi pertikaian selebriti, infotainment, penerimaan penonton, enkoding dan dekoding ABSTRACT Celebrity disputes in the world of infotainment are endless. The preaching of the quarreling celebrities was reported in such a way as if entire community had to know the dispute, including infotainment program "Pagi-Pagi Pasti Happy" which was broadcast on TransTV. This study aims to determine the audience's acceptance of "tabloidisasi" of celebrity disputes on the infotainment show program "Pagi-Pagi Pasti Happy". Using Stuart Hall's theory of encoding and decoding, this research is qualitative research with reception analysis method. Technique of collecting data uses interviews with followers of the Instagram account @Lambe_Turah. The results of this study indicate that not entirely the informant is in a dominant hegemonic position, and there are some who are in oppositional positions. The different views, status, occupation, culture, audience assumptions before reading the text, and intensity of accessing infotainment also influence the way informants read the "tabloidisasi" of celebrity disputes. So, informants are active viewers, because they not only enjoy this show clearly, but also are able to read the meaning of the text presented at the event or show.