Semenjak Revolusi Islam Iran tahun 1979 hingga masa pemerintahan Ahmadinejad, program nuklir Iran dipandang sebagai sebuah ancaman serius bagi stabilitas dan keamanan internasional. Iran cenderung tertutup, tidak kooperatif bersikap keras dalam menghadapi tekanan dunia internasional, khususnya Amerika Serikat, dan negara-negara Barat. Hal ini kemudian membuat Iran harus menerima sanksi dan embargo yang berdampak pada melemahnya perekonomian Iran. Terpilihnya Hassan Rouhani menjadi presiden Iran pada tahun 2013 menjadi titik awal perubahan kebijakan luar negeri Iran menjadi lebih terbuka dan kooperatif dalam penyelesaian masalah program nuklir Iran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan Hassan Rouhani terhadap transformasi arah kebijakan program nuklir Iran. Seorang pemimpin memiliki peran dan porsi yang sangat besar dalam menentukan arah kebijakan program nuklir Iran. Kebijakan luar negeri yang dihasilkan dari idiosinkrasi seorang pemimpin tidak terlepas dari kepribadian, pengetahuan dan pengalaman akan membentuk persepsi, interpretasi, nilai-nilai serta sikap. Besarnya pengaruh kepemimpinan Hassan Rouhani berhasil menciptakan tranformasi arah kebijakan program nuklir Iran yang ditandai dengan adanya kesepakatan nuklir damai dengan negara P5+1 yang mengakibatkan sanksi dan embargo dicabut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data bersifat studi kepustakaan.