2019
DOI: 10.15408/sdi.v26i1.11121
|View full text |Cite
|
Sign up to set email alerts
|

Kiai dan Blater: Antara Kesalehan dan Kekerasan dalam Dinamika Politik Lokal di Madura

Abstract: Yanwar Pribadi. 2018. Islam, State and Society: Local Politics in Madura. New York: RoutledgeThis book talks about the relationship between Islam, state and society in Indonesia with a focal point on local politics in Madura. Specifically, this book tries to explain factors that have shaped the development of contemporary Islam and politics in Madura. One of the main arguments of this book is that local elite figures play greater roles than formal leaders such as village heads or regents in mobilizing communit… Show more

Help me understand this report

Search citation statements

Order By: Relevance

Paper Sections

Select...
2
1
1

Citation Types

0
1
0
2

Year Published

2020
2020
2024
2024

Publication Types

Select...
4

Relationship

0
4

Authors

Journals

citations
Cited by 4 publications
(4 citation statements)
references
References 2 publications
0
1
0
2
Order By: Relevance
“…Meskipun ada literasi yang menjelaskan bahwa Blater dan Bejing memiliki status sosial yang berbeda dimana Bejing lebih rendah dari Blater dengan alasan Bejing terkenal dengan sosok sombong, kasar dan membuat keonaran dan lain sebagainya (Pelzer et al, 2017). Namun aktifitas diatas juga bisa melekat pada kaum Blater jadi sangat sulit membedakan keduanya (Sila, 2019).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Meskipun ada literasi yang menjelaskan bahwa Blater dan Bejing memiliki status sosial yang berbeda dimana Bejing lebih rendah dari Blater dengan alasan Bejing terkenal dengan sosok sombong, kasar dan membuat keonaran dan lain sebagainya (Pelzer et al, 2017). Namun aktifitas diatas juga bisa melekat pada kaum Blater jadi sangat sulit membedakan keduanya (Sila, 2019).…”
Section: Pendahuluanunclassified
“…Di Madura, seseorang dapat disebut kiai apabila memenuhi syarat, di antara yang utama, seperti harus berasal dari keluarga (nasab) kiai, harus memimpin sebuah pesantren, dan harus menjadi anggota Nahdlatul Ulama (NU). Dari sini, jika satu atau lebih dari syarat-syarat tersebut tidak dimiliki, seseorang tidak akan diakui sebagai kiai (Sila, 2019). Di Sulawesi Selatan, gelar kiai relatif lebih mudah diperoleh daripada di Madura dan Jawa, di antara alasannya adalah karena dapat ditempuh melalui program kaderisasi pada jenjang Ma'had Al-Dirasah Al-Islamiyah Al-'Ulya (selanjutnya disingkat Ma'had Aly) di pesantren, sebagaimana dilakukan di Pesantren As'adiyah.…”
Section: A Pendahuluanunclassified
“…In this economic sector, several Islamic organization leaders appealed to the Madurese community to maintain harmony, life, and agriculture activities' development to anticipate the global pandemic prolonged effects (mediaindonesia.com, n.d.). Besides, some religious organizations also carried out philanthropic actions by plunging directly into the community such as distributing welfare assistance in the form of commodities and medical devices to sterilize places of worship by spraying disinfectants (Sila, 2019).…”
Section: Nahdhatul Ulama Philanthropy In Maduramentioning
confidence: 99%